Chereads / SEKALA SENJA / Chapter 7 - T U J U H

Chapter 7 - T U J U H

Sabtu, 19.30 PM

"Kita ke tempat salsa aja ya pak"

"Tapi Non"

"Jalan Pak"

"Non... Kalau ibuk nanya gimana?"

"Bapak tau kan musti ngapain"

"Baik Non"

Hujan yang turun deras menemani perjalanannya, beribu anak panah serasa menghujam jantungnya, rasa sakit yang bahkan belum sempat ditelannya, namun sudah mengganga lagi di tempat yang berbeda.

"Elah Sal, lu ngutang mulu heran gue"

"Ya elah Buk, juga dibayar ini ntr, harusnya kasian atuh buk ama anak kos juga"

"Kasian sih kasian, tapi gak tiap hari juga lu ngutangnnya"

"Akhir bulan bu, ntr kalo dapet transferan dari hasil photo aye bayar dah"

"Lagian orang tua lu pan kaya, kenapa gak tinggal ama mereka aja sih?"

"Mereka bukan orang tua saya buk"

"Gimane gimane? Bukan orang tua lu gimane? Mereka kemaren nanyain lu, nangis-nangis tiap minggu dia nemuin lu tapi kenapa lu tetep aja gak mau ketemu"

"Udah deh buk gak usah kepo, mending sekarang buatin saya teh ang..."

"Sal..."

"Jennie..."

"Sal... Hiksss"

Pelukan ini, bahkan tak lagi hangat terasa, air mata yang bahkan sama derasnya dengan hujan yang turun malam ini, dirinya terlalu dalam tersakiti.

"Heh lo kenapa nangis?"

"Gue..."

"Buk besok aye bayar"

"Berapa buk?"

"Gak usah Jen"

"45 ribu ama utang kemaren"

"Lo ngutang?"

"Becanda itu mah"

"Mau bayar gak Neng?"

"Iya Buk"

"5 ribunya tempe aja"

"Buset Sal masih ae"

"Biarin 5 rebu pan duit juga Buk"

"Nih, tenangin sono temen lu, banyak masalah ni romannye"

"Yaudah yuk Jen, ke kosan gue"

3 tahun bersama bukan hal sulit untuk Salsa mengerti dengan keadaan Jennie, bahkan bola matanya mampu menjelaskan tanpa ia harus berbicara.

"Duduk Jen"

"Iya.."

"Makan dulu ya"

"Gue kenyang"

"Gak usah ngibul" ucap Salsa

"Yaudah buatin mie goreng" jawab Jennie lagi.

"Suka gak tau diri"

"Kan tadi nawarin"

"Ya maksud gue makan nasi sama tempe orek oneng"

"Gue maunya mie goreng"

"Serah lu dah, tunggu bentar"

Lama berkutat dengan fikirannya sendiri, membiarkan hatinya tersakit begitu jauh, tapi entahlah harus bagaimana lagi, semuanya akan segera dimulai, siap atau tidak siap sekalipun.

"Gue di jodohin"

Setelah lama hening dan kesibukan berkutat dengan mie gorengnya, kata itu keluar begitu saja.

Uhuuuukkkkk

"Eh minum dulu Sal"

"Assalamualaikum dulu kek Jen, kaget gue"

"Iye maap"

"Mama lu?"

"Hmmm"

"Sama siapa?"

"Ali"

"Ali bukannya yang mau dijodohin sama kak Raisa dulu?"

"Iya"

"Trus?"

"Mama suruh gue kabur ke rumah tante Gina"

"Lah ngapain lu kerumah Mama gue?"

"Gak tau"

"Lo udah pernah ketemu Ali?"

"Boro-boro"

"Tapi aneh juga ya, Mama lo nyuruh lo kabur"

"Itu yang gue gak ngerti"

"Abisin makanan lo, trus mandi trus tidur, Ali biar gue yang urus"

"Bani?"

"Jennie, masih ae lo mikirin cowo brengsek kek dia, dia aja gak mikirin lo ngapain lo mikirin dia sih?, Lupain dia"

"Sal gue gak bisa"

"Kenapa? Apa yang bikin lo gak bisa lupain dia?"

"Gue cinta sama dia Sal"

"Cinta lo bilang?, Sekarang gue tanya dia cinta gak sama lo?, Huh? Dia cinta gak?"

"Sal... Dia pasti cinta sama gue, dia cuman..."

"Cuman apa?, Jen dengerin gue, kalau dia cinta sama lo, dia gak bakal putusin lo, oke. Seemosi apapun dia sama lo dia gak bakal ambil keputusan tolol kayak gitu"

"Bani punya alasan Sal"

"Alasan apa sih?"

"Bani.."

"Stop ngomongin cowo brengsek itu, gue mau tidur, lo bisa tidur di kamar gue, gue tidur di luar"

"Sal.."

"Cepetan sebelum gue usir lo dari sini"

"Sal maafin gue, hiksss..."

"Tidur Jen"

"Maafin Bani"

"Tidur"

"Bani gak salah gue yang salah"

"JENNIEEEEE, stop... Lo tau liat lo nangis kek gini hati gue sakit Jen, gue merasa bersalah sama lo, gue yang paksa lo terima Bani waktu itu, dan sekarang si brengsek itu nyakitin lo, itu otomatis gue juga ikut nyakitin lo Jen, please diem"

"Lo... Hiksss... gak salah Sal"

"Jen maafin gue"

"Gue gak papa kok Sal, gue cuman harus belajar terbiasa tanpa dia aja kok"

"Diem jen gue sakit liat lo gini"

"Lo juga nangis tolol"

"Gue ikutan lo... Anjir gue gak bisa berenti nangis bangsad"

"Peluk..."

