Lamban laun, hari dan bulan silih berganti. Sudah tiga bulan berlalu semenjak perjalananku dari Sektor Selatan. Kini diriku telah singgah di salah satu dari empat wilayah terluas di dunia yaitu Sektor Barat. Tidak itu saja, kini akupun telah menjadi seorang Titlelist Physical. Dengan simbol kepalan tangan di lengan kiri, itu bukti akan keberhasilanku. Tentunya, ditambah masa-masa latihan juga misi yang kujalani dan kuselesaikan selama kurun tiga bulan, itu sudah cukup membuktikan. Meski begitu, semua hal tersebut masih awal bagiku. Tujuanku masihlah belum bisa dikatakan sukses.
Title Physical memiliki tiga tahap peningkatan yaitu Physical, Fighter dan Knight. [1] Title Physical merupakan seseorang yang mendapat simbolis Titlelist sebagai pengguna serangan fisik dengan simbol bercorak kepalan tangan. Lalu [2] Title Fighter, memiliki simbol bercorak helm ksatria, dan terakhir [3] Title Knight, Titlelist dengan corak simbol perisai.
Setiap simbol memiliki makna tersendiri. [1] Pada simbol Physical atau Punch of Brave, memiliki arti seseorang yang mempunyai keberanian dalam setiap genggamannya. [2] Kemudian, simbol Fighter atau Helmet of Willpower, bermakna seseorang yang memiliki tekad yang kuat pada pemikirannya. [3] Dan simbol Knight atau Shield of Justice, memiliki arti orang yang menyandang keadilan dalam dirinya yang begitu kuat bagaikan perisai.
Meskipun nihil informasi tentang persyaratan peningkatan tahap kedua dan ketiga. Bahkan Komandan Title Knight pun tidak memberikan keterangan apapun kepada Titlelist muda sepertiku. Tampak mereka masih merahasiakan hal tersebut.
***
Tak!!
Lagi dan lagi, derak kayu berbunyi sesaat pedang kayu yang kulayangkan berbenturan pada sebuah boneka kayu di depanku. Melesatkan sayatan horizontal, vertikal dan mendatar, aku melakukannya secara berkala pada titik sasaran tersebut. Membuat banyak goresan terjadi disetiap sisi kedua benda itu yang tidak dapat dihapus.
Saat ini diriku sedang melatih kemampuan cara menggunakan teknik pedang secara benar. Juga tentunya untuk melatih fisikku agar lebih kuat kedepannya. Ketika menghadapi berbagai misi atau pertarungan, aku sudah punya perbekalan dan siap sedia.
Tempat yang kugunakan ini adalah area latihan. Ruangan dengan panjang berkisar 7x6 meter dan lebar 6x5 meter. Terdapat banyak pedang kayu yang disejajarkan vertikal pada dinding dan area tarung di tengahnya. Namun ruangan ini hanyalah sebagian kecil saja. Besar dari balik bangunan aslinya bisa dikatakan 10x lipat dari ruangan ini.
Tak... Tak... Tak
Pedang kayu yang kugenggam kembali bertabrakan. Sudah bermacam sayatan kuluncurkan dengan tenaga yang lumayan kuat. Membuat keringat keluar dari pori-pori kulitku dan membasahi tubuhku. Jadi kuputuskan untuk menyudahi latihan ini. Dan aku pun beranjak menaruh kembali pedang pada posisi semula, kemudian bergegas menuju pintu keluar. Namun, langkahku tersendat ketika bertatap muka oleh pemuda yang tengah bersandar pada dinding yang berdekatan pada pintu.
"Yo, Nevtor!" Sapa pemuda itu sambil mengangkat tangan kanan setinggi kepala. "Bagaimana latihanmu hari ini?" Tanyanya.
Pemuda yang berbicara tersebut adalah Jake. Dia seorang Title Physical yang sama denganku. Penampilan memang cukup terbilang berantakan. Dengan kaus tipis polos berwarna hijau gelap yang agak kusut. Di tambah gaya rambutnya yang menutupi setengah wajah, juga celana yang awut-awutan menambah kesan buruk pada dirinya. Tidak ketinggalan sifatnya yang cenderung blak-blakan dan mesum pun patut diperhitungkan. Tetapi, meski begitu dirinya cukup terkenal. Khusus dikalangan gadis-gadis.
