Naryo masuk ke dalam kamar mandi. Menanggalkan semua pakaiannya. Dia mengambil gayung yang ada di pinggir bak mandi. Langsung mengambil air dan menguyur tubuhnya dengan sangat cepat dan kasar.
Setelah cukup puas menguyur tubuhnya sampai basah kuyup. Tatapannya nanar ke suatu arah, nafasnya memburu, seperti ada asap yang mengepul di kepalanya. Dia sangat gusar dengan kehadiran Tama di desa ini. Pemuda itu sangat berbahaya dan bisa saja dia menguak sebuah rahasia besar yang telah dia sembunyikan rapat-rapat.
Naryo membayangkan kejadian malam itu. Ketika dia dan Japar yang telah merampok dan membunuh seluruh keluarga Sapar. Keluarga yang konon adalah paling kaya di desa ini sekaligus paling sombong. Naryo dan dan Japar sangat membenci mereka dan melakukan perampokan itu.
"Gimana ini Japar? Aku takut kalau sampai ketahuan." Tukas Naryo sambil melirik ke arah Japar. Yang dia ajak bicara terdiam untuk beberapa saat. Lantas, timbul sebuah ide yang cemerlang di dalam benaknya.
"Kamu tidak usah khawatir. Aku punya ide cemerlang. Dengan begini kita akan mana dari tuduhan perampokan ini." sahutnya setelah lama terdiam, terlihat seringai penuh kelicikan.
Entah iblis mana yang merasuki jiwa mereka, sehingga tega menfitnah orang yang tidak bersalah. Naryo dan Japar kala itu menaruh sebagian harta yang sudah mereka rampok tepat di hadapan pintu belakang rumah Lastri dan mengetuk pintunya.
Begitu pintu terbuka terlihat Lastri yang membawa karung hitam itu tepat ketika rombongan warga datang. Sontak saja warga geram dan menuduhnya telah merampok rumah Sapar. Mereka langsung menyeret tubuh Lastri bagai binatang yang di sembelih dan mengaraknya keliling kampung. Sementara Naryo dan Jupar hanya tertawa di balik semak-semak dengan hasil curian yang lebih banyak dan bebas dari tuduhan pencurian itu.
Dan yang paling tidak manusiawi, mereka tiba-tiba muncul di kerumunan Warga dan mengompori mereka untuk membakar Lastri saja. Sudah jatuh tertimpa tangga pula, itulah yang di alami Lastri. Selama berpuluh-puluh tahun dia diperlakukan dengan kurang baik sehingga dia memilih hidup terpencil di pinggir hutan. Dan sekarang dia difitnah secara keji atas perbuatan yang tidak pernah dia lakukan. Meski akhirnya nyawanya harus berakhir di antara bara api yang panas.
Kekejaman Naryo dan Japar tidak berhenti di sana, mereka juga menyeret tubuh Raflina yang sedih karena kehilangan ibunya itu dan memperkosanya ramai-ramai. Memang mereka adalah iblis berwujud manusia. bahkan mungkin iblis yang asli kalah kejam dibandingkan dengan mereka.
Naryo tersadar atas lamunannya. Lamunan akan sesuatu yang tidak pantas dia lakukan. Betapa sisi kemanusiaannya sekarang bergolak. Dia menyesal melakukan itu semua. tapi apa mau di kata kalau semua sudah terlanjur. Semua perbuatan pasti akan ada balasan yang setimpal.
Naryo meraih gayungnya lagi. Namun kini dia mengguyur tubuhnya dengan pelan. dia teringat dengan sikap aneh Japar tadi pagi yang mengajak warga untuk pergi ke tengah hutan. Tempat dimana mereka membuang jasad Lastri yang sudah gosong bagaikan abu. Hampir saja Naryo tidak bisa menerima alasan Japar, mencari mayat yang sudah mereka buang dari atas jurang itu adalah hal yang paling mustahil dan hanya orang gila saja yang melakukan hal itu. Japar bersikeras bahwa mereka harus menemukan mayat itu karena hantu Lastri telah meneror dirinya dan sebentar lagi warga yang lainnnya.
