Chereads / Jangan panggil aku Pelacur / Chapter 16 - BAB 16

Chapter 16 - BAB 16

RINDU

Satu kata yang memiliki banyak makna adalah rindu. Hal sepele tapi justru sering kali terucap. Tanpa menunngu kita tidak akan pernah tau apa iu rtinya rindu. Sebab itu rindu selalu mengajarkan kita untuk sabar, selalu mengajarkan pada kita bagaimana hari-hari yang terasa beart saat perasaan rindu itu datang.

Seperti Fanya yang saat ini tengah merindukan sosok ayahnya, sosok yang akan selalu melindungi Fanya. Namun, semua itu hanyalah tinggal kenangan saja karena kini semuanya telah berlalu. Ayahnya telah pergi dan tidak akan bisa melindunginya lagi, tinggal ibunyalah yang Fanya punya tapi sayang sekali ibunya justru membuangnya demi suami barunya.

"rasanya gue benar-benar ingin menjerit tapi rasanya semua itu sangat percuma, kini sebentar lagi Fanya akan menghadapi hidupnya dengan lebih berat lagi.

Menikah dengan Deka nyatanya membuat Fanya tidak berhenti berfikir, ia selalu saja memikirkan apakah Deka bena-rbenar akan menjadi suami yag baik untukknya. Sedangkan Fanya sendiri sangat berharap bahwa pernikahannya nanti bisa ia perjuangkan meskipin hanya di atas kertas perjanjian.

Mekipun di lain sisi Fanya juga memiliki banyak impian yang sudah di genggamnya dan akan ia pastikan bahwa semua itu haruslah tercapai.

"kenapa kamu bengong di sini, bukankah tadi aku menyuruhmu untuk berganti pakaian?" tanya Deka dengan tatapan tajamnya.

Fanya yang di tatap demikan pun langdung menundukan kepalanya. Berdebat dengan Deka hanya akan membuang-buang waktu dan tenaganya saja, belum lagi jika nanti lelaki itu melemparkan kata-kata pedas yang akan langsung membuat sudut hati Fanya sakit.

"iya aku langdung ganti baju sekarang!" sahut Fanya.

Terlihat senyum kemenangan di bibir Deka. Ia merasa sudah menang dari Fanya saat ini. Gadis itu mendadak menciut bdan sama sekali tidak melawannya lagi.

"saat ini kamu boleh tertawa mengejekku Deka, tapi suatu hari nanti aku yang akan berbalik melakukan itu," tegas Fanya.

Ia telah selesai bergnti pakaian dan segera keluar dari kmarnya. Deka yag melihat riasan Fanya meski hanya natural namun kelihatan sangat elegan dan cantik. Deka terpukau melihat kecantikan alami dalam diri Fanya.

"Deka, hellow! Jadi sekarang kan perginya?" tanya Fanya yang melihat Deka justru tidak berkedip.

"ayo jalan sekarang," sahut Deka yang langsung berjalan mendahului Fanya. Ia akan sangat malu sekali jika Fanya sampai mengira kalau barusan Deka menatap Fanya sampai tidak berkedip.

"bisa mati gaya gue kalau sampai gadis itu tau gue tadi lihati dia sampai tidak berkedip," ujar Deka dalam hati.

"kita sebenarnya mau kemana sih," ucap Fanya yang kemudian di tanggapi pelototan dari Deka.

"jangan banyak tanya, kamu hanya perlu menurut saja," sahut Deka.

"oh oke." Fanya tidak lagi bertanya, gadis itu kemudian memilih diam saja sembari menatap keluar jendela.

"kamu mau makan dulu?" tawar Deka.

"terserah kamu saja," sahut Fanya.

Tanpa berucap lagi Deka mengarahkan mobilnya yang kebetulan memang sudah tidak jauh dari sebuah restoran khas jepang.

"kita makan di sini saja," ucap Deka.

Fanya pun hanya mengangguk tanda kalau ia setuju dengan ajakan Deka. Keduanya pun kemudian melangkah masuk ke dalam restoran tersebut. Deka langsung mendudukan dirinya di meja no 5.

"silahkan pesan makanan sesuai seleramu," ujar Deka.

Fanya pun mengambil menu makanan dan hanya memesan ramen dan es tea. Setelah itu ia memberikan buku menunya pada Deka.