"Seperti biasa," balasku seraya kembali melangkah menuju pintu keluar.
Pemuda itu pun beranjak dan berjalan sejajar di sampingku. Setiap biasanya. Dia seperti serangga bagiku. Ingin sekali aku mengusirnya.
"Apa yang ingin kau lakukan hari ini?" Tanya pemuda itu lagi.
"Makan siang, lalu istirahat," jawabku singkat. Aku terus berjalan di koridor yang penuh lalu lalang para Titlelist yang berlawanan arah. Ada yang melempar senyum, ada juga yang sekedar lewat saja.
"Ah itu lagi? Apa kau tidak bosan melakukan aktifitas seperti itu setiap harinya? Setidaknya bersenang-senanglah sedikit," tegasnya, dia lalu mendekati telingaku. "Tetapi jika kau mau, aku bisa mengajakmu ke tempat para gadis." Dia berbisik dengan nada keceriaan. Tampak kemesuman sudah mulai aktif.
Seperti yang kujelaskan tadi, kalau dirinya cukup terkenal khususnya dikalangan gadis-gadis. Tentu bukan tanpa alasan. Itu karena kelakuannya yang suka sekali mengintip asrama para Titlelist wanita. Terutama jika mereka tengah di kamar mandi. Bahkan ada momen dimana ia pernah mencuri pakaian dalam para gadis dari kamarnya. Meski acapkali dia sering mendapat teguran dan hukuman atas aksinya itu, namun nyatanya pemuda mesum tersebut tidak jera-jera untuk melakukan lagi dan lagi.
Setelah melewati koridor kami sampai di pintu aula depan. Beranjak melangkah keluar kami pun lantas disambut oleh kecerahan langit siang. Dengan terik matahari yang tidak begitu panas sehingga nyaman dalam berjalan.
Diriku hendak menuju bangunan untuk para Titlelist rehat. Gedung besar yang mirip-mirip dengan bangunan yang tadi kusinggahi. Namun tentu saja dengan isi di dalamnya yang jauh berbeda. Jikalau tempat itu menyediakan banyak fasilitas ruang kamar, ruang makan dan kamar mandi. Juga satu dapur yang luas untuk para Titlelist memasak. Yah dengan kata lain, gedung tersebut adalah asrama. Tempat yang hanya diperuntukan bagi kami, para [1] Title Physical.
Tinggal beberapa meter lagi tiba di asrama, mendadak tangan Jake menarik bahuku dan membuat langkahku terhenti. Pemuda itu hanya tertegun diam di tempat. Pandangannya berfokus pada seorang gadis yang melintas di sampingnya. Gadis berambut ungu panjang terurai hingga melewati pinggul. Dengan Iris berwarna ungu dan baju berwarna sama yang tampak serasi. Di tambah pedang panjang di pinggul kanan dan ekspresinya yang dingin, memperlihatkan kesan yang tampak tangguh dan galak.
Melihat yang terpaku pada gadis tersebut sudah bisa ditebak bahwa ia akan menarik diriku dalam persoalannya. Jadi kuputuskan untuk segera pergi. Namun, nampaknya sulit melakukan itu. Sebab cengkeraman tangan pemuda itu begitu kuat sehingga sukar untuk terlepas.
Menunggu dan mendengarkan curhatan adalah pilihan terakhirku.
"Hey, Nevtor," pemuda itu berucap sambil menunduk. "Dia adalah satu-satunya gadis yang belum kukenali. Aku berusaha untuk mendekatinya dan menanyakan namanya. Namun, sifatnya yang dingin membuatku kesulitan. Padahal aku ingin sekali mengobrol dengan dia. Sedikitpun tidak apa-apa."
