Chereads / Jangan panggil aku Pelacur / Chapter 22 - BAB 22

Chapter 22 - BAB 22

22. mungkinkah cinta pertamaku?

Semenjak berciuman dengsn Fanya dua hari yang lalu entah mengapa perasaan Deka seakin tidak karuan hari ini. Bahkan saat dirinya bekerja pun fokusnya pada Fanya .

"akhhh, lama-lama kalau begini terus gue gila!" umpat Deka.

Lelaki itu berualang kali menghapus kalimat yang salah di layar laptopnya. Bahkan ini sudah kesekian klinya kesalahannya berulang-ulang.

"gadis itu benar-benar membuatku tidak bisa fokus bekerja hari ini," ujar Deka.

Ia pun kemudian mengambil ponselnya yang berada di dekat laptopnya. Beberapa detik kemudian ia kemudian langsung menghubungi Fanya.

"ada apa bapak menelpon saya," sahut Fanya setelah telepon tersambung. Tiba-tiba saja Deka sepearti kehabisan kata-katanya. Scepat mungkin ia mencari alasan yang tepat.

"bisa antarkan makanan untukku aku sedang ingin memakan masakan bi Murni," pinta Deka.

"baiklah, sebentar lagi saya aku on the way kesana Pak," ujar Fanya.

"terimakasih," ucap Deka.

Th kan, gara-gara gak fokus Deka yang biasanya dingin berubah menjadi gugup. Bahkan yang biasanya ia akan langsung menutup telepon tanpa mengucapkan kata apa pun ini justru berucap terimakasih.

Aneh memang tapi itulah cinta yang dapat merubah seseorang dalam sekejap.

"tumben banget bos dingin itu bilang makasih ke gue, biasanya juga dia akan langsung menutup itu teleponnya," ucap Fanya heran.

Tapi ada untungnya sih kalau Deka akan bersikap semanis itu terus, jadi Fanya tidak akan merasa sakit hati lagi dengan ucapan pedasnya.

"lho non mau kemana kok udah rapi?" tanya bi Murni.

"ini mau mengantarkan makan siang buat Deka bi, katanya mau makan masakan bibi," sahut Fanya.

"ohh ya sudah kalau begitu buruan di antar nanti keburu marah Tuan," saran Bi Murni.

Deka memang paling tidak suka dengan yang namanya menunngu, maka telat beberapa menit saja pasti Deka akan langsung marah.

"sebelum si macan mengamuk aku harus segera sampai," ujar Fanya.

Gadis itu pergi ke Kantir Deka dengan menggunakan taksi. Gadis itu menolak untuk di antarkan oleh supir.

"utung aja aku pas sampainya, kalau udah lewat makan siang pasti kena amuk aku," ucap Fanya banng karena ia bisa secpat ungkin sampai di Kantor Deka bahkan ketika karyawan belum ada yang istirahat.

"misi mbak mau tanya ruangannya pak Deka sebelah mana ya Mbak," ujar Fanya.

"maaf apakah sebelumnya Mbak sudah ada janji?" tanya wanita di hadapan Fanya.

"sudah Mbak, saya di minta untuk mengantarkan makanan untuk Pak Deka," jelas Fanya.

Kemudian Fanya pun langsung di antarkan oleh salah satu karyawan Deka menuju ruangannya. Setelah sampai Fanya pin langsung masuk ke dalam ruangan Deka.

"ayam bakar buatan bi Murni," ucap Fanya.

Gadis itu langsung pada intinya saja tanpa bertanya hal yang lain kepada Deka.

"temani aku makan," pinta Deka.

Entah mengapa ada gelenyar aneh dari dalam diri Fanya. Tiba-tiba tubuhnya memanas seperti ada sesuatu yang sebentar lagi akan meledak.

"iya aku temani kamu," sahut Fanya.

Bukan hanya Fanya saja, tapi Deka pun juga merasakan hal yang sama. Dadanya bergemuruh hebat dan jika dalam jarak dekat saja pasti Fanya mendengar suara detak jantung Deka. untung saja posisi mereka agak jauh.

"btw tumben minta maka siang masakan bi Murni, biasanya makan di rumah aja jarang," ujar Fanya.