"kamu hanya memesan ini tiidak mau nambah dengan yang lainnya?" tanya Deka.

"tidak, ini saja sudah cukup."

"oke kalau begitu." Deka pu n langdung memanggil waiters dan langsung memesanya. Deka memilih menu yang sama dengan Deka.

"apa kamu sudah mencarikanku guru untuk homeschooling?" tanya Fanya tiba-tiba.

"mengapa? Apakah kau sudah bosen dengan berdiam di rumah tanpa melakukan apa pun, " telisik Deka.

"tentu saja aku sangat bosan, setiap hari aku hanya berdiam diri di kamar karena tidak ada aktivitas apa pun yang akan aku lakikan,'' keluh Fanya.

''bersabarlah sebentar, setelah menikah baru akan aku carikan guru khusus untukmu, jadi kamu jangan khawatr,'' ucap Deka.

''baiklah kalau begitu, aku pegang kata-kata kamu,'' tukas Fanya.

"bisa kamu pegang kata-kataku, aku bukanlah tipe orang yang ingkar dalam berucap,'' tegas Deka.

Makanan pesanan mereka pun telah datang, deka pun segera meminta Fanya untuk memakannya karena mereka harus segera mungkin tiba di tempat yang akan mereka tuju.

''makanlah karena waktu kita tidak banyak,'' ujar Deka.

Tanpa menjawab Fanya pun segera memakannya, gadis itu tidak tau akan di bawa kemana, tapi yang jelas ia tidak ingin memancing amarah Deka.

Entah mengapa akhir-akhir ini Fanya bahkan terlihat sangat lemah sekali, gadis itu terlihat lelah dan pasrah dengan alur hidup yang di jalaninya. Mungkin bersabar dan pasrah akan lebih baik untuk kelangsungan hidupnya.

Setelah 10 menit berlalu mereka pun sudah kembai ke dalam mobil Deka dan lelaki itu pun sudah mulai melajukannya.

15 menit perjalanan akhirnya mereka sampai di tempat yang mereka tuju. Dan betapa terkejutnya Fanya saat tau kalau mereka ternyata datang ke rumah peninggalan ayah Fanya.

"ngapain kita kesini?" tanya Fanya heran.

"ada keperluan penting, memangnya kenapa kamun tidak suka datang ke rumah ini?" tanya balik Deka.

"bukannya begitu, tapi-'' mendadak ucapan Fanya tercekat.

''kenapa? Sudah tidak perlu kamu jelaskan aku sudah taun kalau ini adalah rumah orang tuamu,'' ujar deka.

''lalu untuk apa kamu mengajakku kemari?" tanya Fanya yang sama sekali tidak di respon oleh Deka karena lelaki itu justru memilih untuk menekan bel pintu rumah itu.

Tidak lama kemudian munculah seoarang wanita paruh baya, dia adlah ibu Fanya. Wanita yang tega telah mengusirnya kala itu.

''Fanya, mau apalagi kamu datang ke rumah ini?" tanya wanita itu.

''emm, Fany... '' ucapannya terpotong.

"kami hanya ingin meminta restu karena 2 hari lagi kami akan melangsungkan pernikahan. Dan kalau Ibu berkenan untuk datang kami sangat senang sekali,'' uajr Deka. Ia tau kalau Fanya masih syok karena ia bertemu dengan ibunya yang nahkan telah melupakannya.

"akan saya usahakan, kalau sudah tidak ada yang penting lagi sebaiknya kalian pulang saja karena masih banyak hal yang akan sayab lakukan,'' ujar wanita itu.

Mendengar itu sudut hati Fanya terasa sangat sakit sekali. Ia benar-benar telah di lupakan oleh ibunya sendiri.

Deka yang melihat kesedihan Fanya pun segera mengajak Fanya pergi dari rumah itu. Mekipun dingin, ia masih memiliki rasa kemanusaiaan hingga tidak tega melihat Fanya sesedih tu.

''kadang hidup itu memang rumit, tapi serumit apa pun itu jika yang menjalaninya adalah orang yang cerdas maka akan mudah untuk di pecahkan, ya meskipun prosesnya sangat sulit dan banyak membuang air mata."

Kata-kata yang Fanya dengar dari Deka barusan bagaikan petir yang menyambar. Fanya seakan langsung teringat dengan kata-kata ayahnya yang mirip sekali dengan ucapan Deka barusan.