"Lo ganteng, tapi gue juga gak suka sama lo." Ucapan Alika membuat Rangga terkejut, ia kira Alika masih tertidur pulas. Cowok itu cepat-cepat merubah posisi duduknya dan kembali fokus membereskan bukunya.
Alika menyandarkan punggungnya ke kursi, "Santai aja kali, salting banget kayaknya. Lagian kan lo bilang kalo gak suka sama gue, kenapa harus salting coba." Goda Alika sambil terus menatap Rangga yang berusaha menetralkan kembali ekspresi wajahnya, datar.
Alika melipat kedua tangan di depan dadanya, "Gak nyangka banget gue, lo yang notabenya cowok cuek tapi berani puji cewek." Ucap Alika yang terus menggoda Rangga, sungguh mengasyikkan.
"Beresin buku lo!" sentak Rangga tanpa menatap gadis itu
"Eh udah bel pulang?" Rangga berdeham menjawab pertanyaan Alika lalu keluar perpustakaan tanpa menunggu Alika yang masih membereskan buku-bukunya.
Saat Rangga sudah berada di ambang pintu perpustakaan, dirinya dikejutkan oleh kedatangan Davi. Davi menatap Rangga dengan tatapan penuh tanya.
"Alika mana?"
Rangga menunjuk Alika yang masih berada di dalam perpustakaan tanpa mengucapkan sepatah kata, ia kembali melanjutkan langkahnya. Sedangkan Davi memasuki perpustakaan untuk menghampiri Alika yang terlihat terburu-buru.
"Mau kemana sih mba? buru-buru banget kelihatannya."
Alika terlonjak kaget saat mendengar suara Davi yang tiba-tiba. Gadis itu mengusap dadanya pelan mencoba meredakan degupan jantungnya. Sedangkan Davi sudah tertawa keras, untung saja penjaga perpustakaan sudah tidak ada.
"Ngagetin lo! bukannya minta maaf, malah ketawa." Sarkas Alika
Davi meredakan tawanya susah payah, "Yaudah, saya minta maaf ya istri halunya bapak Alfie terhormat, gak kayak gitu lagi deh seribu rius." Kata Davi sambil mengangkat jari telunjuk dan tengahnya menandakan perdamaian.
Alika tersenyum sembari menggelengkan kepalanya melihat kelakuan Davi, sedangkan cowok itu menatap Alika dengan polos masih dengan kedua jarinya yang terangkat.
"Duh senengnya disebut istrinya Alfie," sahut Alika dengan mimik wajah yang terlihat sangat bahagia, sedangkan Davi mendengus sebal.
"Ayo, temenin gue bawa motor!" ajak Alika dengan menggenggam tangan Davi dan menuntunnya.
Kedua tangan itu masih menggenggam sampai parkiran, lebih tepatnya di samping motor Davi. Cowok itu membuka jaketnya dan memberikan kepada Alika untuk menutupi pahanya, itu hal biasa bagi Alika. Karena saat ia pulang bersama Davi cowok itu selalu begitu.
"Lo tinggal dimana motornya?" tanya Davi saat ia sudah melajukan motornya
"Di lampu merah jalan cantik," ucap Alika dengan memajukan wajahnya, takut jika Davi tidak mendengarnya.
Mereka berdua sampai di lampu merah jalan cantik, untungnya di seberang jalan masih ada motor Alika tapi ada seseorang yang mengganjal di penglihatan Alika, Davi sudah berdiri di belakang Alika dan menggenggam tangan Alika untuk menyebrang jalan.
"Ngeng...ngeng...ngeng!"
Alika menatap Davi dengan melas, "Dav, motor gue?" Davi tertawa melihat motor gadis itu yang sedang dinaiki oleh orang gila, belum lagi melihat ekspresi Alika yang sangat patut dikasihani. Tidak ingin Alika marah terhadapnya dan berujung Alika yang akan mendiami Davi akhirnya cowok itu bisa meredakan sedikit tawanya.
"Mba, maaf ini motor punya temen saya," kata Davi berusaha berbicara dengan baik pada orang gila itu.
Orang itu melihat Davi dengan mulutnya yang sedikit terbuka, "Kok kamu ganteng, kamu pacar aku kan?"
