Kita hanyalah kemungkinan-kemungkinan yang tak mungkin.
~~~••••~~~
Tara kembali membuka matanya lagi, sesuatu kejadian yang cukup membuat hatinya teriris sakit. Kiya yang menangis di bawahnya. Dengan isakkan yang tertahan, Kiya menggigit bibirnya ketika hatinya memintanya untuk berteriak, rasanya sesak ketika dia melihat raut wajah Tara yang dulu kembali, dengan sorot matanya yang teduh, membuat Kiya kembali luluh.
Takut akan menyakiti Kiya terlalu dalam, Tara bergegas beranjak dari tubuh Kiya. Rasanya dia tidak setega itu membuat Kiya menangis ketakutan. Niatnya datang ke rumah Kiya adalah sebagai bajingan, tapi mengapa rasanya dia tidak bisa benar-benar melihat gadis itu terluka.
Kiya masih menangis di atas kasurnya, kedua tangannya terangkat menutup wajahnya. Gadis itu menangis sejadi-jadinya.
"Aku nggak akan pernah capek untuk mengatakan kalau aku mencintai kamu. Aku pintar dalam hal sandiwara, jadi kamu nggak perlu takut kalau nanti Raka tahu tentang semua ini."
