Chereads / Jangan panggil aku Pelacur / Chapter 27 - Bab 27

Chapter 27 - Bab 27

BOS KILLER

Ketika di depan karyawannya, Deka sangat memperhatikan penampilannya. Bahkan ia sangat jeli sekali melebihi perempuan soal penampilannya.

"jika sudah begini maka kau akan terlihat tamoan bukan," ujar Deka kepada bayangannya di cermin.

Dari belakang pintu kamarnya rupanya ada Fanya yang tengah mengintip. Awalnya gadis itu tidaklah berniat untuk mengintip. Namun ketika melihat Deka yang tengah mengobrol sendirian, akhirnya Fanya menghentikan lagkahnya dan mengintip Deka.

"cihh apanya yang yang ganteng kalau masih galak begitu," ujar Fanya.

"saya tidak mengijinkan siapa pun mengintip dan kau berani sekali rupanya ha!" ujar Deka.

"maaf aku hanya tidak sengaja lewat, dan aku sama sekali tidak ada niat untuk menguping!" ucap Fanya.

"tetap saja kau salah karena kau telah mengganggu kenyamanan, apakah kau mau di hukum?. Hmmm, kira-kira hukuman seperti apakah yang pantas untukmu?" tanya Deka.

"aku benar-benar tidak sengaja," ujar Fanya takut.

Bulu kudunya sudah berdiri semua karena saking takutnya. Deka adalah laki-laki mesum, dan Fanya sangat takut kalau Deka berbuat macam-macam kepadanya seperti tuuan awalnya.

"apa kau sudah tidak sabar dengan hukumanmu," ujar Deka. lelaki itu terus menggoda Fanya. senang sekali rasanya bisa melihat Fanya ketakutan seperti saat ini.

"maaf," ucap fanya.

"tenang, aku tidak akan menghukummu sekarang. Jadi kau tunggu saja nanti malam," tukas Deka.

Dengan santainya Deka melewati Fanya yang masih berdiri mematung dengan raut ketakutan. Gadis itu sangat benci dengan suasana seperti searang ini.

"mentang-mentang orang kaya eenakny saja, awas aja kalau suatu saat nnti aku menjadi orang kaya. Aku akan membalasmu sauatu hari nanti."

Setelah Deka berlalu Fanya kembali ke kamarnnya. Moodnya mendadak hancur karena ia terus kepikiran dengan ancaman hukuman yabg akan Deka berikan nannti malam.

"awas saja kalau sampai aneh-aneh, aku tidak akan membirkan iitu terjadi," ujar Fanya.

Gadis itu beralih membuk-buka galeri pada ponselnya. Di lihatnya banyak sekali foto-foto yang mengingatkan ia dengan masa-masa sekolahnya.

Rasanya saat ini aku sangat terpuruk, bagaimana caranya untuk bangkit pun aku tidak tau. Karena yang kurasa dunia mengapa begitu kejam terhadapku.

Untuk Fanya, gadis itu sebenarnya hanya ingin hidup damai dan tenang. Bersekolah seperti remaja yang lainnya, dan bermain bersama-sama dengan teannya. Untuk ukuran materi Fanya tidak menuntut harus kaya, karena jika dalam keadaan pas-pasan ia lebh bahagia maka itu lebih dari cukup untukknya.

"menyesali takdir itu bagaikan mencari permata di dasar lautan, yang kalau kita akan mendapatkan permata itu kita perlu berenang lebih dalam lagi. Sedangkan jika kita memutuskan untuk menepi maka kita tidak akan mendapatkan permata itu.

Takdirnya kali ini mungkin memang bisa di bilang belum mujur, tapi suatu saat nanti ia sangat yakin sekali kalau takdirnya pasti akan baik.

Jenuh dengan kegiatannya di kamar Fanya memutuskan untuk turun ke bawah. Gadis itu keluar menuju halama depan rumah Deka.

Kalau di lihat-lihat rupanya banyak juga bunga yang tertanam di halaman depan rumah ini. Gadis itu baru menyadarinya atau karena ia memang tidak pernah memperhatikan sekelilingnya.

"cantik-cantik juga bunganya, ternyata bos galak seperti dia itu suka juga dengan bunga. Apa galaknya itu hanya covernya saja, entahlah," gumam Fanya.

Gaadis itu kemudian mengambil selang untuk menyirami bunga-bunga itu. Kebetulan hari sudah mulai sore, dan saatnya memang bunga-bunga itu untuk di sirami.

