Olla sudah menghabiskan sarapannya, nasi goreng sosis kesukaannya saat kecil, sebelum dia mengenal Diet.
Olla berkali-kali menghapus air matanya, dia tak mau kehilangan bi Inah, orang yang sudah merawatnya sejak usia 8 tahun sejak mama Melati sibuk dengan karir menyanyinya.
"Hiks."
"Minum dulu non,ini air jeruk lemonnya."
"Bi ... jangan dulu pergi ya, Olla tidak mau pisah sama Bibi, nanti Olla coba ngomong sama papa lagi ya,"rajuk Olla pada bi Inah
Bi Inah menghela nafasnya."Tapi bibi sudah kadung minta di jemput sama suami bibi non, bibi mau pulang kampung, kebetulan mau nyunatin anak kedua bibi si Damar."
"Tapi."
Bi Inah tahu jika Olla tak memiliki orang terdekat lainnya, bisa di bilang dialah satu-satunya orang yang mengenal baik seorang Violla.
"Non, bibi pulang dulu, nanti kalau ada apa-apa non bisa telepon ke nomor bibi."
"Sayang."
Olla menoleh, papanya sudah terlihat rapi dengan setelan kantor seperti biasanya.
"Pa."
Papa Danu mendekat lalu membelai rambut putrinya."Papa mau keluar dulu ada urusan sama om Adam."
"Pa ... Bi Inah jangan boleh pergi,"ujar Olla memohon pada papanya
Papa Danu menatap artnya, lalu ia menghela nafasnya."Bi Inah mau pulang kampung sayang, putranya mau sunatan."
"Iya tapi nanti dia harus balik lagi."
Papa Danu kembali menatap bi Inah."Tunggu sebulan lagi ya Bi, kalau tidak ada kabar dari saya jangan dulu kerja di tempat lain!"
Ucapan papanya memberi harapan baru bagi Olla."Pa ... Papa tidak jadi bangkrut kan? "
Papa Danu tersenyum."Doakan ya sayang, ini papa mau ketemu om Adam, dia mau bantu cari klien papa yang udah kabur setelah nipu papa."
Olla langsung tersenyum dan mengangguk antusias."Iya Pa semoga orangnya segera di tangkap."
"Mm ... artinya Olla tidak harus pindah dari rumah ini kan? "
"Tidak sayang ... rumah ini juga tidak dalam daftar sita bank, tapi si Cooper kamu ikut di sita."
"Apa ... Pa ... itu kan kado ultah Olla,jangan itu mobil kesayangan Olla."
"Nanti papa urus ya ... papa pergi dulu."
Olla menghela nafasnya."Aku harus sembunyikan kuncinya, aku gak mau kehilangan si pinky,"ujar Olla lalu berlari naik ke tangga menuju kamarnya.
..........
Leo baru saja bangun jam 10 pagi, di lihatnya jam di atas nakas sesaat, lalu ia menenggelamkan lagi dirinya di balik selimut tebalnya.
Ceklek...
"Astaga anak bujang satu ini, ayo bangun,"tegur mami Dara yang baru saja masuk kamar putranya
"Bangun Le ... antar mami."
"Masih ngantuk Mam ... minta uncle Jack saja seperti biasanya."
"Tidak bisa sayang, mami mau minta antar ke rumah calon mantu mami."
"Lah kan tinggal telpon nanti bang Raffa pasti datang."
Mami Dara menggeleng lalu membuka paksa selimut putranya."Mami bilang calon mantu."
Leo membuka matanya, lalu mengerutkan keningnya."Memang Lio mau nikah? Wah berani dia ngelangkahin aku."
Mami Dara menggeleng."Kamu yang mau nikah bukan Lio?"
"Apa? "Leo lalu memejamkan saat teringat apa yang ia dengar semalam.
"Mam, Leo sama Olla tidak ada hubungan apa-apa. "
"Mami tahu banget kamu Le, sudah sana mandi, pokoknya mami mau di antar kamu ke rumah calon mantu mami. "
"Hais Mami,"ucap Leo menatap kesal pasa maminya yang baru saja menutup pintu kamarnya.
........
Danu memasuki sebuah restoran dan langsung mengikuti ke mana pelayan mengarahkannya menuju sebuah ruangan VIP.
"Silahkan masuk. "
"Makasih. "
Danu masuk ke ruangan bernuansa red & gold itu, lalu di lihatnya sahabatnya sudah duduk di depan meja bundar dengan beberapa hidangan yang telah terjasi.
