Chereads / Jangan panggil aku Pelacur / Chapter 17 - BAB 17

Chapter 17 - BAB 17

Sakit Hati

Kata hati bagi sebagian orang adalah karena cinta. Namun, bagi Fanya sakit hatiny bukanlah karen cinta. Gadis itu justru sakit hati karena ibunya sendiri.

Bagaimana seorang ibu akan tega menyakiti hati anaknya sendiri, membuangnya bahkan membencinya. Sampai saat ini Fanya masih tidak habis fikir dengan semua yang di alaminya. Seperti itukah orang yang di sebut ibu?

Rasanya sangat sesak sekali untuk menerima ini semua, sakit seakli hati Fanya dan rasanya ia tidak snngup lagi berada di dunia ini.

"sudahlah jangan kamu fikirkan lagi ucapan ibumu, anggap saja itu hanyalah angin berlalu," ujar Deka.

"bagaimana bisa melupakan jika yang berucap adalah ibu kandungku sendiri," protes Fanya.

"apa yang akan kamu lakukan sekarang?" tanya Deka. Jujur saja Deka tidak tau apa yang akan di lakukan saat ini.

Saran apa pun yang akan di berikan untuk Fanya saat ini Deka sangat yakin jika Fanya tidak mudah muntuk menerimanya.

"kamu mau makan?" tawar Deka.

"aku tidak nafsu makan, aku hanya ingin pulang dan beristirahat.

"okelah kalau begitu kita akan lagsung pulang," ujar Deka.

Istirahat mungkin adalah cara yang terbaik untuk sedikit membuat Fanya tenang. Deka yakin hati Fanya saat ini sedang terkoyak.

Deka melajukan mobilya lebih cepat agar segera sampai. Dan hanya membutuhkan waktu 15 menit Deka telah sampai di halaman depan rumahnya.

"Fanya kita sudah sampai," ujar Deka.

Dan ternyata Fanya tertidur. Maka ia pun harud menggedong tubuh Fanya sampai kamarnya, setelah itu Deka meletakan tubuh Fanya di atas ranjang lalu kembali ke kamarnya untuk membersihkan diri.

Harii ini Deka terlihat sedikit manis di hadpan Fanya. Biasanya Deka akan marah-marah pada Fanya bahkan melontarkan kata-kata pedas untuk Fanya.

"kok gue jadi simpati gini ya sama gadis itu, ternyata hidupnya semalang itu," ujar Deka.

Lelaki itu kemudia n langsunng melepaskan jas yang di pakainya. Setelah itu Deka menyiapkan air hangat untuk ia mandi. Tubuhnya membutuhkan sensasiaroma terapi untuk membuat tubuhnya menjadi fress.

"penat juga rasanya hari ni, dan ruoanya masih banyak juuga yang harus aku lakukan," gumam Deka.

Setelah mandi nanti, Deka harus bertemu dengan beberapa klienya di sebuah Restoran. Penampilannya pun harus benar-benar ia jaga agar tidak mengecewakan kliennya. Sebenarnya jarang sekali Deka menemui klienya kalau itu bukan klien yang benar-benar pentng.

"jamnya sudah mepet lagi, aku harus segera berangkat!" ujar Deka.

Dengan langkah tegapnya lelaki iitu kemudian keluar dari rumahnya menuju garasi dan segera melajukan mobilnya setelalh ia masuk.

Waktu sudah menunjukan pukul setengah 3 sore sedangkan perjanjian mereka adalah pukul 4 sore, 30 meni benar-benar harus Deka manfaatkan untuk melajukan mobilnya dengan cepat.

Alhasil jarak yang seharusnya di tempuh 1 jam hanya ia tempuh 30 menit. Deka benar-benar melajukan mobilnya dengan kecepatan yang tinggi. Jelas itu ia lakukan karena tidak ingin mengecewakan kliennya karena ia adalah tipe orang yang ingin selalu perfeck.

"selamat sore," sapa Deka. "maaf sedikit terlambat." Ucap Deka.

"tidak terlambat, sama sekali tidak terlambat Pak," sahut lelaki paruh baya yang berada di depan Deka.

Pembahasan meeting pun di mulai, dengan wibawanya deka mulai preesentasi. Dengan lantang ia menjelaskan visi misi di produk yang akan ia buat. 10 menit berlalu dan

Deka telah selesai melakukan presentasi.