Drap... drap... drap tiba-tiba terdegar langkah kaki dari belakangnya. Ketika Fanya menoleh suara itu hilang. Namun, ketika ia melanjutkan lagi kegiatannya suara itu muncul kembali.

"siapa sih, jangan rese deh," ujar Fanya.

Tidak ada jaawaban, Fanya pun mematikan kran yang ada di sebelahnya kemudian berniat masuk ke dalam rumahnya.

"lepas," teriak Fanya.

Pergelangan tangannya di cekal dari belakang. Fanya tidak bisa berkutik lagi karena kini tubuhnya di kunci oleh orang tersebut.

"lepaas," uajr Fanya memohon.

"apa, kau ingin lepas. Aku tidak akan melepaskanmu," ucap orang itu.

"apa sih mau kamu, jangan perlakukan aku seperti ini," sahut fanya.

"mauku, kau harus siap menerima hukuman dariku," ujar orang itu.

Hukuman?

Mendadak raut Fanya menjadi berubah. Gadis itu tidak lagi merasakan takut. Bahkan saat ini ia justru memilih menggigit tangan yang mencengkramnya.

"auuuu, beraninya kau!" pekik Deks.

"bisakah anda tidak membuat saya terkejut sepearti tadi," ucap Fanya.

"masak kau tidak mengenali suaraku sama sekali, bagaimana kalau kita sering mengobrol agar kau bisa lebih mudah untuk mengenali suaraku," sar Fanya.

"anda tidak perlu repot-repot, karena aku sangat tidak ingin mengenalimu lebih jauh," tegas Fanya.

"ada apa denganmu, ,emgapa kau bicara sepearti itu?" tanya Deka.

"sudahlah, aku mau sendiri. Tolong tinggalkan aku sendiri," pinta Fanya.

Deka pun membiarkan fanya sendiri dulu, gadis itu sepertinya membutuhkan sesuatu untuk menaikan moodnya. Atau mungkin jalan-jalan sore bisa membuat moodnya kembali.

Lelaki itu berbalik mendekat ke arah Fanya. "bagaimana kalau kita jalan-jalan sore?" tanya Deka.

"jalan-jalan?" tanyanya balik.

"iyaa, jalan-jalan. Siapa tau dengan jalan-jalan mood kamu bisa kembali baik," ujar Deka.

"kenapa mendadak kamu bisa peduli denganku?" tanya Fanya heran.

"setiap manusia itu mempunyai rasa kepedulian, dan itu yang ku lakukan padamu," ujar Deka.

"kau yakin dengan apa yang kau ucapkan itu?" tanya Fanya.

Laki-laki adalah makhluk yang sering terlambat mengakui perasaanya. Namun, ia akan menjaga jika sudah di genggamnya. Karena hanyalah seorang bajingan saja yang berani mempermainkan perasaan wanita.

Danau, adalah tempat yang Deka tuju untuk mengembalikan mood Fanya yang sedang sangat berantakan.

"bagaimana review tempatnya menurut kamu?" tanya Deka.

"bagus, tempatnya sangat inda. Pemandangannya bagus banget aku sangat merasa nyaman berada di sini," ujar Fanya.

"syukurlah kalau kamu suka, aku akan sering-sering mengajakmu ke tempat ini."

"benarkah, terimakasih," ucap Fanya.

Deka menggelar tikar yang ia sewa. Ia pun memesan makanan yang ada di sekitar danau tersebut.

"kamu mau makan apa?" tanya Deka lagi.

"terserah saja," jawab Fanya.

Kenangan, mungkinkah disini mereka tengah mengukir sebuah kenanagan. Entah di sebut kenangan manis atau buruk. Yang pasti akan tetap bernama kenangan.

"lepaskan yang kmu pendam, jangan kamu terlalu memendam perasaan sedih itu sendrian." Laki-laki itu entah engapa hari ini menjadi bjak.

"aku hanya ingin menikmati momen ini tanpa mengingat masalah hidup, biarkan itu mengalir dengan semetinya dan akan ku jalanai," sahut Fanya.

"baiklah, kalau memang itu sudah kemauan kamu."

Gadis itu menikmati angin semilir yang berassal dari pohon-pohon di sekitarnya. Hatinya merasa lebih lega bersamaan dengan terbangnya dedaunan kering yang terjatuh lalu terbawa angin.

"bagaimana, apakah sudah lega?" tanya Deka.

"lumayan," jawab Fanya.

Deka pun kemudian mengajak Fanya pulang karena hari sudah menggelap.