"Oh, Dan ... mari-mari duduk dulu."
"Makasih Dam."
Danu menatap seorang pria di sebelah Adam bingung.
"Kamu lupa dia Dan, dia Axel, adik Alex."
"Ah ... ya ... aku ingat, dulu dia masih SD kan saat kita SMA."
"Ya ... bocah yang sering pilek itu."
"Hais bang janganlah buka kartu,"kesal Axel.
Danu terkekeh lalu duduk di depan Adam dan Axel.
"Makan dulu nanti baru kita bahas yang lainnya,"ujar Adam
"Ya baiklah, aku tak akan sungkan."
Adam tertawa, dulu Danu hanya pria sederhana yang selalu membantunya mengerjakan PR, imbalannya Danu menjadi cukup dekat dengannya dan selalu di traktir makan olehnya.
Setelah makan, Adam langsung memulai pembicaraan.
"Jadi, nanti Axel akan stay di Bandung beberapa hari untuk menyelidiki kasusmu Dan, dan percaya pada kemampuannya. "
"Ah syukurlah aku jadi sedikit lega. "
Adam mengangguk."Ya meski nanti perusahaanmu tak lagi seperti dulu karena kerugianmu sekarang, tapi tenang saja aku siap berinvestasi ke perusahaanmu. "
"Tapi Dam, aku tidak mau di kasihani."
"Dalam bisnis tidak ada belas kasihan Dan, aku berinvestasi bukan memberimu cuma-cuma, tetap saja aku harus dapat untung."
Danu mengerutkan keningnya."Untung, tapi aku tau bagaimana cara kerja perusahaanmu dan aku tak yakin."
"Tenang saja, soal itu bisa di atur nanti, tapi aku minta keuntungan lainnya."
Danu semakin tak mengerti maksud sahabatnya itu."Maksudnya?"
Adam menghela nafasnya."Istriku sangat menyukai putrimu, dia selama ini tak pernah meminta apapun padaku, dan dia ingin aku menjadikan putrimu-"
Danu tiba-tiba berdiri."Maaf Dam, aku tidak akan menyerahkan putriku untuk jadi istri keduamu. "
Pufffttt....
Adam dan Danu sama-sama menoleh ke arah Axel yang baru saja menyembur minumanya.
"Gila kau bang, aku saja punya istri satu,"seru Axel.
Adam memutar bola matanya malas. "Istrimu satu tapi pacarmu banyak, "sindir Adam
Danu kembali menatap Adam."Aku lebih baik jatuh miskin dari pada harus mengorban putriku."
Adam menggeleng."Duduk dulu!"
"Aku tetap-"
"Bukan aku yang ingin menikah dengan putrimu,duduk,"ujar Adam cepat sebelum pikiran Danu semakin kemana-mana.
Ragu-ragu akhirnya Danu duduk kembali.
Adam menghela nafasnya."Tenang saja, aku istri satu saja cukup,"ujarnya
"Lalu?"
"Dara, istriku ingin Olla menjadi menantu kami, lagi pula putraku Leo dan putrimu saat ini berpacaran jadi kami ingin mereka menikah saja."
Danu menatap Adam,ia ingin mencari keyakinan atas niat sahabatnya itu, tapi menikahkan Olla sekarang ia ragu meski jika benar Olla dan Leo berpacaran saat ini.
"Jika kamu setuju kita akan lakukan secepatnya setelah kasus kamu selesai, ya paling 2 minggu, bagaimana Xel? "
"Apa 2 minggu? "
Adam mengerutkan keningnya, "Kenapa?Apa kemampuanmu sudah berkurang? "
Axel menggeleng."Tidak tapi itu artinya aku harus lembur."
"Urusanmu itu."Adam kembali menatap sahabatnya."Bagaimana Dan? "
Danu menghela nafasnya."Aku harus tanyakan dulu pada putriku, aku tidak mau memaksanya."
"Ya kau benar,tapi sepertinya dia tak akan menolak, aku yakin itu,"ujar Adam, ia ingat bagaimana Olla saat makan malam kemarin, gadis itu persis Siena,putrinya saat mengejar Raffa dulu.
Sementara Danu nampak berfikir, haruskan ia melepas Olla untuk di nikahi seseorang sekarang?Baginya Olla masih gadis kecilnya dan ia sedikit tak rela jika Olla akan menjadi milik orang lain.
.
.
myAmymy