Kali ini Alika yang tertawa puas melihat Davi yang dianggap pacarnya oleh orang gila itu, Alika terus saja tertawa sampai ia memegang perutnya karena terlalu banyak tertawa. Bibirnya pun merasa pegal karena terus terbahak. Sedangkan cowok itu menatap Alika dengan sinis, Alika yang tak sengaja menatap Davi pun lantas meneguk ludahnya dan berhenti tertawa digantikan dengan cengiran bodohnya.
Orang gila itu memeluk lengan Davi dengan manja, "Sayang, aku nungguin kamu daritadi," Bibir orang itu mengerucut, biasanya jika Davi melihat Alika seperti itu gemas tapi berbeda dengan orang ini, ia merasa geli melihatnya.
Terlintas ide jahil di otak cantik Alika, gadis itu mengeluarkan ponselnya yang berada di saku rok sekolahnya lalu menyorotnya ke arah Davi yang berusaha melepas tangan orang itu di lengannya.
Cekrek!
"Heh! gak usah foto-foto lo! udah syukur gue mau ambilin motor lo!" Alika menampilkan deretan giginya dan menempelkan kedua telapak tangannya di depan dada seolah berkata maaf.
"Mba, saya bukan pacar mbanya," Davi mencoba berpikir keras agar orang ini cepat pergi dari hadapannya, "tadi, saya lihat pacar mba ada di sana lagi beliin bunga buat mba."
Untungnya tak jauh dari tempatnya ada pedagang bunga, lantas orang itu menatap Davi dengan tatapan penuh tanya.
"Beneran? gak bohong kan?"
"Saya gak bohong, mba," ucap Davi yang berusaha meyakinkan orang gila itu agar percaya pada dirinya dan pergi dari hadapannya sekarang juga.
Davi menghela nafas lega ketika orang itu sudah berlari menghampiri pedagang bunga.
"Cepetan naik!" ketus Davi
"Maafin ya, Daviku, sahabatku tercinta, maafin istrinya Alfie ini ya yang udah ngerepotin Davi." Sesal Alika dengan bibir yang mengerucut disertai puppy eyesnya agar cowok itu luluh dan memaafkannya.
"Naik, cepet! lihat tuh orangnya lari lagi kesini!"
Lantas Alika mengalihkan pandangannya ke seberang jalan, dan benar saja orang itu ingin kembali menghampirinya. Dengan tergesa Alika menaiki motornya dan melajukannya dengan kecepatan yang tak biasa ia pakai begitupun dengan Davi, cowok itu juga melajukan motornya dengan kecepatan di atas rata-rata.
"SAYANG! KAMU BOHONGIN AKU!!!" teriaknya
Alika dan Davi sudah sampai di depan pagar rumah berwarna hitam pekat yang menjulang tinggi, tak lama pagar itu terbuka oleh mang Irwan, penjaga rumah Alika. Keduanya memasuki pekarangan rumah Alika dengan motor yang di naikinya.
"Asli, ngakak banget gue, Dav," ucap Alika saat sudah turun dari motornya dan berjalan beriringan dengan Davi memasuki rumahnya.
"Gue gak mau tahu ya, Alika, pokoknya lo harus hapus foto tadi!" ujar Davi dengan menunjuk Alika yang menampilkan cengiran bodohnya.
"Assalamualaikum!" salam Alika yang tak mengindahkan ucapan Davi, sedangkan cowok itu mendengus sebal.
"Waalaikumsalam!" jawab Linda yang sedang menonton TV tak lupa beberapa cemilan yang ada dihadapannya.
Keduanya menghampiri Linda yang tetap fokus pada layar kaca itu yang menampilkan sinetron kesayangannya.
"Eh, ada Davi," kaget Linda saat melihat Alika yang duduk di sofa sampingnya tak hanya sendirian melainkan ada teman cowoknya yang cukup kenal dengan Linda
Davi tersenyum, "Iya, tante, apa kabar?"
"Alhamdulillah baik, kamu gimana?"
"Alhamdulillah baik juga tante, bunda nanyain tante terus udah lama katanya gak ketemu."
"Bunda kamu nanyain tante atau nanyain anak tante nih?" goda Linda
Jangan heran, keluarga Alika dan Davi memang sudah saling mengenal. Lebih tepatnya karena Linda dan bundanya Davi berteman baik, maka anaknya pun berteman baik.
***