"lagi kepengen aja, eamangnya gak boleh," sahut Deka ketus.

"ya boleh lah siapa bilang gak boleh," ucap Fanya.

"ya udah jangan banyak tanya," tegas Deka.

"hmmm, yayayaya!" tukas Fanya.

Kemudian hening pun mengambil alih karena mereka fokus dengan makanan mereka masing-masing. Sampai tidak terasa pun jam makan siang dan Fanya pun pamit pulang. Deka sebenarnya berat banget mau melepskn Fanya untuk pulang. Tapi kalau ia kekeh untuk mempertahankan Fanya maka itu sama aja ia akan membuat Fanya besar kepala.

Deka terlau gengsi untuk mengakui perasany yang masih kelabu itu.

Namun, semakin Deka menahannya justru semakin ia tersiksa dengan perasaan aneh yang terus mengusiknya itu.

"masak ia sih gue bisa jatuh cinta sama dia, seumur hidup gue belum perah jatuh cinta, bahkan kalau gue cinta sama gadis itu tandanya dia adalah cinta pertama gue."

Enggak Deka tidak akan membiarkan itu terjaadi. Dia tidak mungki mencintai gadis yang ia dapatkan dari sebuah club malam.

Fanya telah sampai di rumah, gadis itu pun langsung menuju kamarnya dang istirhat sembari menscroll sosial media teman-temannya. Lama tidak bertemu dengan mereka ternyata Fanya sangat rindu.

Namun, Fanya tidak bisa menemui teman-temannya karena ia tidak ingi nanti teman-temannya di cap anak tidak benar ketika bermain bersama dengan Fanya.

Biarkan saja begini, syukur-syukur mereka mendapatkan pengganti Fanya itu akan lebih baik untuk Fanya.

"kangen sama kalian, tapi gue Cuma mau kalian tau bahagia gue aja. Sedih gue biar gue sendiri yang menanggungnya, biarkan semua itu menjadi pelengkap perjalanan hidup gue," ujar Fanya.

Tidak terasa pun air matanya menetes membasahi pipinya, Fanya membuka kembali galeri di akun sosial medianya saat dengan lepas mereka tertawa bersama. Foto itu meraka abadikan saat mereka berada di puncak. Saat itu masih ada ayahnya dan hidupnya pun masih baik-baik saja.

Kenapa ya semua itu harus cepat berlalu, terkadang Fanya pun menyayangkan itu semua. Ia hanya ingin kebahagiaanya yang dulu kembali, ia hanya ingin dicintai oleh keluarganya. Bukannya di buang seperti saat ini.

"ngapain sih gue mikirin itu lagi, mending gue mikirin hal yang lain deh masih banyak kali yang gue harus fikirin bukan hanya soal kesedihan saja," ucap Fanya.

Memikirkan kesedihan berlarut itu hanya akan menyiksa lahir batinya, sementara ia di paksa untuk kuat oleh keadaan. Ia di paksa bangkit dengan hati yang telah hancur berkeping-keping. Tidak ada yang tersisa untuk kebahagiaannya, karena yang ia genggam saat ini adalah masa depannya nanti haruslah sukses.

Hatinya boleh hancur tapi masa depannya harus ia rancang sebaik mungkin. Karena ia masih sangat berharap kelak suatu saat nanti masihlah ada kebahagiaan yang tersisa untuknya. Meskipun perjalanan panjang saat ini harus ia tempuh.

Capek boleh tapi ia tidak boleh menyerah dengan keadaan.

Setelah lelah bermain hp akhirnya Fanya memutuskan untuk tidur. Ia butuh istirahat agar lelahnya hilang dan ia kembali bersemangat.

Bahagia itu sebenarnya mudah. Namun, terkadang untuk mencapainya itu memerlukan beribu-ribu air mata. Memerlukan banyak pengorbanan dan sakit hati berkali-kali.

Kebahagiaan pasti akan datang, entah esok atau lusa pasti akan datang. Jadi kita tidak boleh pesimis untuk tidak bisa bahagia karena Tuhan sudah menyiapkan kebahagiaan untuk setiap umatnya. Selalu berfikirlah positif dan optimis pada diri kita.