Olla kini duduk di bangku taman kampusnya, ia memikirkan cara agar ia bisa mulai mandiri, jelas masih ia ingat jika ekspresi wajah papanya semalam terlihat tak seperti biasanya.
"Sepertinya masalah perusahaan kali ini cukup serius,"gumam Olla.
Olla mendesah, ia harus memikirkan sesuatu untuk membantu ayahnya itu.
"Tabungan Olla tidak banyak, kalau pakai warisan mama pasti papa marah. "
"Tapi Olla pingin buka usaha. "
"Usaha? "
Olla langsung berbalik dan mendapati sahabatnya, Karina. "Eh Karin, udah selesai kelasnya? "
Karina mengangguk lalu duduk di sebelah Olla. "Iya ... tadi kamu ngomong usaha, usaha apa? "
Olla mendesah. "Olla ingin buka bisnis tapi bingung mau bisnis apa?"
Karina mengangguk mengerti."Kenapa tiba-tiba kamu ingin buka bisnis? "
"Eh ... itu, mm ... ya kan Olla kuliah bisnis, ya ingin coba aja, "ujar Olla, ia tak mungkin menceritakan apa yang sedang ia pikirkan, bagi Olla dia hanya akan berbagi kebahagiaan dengan teman-temannya, tidak yang lain.
"Wah, mau dong ikutan, "seru Karina penuh semangat.
"Serius Karin, Olla mau, tapi kita buka usaha apa ya?"
"Kalau Caffe gimana?"
Olla nampak berfikir."Karina bisa masak? "
"Bisa si, tapi ya cuma masakan rumah. "
"Hemm, kalau Caffe biasanya kan menu barat, kue, desert, kopi coklat,jus,pokoknya aneka minuman, kayaknya Olla bisa."
"Olla bisa masak? "tanya Karina tak percaya.
"Bisa, kan Olla ikut kursus masak, Olla malah punya sertifikatnya."
"Wah keren,"seru Karina.
"Tapi tabungan Olla sedikit, kemarin Olla baru beli tas baru, "ujar Olla penuh sesal, dia baru saja mentransfer untuk pembelian tas merek kenamaan yang ia idamkan sejak lama.
"Aku juga tidak punya tabungan,"ucap Karina penuh sesal, hidupnya saja bergantung pada om Erick.
"Kalau Karina serius mau kerjasama sama Olla, mm ... mungkin Olla bisa pakai warisan dari mama. "
"Warisan?"
Olla mengangguk ragu."Iya. "
"Mau La, jujur aku ingin sekali mandiri, biar aku tidak bergantung terus sama om Erick dan tante Soraya."
Olla menatap Karina, sepertinya sahabatnya itu benar-benar membutuhkannya lebih dari dirinya.
Jelas bisa Olla lihat dari kamar Karina waktu itu, Om Erick itu yang ia tahu seorang pengusaha sukses, rumahnya besar dan ada banyak barang-barang mewah, tapi kamar Karina terlalu sederhana untuk ukuran keponakan Erick Jo.
"Ya udah nanti kita mulai dari konsepnya ya, baru nanti setelahnya kita cari tempatnya."
Karina mengangguk dengan cepat, gadis itu tersenyum penuh harap.
...
Olla baru saja menyelesaikan kuliahnya, ia berjalan lesu ke arah parkiran mobil. Perutnya terasa perih karena ia belum makan sejak pagi.
"Aduh pusing ...,"guman Olla memegang kepalanya dan sedikit terhuyung ke belakang
"Eh ...,"kaget Olla karena ternyata ada yang menahan tubuhnya, ia pun menoleh dan seketika wajahnya langsung berbinar
"Kak Leo ..., "seru Olla
Leo mendesah lalu melepaskan tangannya dari bahu gadis di depannya, tadi ia juga baru saja selesai kuliah dan mendapati Olla berjalan pelan di depannya
"Kamu kenapa?"tanya Leo menyadari wajah Olla terlihat pucat
Olla menggeleng. "Tidak apa, cuma pusing aja tadi, tapi sekarang udah baikan kok, kan obatnya udah di depan Olla."
Leo hanya menggeleng kecil paham maksud gadis di depannya. "Ya sudah,"ujarnya sebelum melanjutkan langkahnya meninggalkan Olla
"Eh tunggu."
Leo berbalik saat lengannya di tahan oleh seseorang, siapa lagi orangnya, pasti Olla.
"Ada apa? "tanya Leo malas, jujur meski wajah Olla cantik tapi sifat gadis itu yang melebihi kakaknya Siena membuatnya enggan untuk dekat gadis itu,apalagi jika harus menerima perasaan gadis itu.
"Kak Leo mau kemana?"