Dia menuturkan keluhannya dengan nada lesu. Selain itu, aku pun sempat terkejut jikalau ia belum mengenal gadis tersebut. Mengingat dirinya yang cukup dikenal banyak gadis, bahkan mayoritas nama-nama wanita di kota ini sudah banyak ia ketahui, jadi itu cukup mengherankan.
"Apa kau mau membantuku? Meminta agar gadis itu mau berbicara denganku," pintanya. Dia memegang pundakku seraya memasang mimik memelas. Memohon padaku melakukan hal yang bahkan mustahil kulakukan.
"Hentikan permintaanmu yang tidak masuk akal itu, Jake!" Teguran itu terdengar tegas. Kami kontan menoleh pada sumber suara yang berasal dari arah depan asrama.
Terlihat seorang pemuda berjalan mendekati kami. Pemuda berambut biru dongkar dengan baju berbordir logo daun di bagian bahu kiri, dan sebuah aksesoris kalung melekat di lehernya. Juga simbol kepalan tangan di pipinya, itu menandakan bahwa dia seorang Title Physical.
Dia bernama Clain. Teman sekamarku di asrama. Status ia lebih senior daripada kami. Sifatnya cukup sopan dan tegas. Juga memiliki keingintahuan yang tinggi. Bahkan ketidaksukaan dirinya pun terbilang mirip denganku. Jikalau ia tidak suka hal-hal yang tak berguna. Contohnya, hal yang dilakukan Jake saat ini.
"Huh?!" Jake mengerutkan dahi. Mimiknya pun tampak jengkel. "Kau jangan ikut campur urusan kami. Sebaiknya kau pergi, ini adalah hal yang terpenting bagi kami!" Tegasnya. Nada suara pemuda itu meninggi dari sebelumnya.
"Penting untukmu, namun tidak untuk, Nevtor. Sebaiknya kau yang berhenti meminta sesuatu yang tidak berguna seperti itu!" Dengan nada santai, pemuda berambut biru dongkar itu menghakimi pemikiran lawan bicaranya.
"Tidak berguna katamu?! Kau saja yang mengerti akan hal itu jadi kau bisa beranggapan demikian. Atau ...," saat dia melontarkan amarah itu, mendadak ia tersenyum yang terkesan meledek. "... mungkin kau iri terhadapku karena aku ini di sukai para gadis," lanjutnya. Dia tertawa puas atas perkataan yang mungkin untuk memprovokasi Clain.
"Mana mungkin aku iri padamu yang selalu ditegur karena mengintip." Pemuda berambut biru tersebut membalas ledekan itu membuat senyum Jake sontak menghilang.
"A-APA KATAMU?!" Dia berteriak amat keras, menyebabkan tatapan orang-orang yang tengah berjalan kontan berpaling ke tempat kami. Itu sangat memalukan.
Mereka memang tidak pernah akur seperti halnya kucing dan anjing. Meski keduanya akan kembali berbaikan. Jadi aku tidak perlu khawatir.
Aku bergegas masuk ke dalam asrama. Menuju kamarku lalu membuka pintu secara perlahan. Setelahnya, aku pun langsung menjatuhkan tubuh di atas kasur yang empuk untuk merilekskan otot-otot yang penat, seraya menempelkan kedua tangan di belakang kepala memandangi langit-langit kamar yang kosong.
Tak lama berbaring terdengar suara pintu terbuka perlahan. Di iringi Clain yang masuk dengan raut sedikit gusar. Dia pun duduk di kasurnya sambil menghela nafas panjang.
"Dasar si Jake itu!" Gerutunya pelan. Dia kemudian berpaling pada tempatku. "Oh iya, ngomong-ngomong apa kau mau membeli makan siang?" Tanyanya.
"Yah aku memang berencana ke toko."
"Baiklah, kalau begitu aku ikut denganmu." Dia bangkit dari posisinya dan berjalan mendatangiku.
Padahal aku ingin rehat-rehat dulu. Tetapi dia merusak momen itu.
=====
[ Titlelist : Sebutan bagi orang yang telah lulus menjalani setiap tes dan menerima simbolis Title ]