Kita hanya ditakdirkan untuk sekedar bertemu, bukan bersatu.
~~~••••~~~
"Kebiasaan banget dah lo!"
Raka menggerutu sambil membantu Tara untuk berjalan dengan benar menuju parkiran. Aroma laki-laki itu seperti alkohol berjalan. Setelah Raka sudah berhasil memasukkan Tara ke dalam mobil, Moza ikut masuk, duduk di jok belakang bersama Tara.
Di waktu Raka hampir tertelap, Moza menghubunginya dan menyuruh laki-laki itu untuk menjemput kakaknya yang sudah mabuk berat.
Tara tertawa melihat penderitaan sang adik yang menjemputnya. "Burung.. Burung apa yang ngga bisa terbang? Hayo, apaaa?" Tara berceracau tak jelas, "Burung lu!" lelaki itu menjawab pertanyaannya sendiri, disusul tawa kencang.
"Otak lo tuh cuma setengah atau emang nggak ada?"
"Nggak ada." Tara menyahut, setengah sadar.
Raka fokus menyetir, sementara Tara tidak bisa diam. Dia bicara terus meski kata-kata yang dia ucapkan tidak nyambung semua. Moza yang duduk di sampingnya hanya bisa menutup telinga.