Salah seorang di balik kerumunan itu terus melontarkan kata dengan nada kesal. Pada seseorang yang entah siapa. Kami pun lekas mendekat. Terlihat di depan sana ada seseorang yang sedang menyandera gadis muda berambut coklat. Dengan pisau yang ditodongkan pada lehernya, gadis tersebut tidak dapat melakukan apa-apa. Hanya rasa takut dan kesedihan yang ia tunjukkan.
"Lepaskan dia!" Bentak pria tertubuh gempal di barisan depan kerumunan.
"Bukankah itu gadis yang mengantarkan pesanan semalam?!" Ujar Sead tiba-tiba. Ia membuatku teringat.
"Jika kalian ingin kami melepaskan dia. Secepatnya bayaran uang pajak desa ini!" Tegas pria berbaju mewah di depan sana. "Kami tidak akan melakukan kekerasan padanya jika kalian membayar."
Pria bagaikan bangsawan tinggi tersebut berbicara dengan nada santai. Dirinya membahas perkara pajak. Barangkali itu penyebab permasalahan saat ini. Jika di pikir lagi, itu mungkin hal yang membuat murung para penduduk desa.
"Bukankah kami sudah membayarnya?" Bantah pria gemuk itu lagi. "Bulan lalu, kalian sudah menerima uang pajak itu, bukan? Lalu, kenapa kalian datang dan memintanya lagi." Lagi dan lagi dia terus beragumen.
Melihat antusias dan peran yang ia lakukan demi menyelesaikan permasalahan ini, aku dapat menyimpulkan bahwa pria tersebut adalah seorang kepala desa.
"Uang pajak yang kalian berikan masih kurang. Setengah saja tidak ada. Bahkan bos kami sampai murka karena hal itu. Dan Imbasnya, aku yang menjadi sasaran kemarahannya," keluhnya. "Sekarang aku masih menahan amarah dan bermurah hati. Jika kalian lebih lama membuatku menunggu maka ...," pria itu mendekati gadis yang disandera.
"... Leher gadis akan putus!" Lanjutnya. Dia menodongkan pisau tepat di tenggorokan gadis itu. Ancaman dari pria itu membuat gadis tersebut amat ketakutan. Air mata pun menetes kembali dan membasahi pipinya.
"S-Setengah? Uang yang kami berikan itu sudah lebih dari cukup untuk membayar pajak desa ini. Bagaimana bisa masih kurang?!" Ketus pria gemuk.
"Ah, aku sudah muak dengan ini!" Dari arah belakang pria berbaju mewah, seorang lelaki dengan luka sayat di pipinya perlahan mendekati pria gempal yang masih berdalih. "Cepat Gendut! Kau sudah membuang waktu kami. Kalau kau bicara lagi maka ... aku akan menghabisimu beserta gadis itu!" Sambungnya.
Pria yang berpenampilan seperti bandit tersebut menarik kerah baju pria gemuk itu hingga membuat tubuhnya terangkat. Sifatnya benar-benar brutal. Bagaikan tukang pukul. Sementara itu, pria gempal meronta-ronta mencoba melepaskan cengkeramannya. Namun apa daya, kekuatan pria codet tersebut lebih kuat dari upayanya.
"Mereka benar-benar sudah kelewatan. Aku tidak bisa menerimanya!" Gerutu Sead. "Nevtor, ayo kita tolong mereka!" Dia menatapku dengan mata berbinar-binar. Tatapan yang penuh jiwa kepahlawanan.
"Ini persoalaan mereka, tidak ada hubungannya dengan kita," balasku untuk meyakinkannya.
"Meski tidak hubungannya dengan kita, tetapi aku muak melihat perlakuan mereka terhadap pria dan gadis itu." Dia kali ini mengepalkan tangannya. Sudah dipastikan dirinya ingin bertekad untuk menolong.
"Jika kau menanggapi itu dengan emosi semata, maka kau akan terjerumus dalam penyesalan nantinya," timpalku.
"Tapi ...."
Buk!
