Saat ini Alika sedang berada di ruang guru, tepatnya di hadapan pak Dedi. Ia tak sendiri melainkan ada Rangga di sampingnya. Gagal sudah rencana Alika yang ingin langsung pulang dan merebahkan tubuhnya di kasur yang empuk.
Jika dilihat-lihat Rangga seperti orang yang memiliki kepribadian cuek, dingin, dan kaku. Di kelas saja ia tidak banyak bicara. Tapi Alika tidak peduli akan itu.
"Kalian tahu kenapa bapak panggil ke ruang guru?" tanya pak Dedi setelah beberapa saat. Alika dan Rangga menggeleng menjawab pertanyaan pak Dedi.
"Alika, kamu tahun kemarin ikut olimpiade kimia kan?" Alika mengangguk
"Nah setelah bapak tadi melihat Rangga mengerjakan soal secepat itu, bapak pikir kalo Rangga bisa ikut olimpiade juga bareng kamu." Lanjut pak Dedi
Penjelasan dari pak Dedi membuat Alika terkejut tapi tak urung ia menganggukkan kepalanya. Jika tidak menuruti ucapan sang guru killer, habislah dia.
"Kalo kamu gimana Rangga? bapak harap kamu terima." Rangga hanya mengangguk.
"Baiklah karena kalian sudah menyetujuinya, bapak harap kalian bisa bekerja sama untuk olimpiade ini."
Sebenarnya Alika tidak ingin mengikuti olimpiade lagi, awalnya Alika memang terpaksa mengikuti olimpiade tahun kemarin. Karena pak Dedi yang langsung menunjuknya tanpa bertanya seperti saat ini. Setelah selesai dengan pak Dedi Alika keluar dari ruang guru terlebih dahulu dan berjalan menuju parkiran lalu keluar dari kawasan sekolah menggunakan motornya. Ia memang kadang membawa motor ke sekolah tapi jika sedang malas ia akan berangkat bersama ayahnya.
Selang beberapa menit Alika sampai di rumahnya, karena terlalu lelah ia sampai lupa mengucapkan salam dan langsung masuk ke kamarnya.
Linda melihat anaknya yang melewatinya begitu saja, "lho, lho, tumben banget gak cerewet pulang sekolah."
Alika yang memasuki kamar langsung meloncat ke kasurnya dan berbaring disana. Mata Alika menatap langit-langit kamarnya, ia sedang menimang-nimang keputusannya untuk ikut olimpiade kimia lagi. Alika mencoba meyakinkan dirinya untuk mengikuti olimpiade, tahun kemarin saja ia bisa juara kenapa sekarang tidak? pokoknya ia harus berusaha supaya juara lagi tahun ini.
Gadis itu langsung bangkit dari tidurnya dan berjalan menuju kamar mandi untuk membasuh tubuhnya yang sudah lengket.
20 menit kemudian, Alika keluar dari kamar mandinya dan melangkahkan kakinya ke meja rias untuk mengaplikasikan sedikit pelembab dan lip balm. Setelah itu langkah kecilnya keluar dari kamarnya dan menuruni tangga.
"Makan dulu!" titah Linda saat melihat anak gadisnya sedang menuruni tangga yang menghubungkan antara lantai 1 dan 2.
Tring!
Ponsel Alika berbunyi menandakan ada pesan masuk, tangan Alika bergerak untuk membuka ponselnya dan melihat pesan yang masuk. Gadis itu membulatkan matanya setelah membaca pesan yang masuk. Alika berlari sambil membawa piringnya menuju ruang keluarga.
"Mah! mah! pindahin dong channelnya," ucap Alika tergesa saat sudah duduk disamping Linda.
"Apaan sih kamu? mamah lagi seru nih nonton sinetron," ketus Linda tanpa mengalihkan pandangannya dari TV
"Ih mamah ada Alfie tau."
Linda mendelik, "Alfie lagi, Alfie lagi, gak bosen kamu?"
"GAK AKAN BOSEN!" ucap Alika dengan lantang
"Please mah pindahin yaaa." Lirih Alika
"Kenapa gak nonton di kamar kamu aja sih?" ucap Linda dengan kesal karena acara menontonnya diganggu oleh anaknya, untung saja Alika putri satu-satunya. Tapi tak urung Linda menyerahkan remotnya kepada Alika yang sudah memasang raut wajah sedih, berusaha merayu Linda.
Alika yang melihat remot sudah berpindah tangan kepadanya langsung tersenyum lebar lalu dengan cepat menekan nomor yang sesuai dengan channel yang diinginkannya, channel yang menampilkan Alfie lebih tepatnya. Idolanya sejak dulu, tapi sayangnya hingga hari ini ia belum bertemu dengan sang idola.