Naryo masih tertawa kalau membayangkan hal itu. Naryo dan semua warga telah menganggap Japar adalah orang gila. Lalu mereka meninggalkan Japar sendirian di bibir jurang itu.
Tapi bagaimana kalau yang dikatakan oleh Japar itu benar adanya? Kalau hantu itu mulai meneror warga untuk menuntut balas?
Naryo menggeleng-gelengkan kepalanya, berusaha menepis pikiran buruk itu. Di dalam kamar mandi itu, dia terus menyakinkan dirinya bahwa Lastri itu sudah meninggal dan dia tidak akan mampu untuk meneror orang yang sudah hidup.
Pria itu mengambil segayung air dan kembali menguyurkan tubuhnya dengan sangat pelan, meresapi batinnya yang mulai kacau. Kacau akan rasa penyesalan dan berdosa atas perbuatannya tempo hari kepada Lastri.
Lalu, dia mengambil sabun dan membalurkannya ke seluruh tubuh termasuk wajahnya. Memang sudah kebiasan, menggunakan sabun batang untuk di di wajah sampai dia dibuat terkejut dengan pintu kamar mandi yang tiba-tiba terbuka.
Brak!
"Siapa itu?" pekiknya. Namun sosok itu tidak menjawab. Naryo yang gusar pun langsung menbasuh wajahnya yang penuh sabun lalu melihat ke arah pintu sekali lagi. Dia terhenyakn tatkala melihat wajah Lastri yang penuh amarah di sana. karena belum percaya dengan apa yang dilihatnya. Dia kembali membasuh wajahnya.
Namun, kini bukan sosok Lastri yang ada di sana melainkan sosok yang tidak asing yang dia kenal sebagai istrinya Japar. Tapi gelagatnya sangat tidak biasa. Mukanya pucat dengan sorot mata yang tajam penuh dendam. Naryo agak begidik melihat hal itu.
"Mbak! Mbak ngapain dobrak pintu kamar mandi saya?" tanyanya dengan mulut yang bergetar. Lalu sosok yang seperti kerasukan itu beringsut mendekatinya dan mencekiknya. Naryo yang kaget karena mendapatkan serangan yang tiba-tiba itu lantas memberontak. Dia berusaha melepas pegangan tangan Istri dari japar itu, tapi entah mendapatkan kekuatan dari mana. kekuatan dari wanita itu mendadak menjadi sangat kuat. Kini, Naryo tercekik tanpa mampu bisa melawan.
Lalu dia teringat dengan Perkataan japar bahwa istrinya telah di teror oleh arwah Lastri. Jangan-jangan, matanya terbelalak. Mahluk yang tengah mencekiknya ini adalah Arwah gentayangan Lastri!
Ketakutan yang teramat sangat mendera hati Naryo. Sungguh dia tidak mau mati konyol saat itu juga. Dia harus mencari cara bagaimana supaya bisa lepas dari cengkraman Istri Japar alias Arwah gentayangan Lastri.
Sebuah ide gila terlintas di benaknya. Susah payah tangannya naik ke atas dan berusaha untuk menutup lubang hidung wanita itu. Yang memang sudah dipercaya dengan cara itu maka sang Hantu yang merasuki akan gelagapan.
Dan ternyata apa yang dia lakukan itu membuahkan hasil. Sang Hantu gelagapan dan melepas cengkraman tangannya. Naryo tidak menyia-nyiakan kesempatan itu, dia langsung keluar dari kamar mandi itu dan lari tunggang langgang menjauh dari rumah. bahkan dia tidak perduli dengan kondisinya yang tanpa memakai pakaian sehelaipun.
Naryo menjadi pusat perhatian orang di kampung. Bagaikan orang sinting dia berlari seperti di kejar setan dengan tanpa busana sama sekali. Bahkan beberapa anak kecil juga menyoraki dengan sebutan orang gila. Namun Naryo tidak perduli sama sekali, yang ada di benaknya adalah bagaimana dia bisa lepas dari cengkraman hantu tersebut.
Naryo berlari dengan tujuan yang tidak menentu. Yang di lihat oleh para warga dia telah berlari sendirian. padahal sebenernya dia tengah di kejar oleh Hanti Gosong Lastri.