Pria bercodet itu memukuli keras korbannya yang tidak berdaya dalam cengkeraman tersebut. Kepalan tangannya yang besar dapat membuat babak belur wajah pria gemuk dengan mudahnya. Kebrutalan dan kekejaman yang diberikan tampak keluar sepenuhnya dari pukulan itu. Seakan-akan tangannya adalah racun mematikan.
Di sisi lain, tidak ada satupun orang yang memberanikan dirinya untuk menghentikan kebengisan sang pria codet itu. Tatapan takut dan layu terlukis dari raut wajah para warga yang menyaksikan.
"Cepat Gendut! Kalau tid—"
"Hentikan!"
Seketika tinju pria bercodet yang hendak mendarat kembali ke wajah pria gemuk terbungkam oleh peringatan yang diberikan. Tatapan orang-orang yang menyaksikan kebrutalan itu pun mendadak beralih pandang padanya. Sead berdiri di garis depan dengan mimik amat serius. Di dominasi oleh cahaya mentari pagi, ia terlihat seperti pahlawan yang jatuh dari langit.
"Hah?!" Pria codet itu melepaskan cengkeraman tangannya pada pria gemuk, lalu berjalan mendatangi Sead dengan mimik menyeringai. Sementara itu, Sead masih dalam posisi awalnya. Ia tidak gentar sedikipun.
"Orang asing seharusnya diam saja. Ini tidak ada urusannya denganmu. Atau, mungkin kau ingin merasakan pukulanku ini!" Ancamnya. Dia menunjukkan kepalan tinju saat tiba di tempat Sead berpijak.
"Bukankah perilakumu itu sudah kelewat batas?! Kau tidak perlu melakukan kekerasan seperti tadi!" Tegas Sead. Volume suaranya sedikit meninggi.
"Kau cukup banyak bicara ya!!!"
Sang pria codet langsung melesatkan tinju lurus menuju wajah pemuda itu. Sead pun secara sigap menahan tinju itu dengan membentuk silangan tangan. Meski tubuhnya bergeser cukup jauh karena pukulan pria itu cukup besar momentumnya. Namun raut keseriusannya tidak mengalami kemunduran sedikitpun.
"Hmph … dasar lemah! Sebaiknya kau diam jika tidak ingin merasakan pukulanku lagi," ujar pria codet. Dia kembali mendatangi pria gemuk yang masih terkapar di tanah menahan rasa sakit. Tampak lelaki itu tidaklah terlalu buas meski sudah menemukan mangsa baru.
Tak lama diam sejenak, Sead kali ini menerjang maju. Berlari kencang mendatangi pria codet yang dalam posisi buta. Namun, entah intuisi yang memang tinggi, pria tersebut dapat merasakan kedatangan Sead dan langsung mengibaskan tangan kanan cukup kuat. Tetapi itu pun disadari oleh Sead. Dia secara reflek mengambil langkah berseluncur di tanah dengan tubuh horizontal. Melewati selangkangan pria codet itu tanpa kendala.
Dengan posturnya yang kecil dan pendek, pemuda itu memanfaatkannya dengan sangat baik. Hebat sekali.
Sead segera bangkit dari posisinya. "Rasakan!!!" Teriakannya mengalun amat keras. Dia meluncurkan tinju menuju pria bercodet yang dalam keadaan lengah.
Akan tetapi ...
"Hmph ... kau pikir gerakanmu tadi dapat mengecoh diriku?!" Pria codet dapat menghentikan tinju Sead secara mudah. Dengan tangannya yang besar, ia dapat melahap seluruh tangan pemuda itu, kemudian perlahan memelintir lengan Sead, membuatnya merintih kesakitan hingga orang-orang disekitar ikut ketakutan.
"... Rasakan!!!" Berusaha menahan rasa sakitnya, Sead melayangkan tendangan samping dengan volume teriakan yang sama.
Dia berupaya untuk melepaskan cengkeraman tangannya. Namun miris, usahanya sama sekali tidak tersampaikan. Ketika pria codet itu berhasil menghentikan tendangan tersebut. Dia benar-benar unggul dalam bidang pertahanan.