"AAA! MAH! ITU CALON MENANTU MAMAH GANTENG BANGET!" teriak Alika sambil menggoyangkan lengan Linda yang berada disampingnya
"Yah kok iklan sih." Kata Alika dengan bibir yang mengerucut
"Abisin dulu makanannya Alika!" tegur Linda
Alika menyengir, "hehe iya mah lupa."
Linda menggelengkan kepalanya dan beranjak dari duduknya. "Mamah mau kemana? gak mau liat calon menantu?" tanya Alika begitu melihat Linda beranjak
"Pusing mamah liat kelakuan kamu yang makin hari makin fanatik, udah di bilangin jangan terlalu fanatik sama si Alfie Alfie itu tetep aja kayak gitu." Ucap Linda sambil melangkahkan kakinya meninggalkan Alika sendirian di sofa.
Alika menatap punggung mamahnya yang semakin menjauh lalu kembali menatap TV yang masih menampilkan iklan.
Setelah acara Alfie di TV selesai Alika mematikan TVnya dan kembali ke kamarnya, ia memainkan ponselnya hingga malam hari.
***
Tring!
Alika membuka ponselnya
08121***
Sv Rngg.
Alika mengerutkan keningnya tak mengerti apa pesan yg dikirimkan oleh si pengirim. Ia mencoba berpikir keras.
"Apa ini Rangga ya?" gumamnya
Alika mengedikan bahunya lalu menaruh ponselnya di atas nakas dan berjalan keluar kamarnya. Saat menuruni tangga ia melihat kedua orangtuanya yang sedang menonton TV.
"Cie berdua aja nih." Goda Alika yang posisinya berada di belakang orangtuanya
Linda dan Wahyu membalikkan badannya ke belakang, "kamu ganggu banget sih." Ucap Wahyu saat melihat putri kesayangannya berada di belakang mereka.
Alika terkekeh dan menghampiri keduanya lalu duduk di tengah-tengah orangtuanya.
"Dih udah SMA juga masih manja gini." Kata Linda saat Alika menyandarkan punggungnya pada Wahyu
"Mamah cemburu yaaa,"
"Eh iya mas, aku mau cerita nih. Temen aku punya anak cewek yang ngeidolain orang sampe terlalu fanatik, padahal sama dia udah di bilangin supaya jangan terlalu fanatik. Tapi tetep aja kayak gitu, susah di bilangin anaknya." Sindir Linda sambil sesekali menatap Alika yang sudah memasang wajah cemberutnya.
"Ih mamah!"
"Apa sih? orang mamah lagi nyeritain anak temen mamah, kok kamu yang protes."
Alika semakin memajukan bibirnya,
"Alika, dengerin ayah ya." Alika mengangguk
"Kamu boleh ngeidolain Alfie Alfie mu itu tapi inget ya jangan terlalu fanatik, ayah sama mamah gak larang kamu buat suka sama seseorang tapi kamu harus tahu batasannya jangan berlebihan. Tahukan sesuatu yang berlebihan itu gak baik?" Alika lagi-lagi hanya mengangguk
"Suka sama orang itu hal wajar, tapi coba kamu bayangin kalo kamu terlalu suka sama sesuatu terus nanti ada yang ambil sesuatu itu pasti kamu nantinya bakalan sakit hati karena gak mau kehilangan sesuatu itu."
"Tapi yah, aku selalu bahagia kalo liat dia walaupun lewat layar kaca. Sebaliknya, kalo aku gak liat dia aku ngerasa kayak ada yang kurang." Ucap Alika menjelaskan perasaannya
Linda yang sedari tadi melihat interaksi antara ayah dan anak hanya menghela nafas, ia sudah tahu jika anaknya itu sudah jatuh terlalu dalam pada pesona Alfie.
Wahyu menatap putrinya dengan penuh kasih sayang, "yaudah sekarang kamu ke kamar ya istirahat, siapin keperluan sekolah buat besok!"
Alika mengangguk dan mencium pipi kedua orangtuanya, "good night."
"Good night too."
Saat merasa Alika sudah masuk ke kamarnya, Linda menatap suaminya dengan tatapan yang sendu. Ia sangat khawatir pada Alika.
"Mas, gimana? Alika udah terlanjur suka sama Alfie. Aku gak mau kalo nantinya Alika malah sakit hati."
Wahyu mengusap bahu istrinya, "gak usah khawatir, kita sama-sama ingetin dia ya. Sekarang kita tidur aku udah ngantuk banget, besok ada meeting juga."
Berbeda dengan Alika yang saat ini sedang menatap ponselnya yang baru saja ia buka karena ada pesan masuk lagi dari nomor yang sama.
0812***
Bsk kta mlai bljr brng.
"Dari mana dia tahu nomor gue?" gumam Alika
***