"Gue bakal jagain lo Jen, gue sayang sama lo, sama Hanin sama Tika, gak boleh ada yang nyakitin salah satu diantara kita"

"Makasi Sal, lo selalu jadi pelindung gue"

"Maafin ketololan gue Jen"

"Udah gue udah maafin"

"Ini sampe kapan mau pelukan ni gue enggap"

HAHAHAHAAAAA...

Seperti biasa, obat dikala lelah dan sakit adalah dia dan mereka yang dengan suka rela memberikan pundaknya untuk keluh kesahnya, sahabatnya.

🔻🔺🔻

Empat hari kemudian.

Rabu, 07.15 AM.

"Sikap beri salam"

"Selamat pagi pak"

"Selamat pagi anak-anak, ini si Albani gak masuk lagi?"

"Gak tau tu pak"

"Jennie... Bani mana?"

"Gak tau pak"

"Loh kamu kan pacarnya masa gak tau"

"Udah putus pak"

Bukan Jennie, tapi dia, dia si Albani. Hari pertama untuk berani kembali menampakan mukanya, bahkan bukan untuk wanitanya, dia lebih suka berlalu tanpa menyapa.

"Pindah sono lo"

"Loh Ban apaan lo"

"Duduk sama Jennie sono"

"Bani !"

"Saya pindah ke depan ya pak, biar pinter"

"Terserah kamu, yaudah Bambam kamu pindah sebelah jennie"

"Tapi pak mata saya kan mines"

"Udah sih sono lo"

"Saya aja pak yang pindah, lo sini aja Albani yang terhormat"

"Yaudah tika kamu duduk di belakang, jangan ngobrol lagi, udah saya pisahahin kemaren duduknya masih ada aja kesempatan kalian duduk bareng, gak boleh ngerumpi"

"Iya pak"

Tatapan sengit itu menandakan pertempuran akan segera dimulai, bahkan dia tidak akan membiarkan lawannya bergerak bebas untuk menang.

"Gue gak akan biarin siapapun nyakitin temen gue, maupun cowo kaya lo sekalipun, inget Albani yang terhormat, gue bukan lawan lo" - bisiknya tegas.

Raut wajah yang semula tenang, berubah menjadi cemas, bukan hanya sekedar ancaman, jika Tika yang bertindak tidak satupun lawan bisa mengelak.

"Malah bisik-bisik, sana duduk"

"Baik pak"

"Kumpulin tugasnya jangan kalian kira saya gak inget"

YAAAAAAAHHH BAPAAAAAK.

Genggaman tangan ini, senyuman simpul ini, bahkan pandangan yang tak biasa itu, seakan menjadi penguat dikala rasa kecewa yang mencoba mengambil alih dirinya, dia tidak sendiri.

"Luka lo luka kita juga jen" ucap Tika tulus.

"Bau baunya gue harus kasih contekan fisika ni ntar"

"Woa harus, kudu itu"

Hahahaha....

🔻🔺🔻

Rabu, 10.10 AM

"Besok ulangan ya, jangan lupa belajar, selamat siang"

"Siang pak"

"Bani"

"Jen apaan sih panggil dia"

"Kalian duluan aja"

"Tapi kan lo.."

"Gue mau selesein masalah ini Nin"

"Awas ya lo nyakitin dia"

"Tika udah gak papa"

"Jen kalo lo diapa-apain sama si brengsek ini bilang gue"

"Iya Sal, yaudah sana gih kalian pergi dulu, pesenin gue gado-gado"

"Yaudah bye"

Seketika gugup, entahlah ini kali pertama mereka ada dalam keadaan aneh seperti ini, bahkan diampun mereka juga belum pernah menikmatinya.

"Gue mau tanya sekali lagi, kita beneran udah putus?"

"Iya..."

"Anak ini?"

"Gugurin"

"Gue gak bisa"

"Jen lo ngertiin gue please"

"Tapi gak bunuh dia juga Bani"

"Gue gak bisa, gue harus bilang apa sama Eyang"

"Ya lo tinggal jelasin kalau gue sama lo udah khilaf"

"Gampang banget lo ngomongnya, lo fikir setelah itu gue gak diusir dari rumah?, Gue miskin Jen, gak sama kayak lo"

"Ban apaan sih, gue gak bawa2 kekayaan ya disini"

"Gue tetep gak mau"

"Ban..."

"Gugurin anak itu, kalau lo mau gue tetep jadi pacar lo"

"Dia gak salah apa-apa Ban lo gak ngerti juga"

"Gugurin Jen, kita masih kecil masih 17 tahun, gue juga gak jamin gue bakal bisa besarin dia"

"Ban lo apaan sih"

"Jen kita bisa sama-sama bikin anak, tapi kita gak bisa sama-sama besarin anak"

"Gue fikir selama 3 tahun ini kita saling ngerti ya ban, tapi ternyata gak ! bahkan sampe saat ini gue gak kenal lo itu gimana"

"Terserah lo Jen"

"Brengsek lo emang"

"Besok lo harus ikut gue gugurin anak ini"

"Gue gak mau"

"Gue bakal cari tempat aborsi yang aman jen"

"Lo gila ya, lo ngorbanin gue demi diri lo sendiri"

"Gue mau anak ini mati jen, gugurin dia dan kita bisa hidup layaknya remaja normal, dan kita gak jadi putus"

PLAKK !

"INGET MANOBAN YANG TERHORMAT, SESUATU YANG LO BENCI DAN GAK LO PENGEN HARI INI, ADALAH SESUATU YANG LO INGINKAN DIKEMUDIAN HARI, GUE HARAP LO GAK NYESEL, PERMISI"