"Tidak gunanya kau berteriak dan melakukan serangan kembali seperti itu," cibir pria codet dengan bernada sombong dan senyum licik.
Sead hanya membatu dengan raut keheranan dan kosong. Dia tampak begitu pasrah pada keadaan saat ini yang memang mustahil mengalahkan pria itu yang berbeda jauh soal kekuatan.
"Orang lemah sepertimu tidak akan pernah bisa menyerangku yang seorang, Fighter!" Pria codet mengepalkan tangan kanan, lalu mengangkatnya setinggi kepala. Senyum licik pun kembali terlukis. "Rasakan, Technique: Knock Blow!"
Buak!
Pemuda berbaju merah yang tidak mampu berbuat banyak karena tangannya masih di cengkeram itu, menerima pukulan dahsyat dari lelaki tersebut hingga membuat dirinya terpental dan jatuh terguling-guling di tanah. Bahkan orang-orang di sekitar pun hanya mampu melihat kejadian itu dengan tatapan ketakutan yang semakin meningkat.
Darah keluar dari mulut Sead. Dengan menahan rasa sakit dia tetap terjaga dan berusaha bangkit. Namun sayangnya, tubuh dia tidak dapat menerima perintah yang diberikan. Berkali-kali berupaya dan mencoba berdiri, tetapi dirinya tetap terjatuh.
"Sudah kubilang. Orang asing sebaiknya tidak usah ikut campur. Inilah yang kau dapatkan setelah mencoba melawanku." Pria codet melangkah mendekati Sead yang dalam kondisi tidak berdaya. Dia tersenyum licik sambil melemaskan otot-otot tangannya sehabis melayangkan pukulan tadi.
Setibanya di tempat Sead, ia lantas menarik kerah baju pemuda malang itu lalu mulai memukuli wajah dan perutnya.
Pukulan demi pukulan ia luncurkan dengan cukup keras hingga pemuda itu memekik kesakitan. Bahkan darah pun muncrat kembali dari dalam mulutnya. Memerciki tanah yang tandus ini. Dia benar-benar dibuat babak belur. Sampai-sampai para penduduk memalingkan wajahnya atas kengerian tersebut. Kebengisan sang pria codet sudah sepenuhnya merontokkan mental orang-orang di sekitar.
"Cukup!"
Sontak saja kata itu terucap dari salah seorang. Mampu menghentikan tinju sang pria bercodet. Tidak lain dan tidak bukan, jikalau itu ucapan dari pria berbaju mewah bak bangsawan itu. Dia seperti pawang yang mampu menahan pergerakan dari hewan peliharaannya.
"Baiklah, aku akan memberikan kalian waktu untuk pembayaran itu. Namun, jika aku kembali lagi dan uang itu tidak kalian siapkan. Bersiap dengan konsenkuesinya," ancam pria berbaju mewah itu. Dia hanya mendapat respon mengangguk dari para penduduk.
"Baiklah, ayo pergi!" Pria itu beranjak pergi dengan kawanannya dan melepaskan gadis yang disandera.
Dengan menangis tersedu-sedu, gadis berambut coklat pendek itu berlari ke arah pria tua pemilik bar. Tidak bisa dipungkiri bahwa mereka merupakan putri dan ayah.
Pria bertubuh gempal beranjak mendekati Sead yang terkapar lemas di tanah. Pakaiannya kotor penuh debu. "Kau tidak apa-apa?" Tanyanya.
"Ya, aku baik-baik saja!" Jawab Sead dengan senyum tipis.
"Maafkan kami karena membuatmu harus mengalami hal seperti ini. Padahal hal itu adalah persoalan desa ini, tapi kami tidak dapat berbuat apa-apa, justru malah membuat orang asing terlibat."
"Sesama manusia, bukankah kita harus saling tolong menolong?" Kali ini senyum lebar tercipta dari mulut pemuda itu. Dia bahkan dapat meredam rasa takut para penduduk yang mengelilinginya dan mengubahnya menjadi senyuman. Lalu mereka pun merangkul Sead menuju rumah kepala desa.