"Pulanglah,"jawab Leo sambil melepas tangan Olla dari lengannya.
"Mm ... sama Olla juga mau pulang,tapi ...,"lirih Olla
"Jangan bilang kamu mau nebeng."Leo memindai ke arah parkiran. "itu Mini Cooper punya kamukan? "tunjuk Leo pada mobil yang ia yakin milik Olla.
"Hmm ... tapi Olla pusing, Olla takut kalau harus bawa mobil sendiri."
"Telpon supirlah, kan bisa!"ujar Leo tak peduli, ia pun berbalik hendak pergi sebelum matanya menangkap tubuh Olla luruh ke lantai
"Astaga ... Olla ... hei bocah,"ujar Leo panik, terlebih saat Olla tak meresponnya."astaga dia pingsan."
.
.
Leo duduk di kursi di depan ranjang kecil tempat Olla berbaring saat ini.Pada Akhirnya Leo membawa Olla ke klinik kampusnya.
Leo tersenyum menatap ponselnya, saat ini ia sedang berbalas pesan dengan salah satu pacarnya, tidak lebih tepatnya dengan dua pacarnya.
"Ini teh manisnya Le, nanti berikan pada gadis ini ya!"
Leo menoleh dan mendapati dokter jaga di klinik itu, seorang dokter muda cantik bernama Atika, itu yang ia baca di name tag yang di kenakannya pada jas putih ala dokter.
"Jadi kamu lanjut ambil specialis di sini juga Tik? "tanya Leo."jangan bilang kamu masih berharap sama aku? "
Atika, mahasiswa Kedokteran yang pernah ia pacari 2 tahun lalu,Kakak tingkat beda jurusan yang menjadi salah satu mantannya, gadis cantik turunan China dengan mata sipitnya yang tetap ia ingat wajahnya meski tak yakin namanya jika tak ada name tag di seragam dokternya.
"Ambil spesialis apa? "tanya Leo
"Ck ... fokus aja sama pacar baru kamu tuh, "ujar Atika menunjuk Olla
"Eh, dia bukan pacarku, cuma kebetulan aja ketemu tadi, eh pingsan di depanku, masa aku abaikan. "Leo bangkit dan mendekati meja Atika."kamu kelihatan tambah cantik deh. "puji Leo
Atika menghela nafasnya lalu menunjukan jari-jarinya."Lihat ada cincin di jari manisku, jangan macam-macam."
Leo menatap cincin di jari manis sebelah kiri Atika, "Kamu udah tunangan, sama siapa? "
"Sama siapa apa urusan kamu, yang jelas dia bukan playboy seperti kamu."
Leo langsung menarik kursi di depan meja Atika dan duduk di sana. "Ya urusankulah,"ujar Leo membuat Atika menautkan alisnya bingung.
"Dengar, dulu saat kita pacaran, kita cuma pernah ciuman, masa mantan Leo tidak pandai memadu kasih, apa kata yang jadi suami kamu nanti. "
"Jangan kurang ajar Le, aku senior di sini. "
"Sorry, bercanda ... by the way selamat ya. "
Atika menghela nafasnya lalu mengangguk.
"Enggghhhh ...."
Leo dan Atika langsung menoleh ke arah ranjang, sepertinya Olla sudah sadar.
"Kamu sudah sadar? "tanya Atika
"Nghhh ... Olla di mana? "
"Di Klinik, Leo tadi bawa kamu yang pingsan kesini. "
Olla langsung menatap Leo yang berdiri dekat kakinya."Kak Leo. "Saat ini hati Olla benar-benar bahagia karena ia tahu jika Leo yang membawanya ke Klinik, itu artinya Leo peduli padanya.
"Ini minum dulu teh manisnya, kamu dehidrasi, kamu belum makan dari pagi ya?"
Olla berusaha bangkit dan duduk lalu menatap teh manis dalam gelas yang di pegang oleh dokter Atika.
"Olla minta air putih aja,"pintanya
"Tapi kadar gula kamu rendah banget tadi, ayo minum ini dulu."
Olla tetap menggeleng."Tidak mau, Olla lagi diet nanti gagal, berat badan Olla udah naik 1 kg."Olla menggeleng lagi. "Olla tidak mau gendut."
Atika dan Leo sama-sama memindai tubuh Olla, mereka heran dengan tubuh proposional seperti itu kenapa Olla harus diet hanya karena naik 1 kg sampai mengabaikan kesehatannya.
"Tapi nanti kamu bisa sakit,"bujuk Atika namun Olla tetap menggeleng
Leo mendesah melihat keras kepalanya Olla, ia lalu mendekat dan mengambil alih gelas teh dari tangan Atika
"Ayo minum,"ujar Leo membuat Olla menatap pria itu
.
.
myAmymy