"sangat hebat, saya benar- benar sangat kagum dengan bapak, saya setuju dan akan menanamkan saham saya di perusahanan Bapak. "

Mendengar ucapan dari kliennya kini Deka sangat lega, hasilnya tidak sia-sia."terimakasih atas pujiannya, saya hanya melakiukan yang saya bisa," ujar Deka.

Minuman yang di pesan telah datang, setelah di perssilahkan pun Deka langsung meneguk beberapa teguk minuan itu untuk menghilangkan rasa dahaganya.

Fanya baru bangun dari tidurnya saat matahari sudah terbenam. Gadis itu merasa sedikit pusing.

"auuu," pekik Fanya sembari memegangi kepalanya yang terasa berdenyut.

Gadis itu pun kemudian berdiri dan mulai melangkahkan kakinya ke kamar mandi untuk buag air kecil. "kok gue udah aada ada di kamar ya, bukannya tadi gue itu ada di dalam mobil ya," gumam Fanya.

Gadis itu mulai bertanya-tanya, apakah mungki kalau Deka yang telah memindahkannya. Amun, dengan sikap dinginnya itu ia yakin sekali kalau bukan Deka yang memindahkannya ke kamar karena bisa jadi kalau yang memindahkannya adalah pak satpam.

"mikir apa sih lo Fan gak usah sok GR deh elo," tukasnya menepis fikirannya.

Fanya memutuskan untuk sekalian mandi agar badannya lebih segar, selesai mandi dan megolesi wajahnya dengan pelembab dan juga lipglos di mulutnya Fanya kemudian berlalu ke dapur .

"bibi lagi masak apa Bi?" tanya Fanya.

"oh ini Non lagi bikin sayur asem," sahut bibi.

"Fanya bantuin ya Bi kebetulan Fanya lagi kepengen masak," tawar Fanya.

"boleh Non."

Fanya pun mulai membantu bibi untuk masak, gadis itu juga langsung cekatan mengambil bahan-bahan yang harus di masukan ke dalam panci.

"non Fanya cekatan sekali ya," ujar bibi.

"ah Bibi bisa aja, Fanya hanya melalkukan yang Fanya bisa kok Bi," sahutnya.

Dulu sewaktu massih tinggal di rumahmnya Fanya adalah gadis yang manja, dia juga termasuk ke dalam gadis yang tidak mau tau tentang dapur. Namun, kehidupan merubahnya secara drastis. Kini Fanya tumbuh menjadi gadis yang harus kuat dan mandiri. Di tambah lagi dirinya sudah tidak punya siapa-siapa lagi, mengingat ibunya saja sudah tidak mau mengakuinya.

"non Fanya kenpa kok tiba-tiba kelihatan sedih gitu?" tanya bibi yang melihat Fanya tidak seceria tadi.

"Fanya hanya ingat sama ayah Fanya bi," jelas Fanya.

"lho memangnya ayah non Fanya kemana?" tanya bibi lagi. Nampaknya bibi mulai penasaran dengan apa yang telah terjadi pada Fanya.

"Ayah sudah meninggal 3 bulan yang lalu bi, ibuku menikah lagi dan sekarang malah membuangku karena lebih membela suami barunya bi," jelas Fanya.

"Non Fanya ang sabar ya, bibi yakin kalau non Fanya adalah gadis yang kuat. Harus selalu semangat ya Non," ujar bibi.

"iya Bi terimakasuh atas perhatian bibi."

Setelah bercerita dengan bibi kini hati Fanya merasa sedikit lega. Gadis itu sangat lega sekali karena masih ada yang bisa ia ajak bercerita, meskipun pada akhirnya sepahit dan sesakit apa pun hidup yang di jalaninya ia di paksa untuk kuat.

Mau tau bagaimana rasanya di campakan oleh ibu kandung sendiri? Rasaya itu sangat sakit. Bagaikan kita adalah sesustu yang tidak di harapkan oleh ibu.

Untukmu yang ku sebut IBU, selalu ku selipkan doa untukmu di setiap sujudku. Semoga suatu saat nanti kau kan menyadari betapa berartinya aku untuk dirimu.

Karena kesakitan terbesar adalah di saat orang yang ku sebut IBU begitu tega melukai hatiku. Sakit ini lebih sakit dari pada di tusuk dengan 1000 jarum.