Chapter 7 - 7

Ros tangkap kerah baju Imam dan acungkan tinjunya hingga hanya berjarak dua jari dari hidung Imam yang angkat kedua tangannya seperti orang yang menyerah sebab disergap musuh.

" Apa lu ?".

" Sorry ngga' sengaja. Aku.. ".

" Ngga' sengaja apamu ?".

" Sorry ngga' sengaja ?".

Ros lebih dulu menggosokkan ujung tinjunya ke ujung hidung Imam sebelum melepaskan cengkram kuat tangannya di krah baju Imam yang tampak kerut disana sini. Imam beresin krah bajunya, Danu udah duduk manis di kursinya dan saling lempar senyum dengan Warni yang juga udah duduk. Imam terus pandangi Ros yang kini tegak pinggang menghadap Imam dengan mulutnya yang manyun.

" Hei.. apa ini, kemari ".

" Ngga' ada Pak ".

" Kemari !".

Imam dan Ros mendekat pada Pak Danil yang memang kekar dan bentakannya cukup keras. Badan Pak Danil yang tinggi tegap kadang membuat siswa berpikir dua kali bila melawan kata-katanya.

" Kalian kenapa ?".

" Ngga' ada apa-apa Pak ". Imam jawab dengan suara yang pelan.

" Kenapa ?". Pak Danil melotot ke Ros.

" Aku.. aku.. ".

" Aku apa ?".

" Dia nabrak saya Pak ".

" Saya ngga' sengaja Pak ". Sambut Imam.

" Siapa yang nyuruh kamu ngomong ?".

Imam kecut, Ros menunduk. Dada Imam jadi berdebar-debar saat Pak Danil mendekat kearahnya dan pegang kupingnya.

" Kenapa kamu nabrak dia ?".

Imam angkat kedua tangannya. " Aku ngga' sengaja Pak, aku .. ".

" Aku apa ?".

" Aku di kejar Danu ".

Dada Danu berdegup saat Imam sebut namanya. Tapi dada Danu agak lumayan getarnya saat Pak Danil tertawa dan menendang pelan pantat Imam dan menyuruh keduanya duduk kekursi masing-masing untuk memulai pelajaran hari ini.

Bel pulang terasa amat cepat, Pak Danil juga sempat bingung, harusnya setelah Pak Danil masih ada Bu Ria dengan Geografinya, baru setelah dengar Pak Tamsil yang wakil kepala bicara dimikrofon semua tahu ada rapat guru hari ini, anak-anak cepat pulang.

Danu langsung sambar tangan Warni, Warni ikut aja tarikan tangan Dau yang membawanya ke lapangan parkir.

" Jalan-jalan yuk ?".

" Kemana ?".

" Kemana ya ". Danu tampak berpikir. " Udah, ayo aja, pokoknya bagus ".

Danu hidupkan sepeda motornya, Warni naik dan mereka melaju di jalan Sutoyo hingga S.M. Raja. Hanya sebentar saja, Danu titipkan sepeda motornya di doorsmer yang ada disana dan membawa Warni naik melalui tangga keatas.

" Ini namanya Tanggo Saratus ".

" Kok begitu ?".

" Tanggo Saratus itu artinya Tangga Seratus ".

" Seratus ?".

" Tangga sampai keatas ada seratus makanya diberi nama Tanggo Saratus, itu Bahasa Sibolga, bahasa orang sini ".

Warni hanya mengangguk-anguk saja dan ikuti langkah Danu menuju atas. Menaiki anak demi anak tangga yang cukup bersih. Tempat ini memang cukup terawat, karena itu pula cukup banyak warga Kota Sibolga, bahkan dari Tapanuli Tengah yang berolahraga ditempat ini setiap sore, selain lokasi povorit lainnya Lapangan Simare-mare Sibolga. Dan begitu sampai, Warni sampai tutup mulutnya yang terbuka dengan kedua tangannya.

" Waw.. hebat sekali ".

" Inilah Sibolga ".

Warni terpaku dengan panorama yang dapat dinikmati dari atas sana. Warni terus lihat sana lihat sini, Warni benar-benar ta'jub dengan apa yang ada didepan matanya, panorama Sibolga yang amat indah, indah sekali. Danu hanya duduk di kursi panjang yang terbuat dari tembok semen yang ada disana.

Warni benar-benar terpaku dengan apa yang terpampang didepannya. Kolaborasi Kota dengan lautan yang luas, ada tumpukan pulau pula, memang sangat indah sekali. Capek berdiri, Warni duduk disamping Danu, dan terus aja tersenyum dan masih terpaku dengan keindahan yang ia lihat.

" Bagus sekali Dan ".

" Belum pernah kemari kan ?. Makanya aku bawa kamu kemari, agar kamu lihat keindahan kota kelahiranku ".

Warni menatap Danu dan tersenyum. " Aku juga lahir dan besar disini ".

Kening Danu berkerut. " Masa ?".

" Ya.. aku memang orang sini ".

" Kok ngga' pernah kemari ?".

" Sampai usia SD aku disini Dan. Aku tamat di SD Palang Merah, setelah itu kami pindah ke Medan ".

Kening Danu hingga berkerut. " Oh ya.. ".

" Ya.. karena ngga' tahan disana, akhirnya kami pindah lagi kemari ".

" Gitu ya ?".

Danu hanya anggukkan kepala aja, rasanya juga ngga' perlu ngebahas itu panjang panjang. Danu coba nikmati pandangan lain yang jauh lebih menarik di mata Danu. Apalagi kalau bukan raut wajah Warni yang kini duduk disampingnya dan berdua lagi. Apa itu tidak luar biasa.

" Sudah punya pacar War ?".

Warni melirik, seakan tahu maksud Danu. " Aku belum punya Dan. Ngga' ada yang mau kali ".

" Masa ngga' ada yang mau ".

Warni yang tertawa kecil. " Ya.. memang ngga' ada ".

Danu jadi sedikit terdiam. Danu duduk agak menunduk, kedua tangan Danu menutup setengah wajahnya dengan menopangkan siku diatas lutut.

Ekor mata Danu terus menuju wajah Warni yang masih terus memandang kebawah. Kearah Kota Sibolga yang memang indah pemandangannya.

Danu buang nafas cukup berat. " Kalau ada yang mau gimana ?".

" Lihat orangnya dong ".

" Maksudnya ?".

" Gitu aja ".

Dada Danu jadi serba penuh, ada tiba-tiba muncul rasa ragu untuk terus melanjutkan ucapannya. Warni malah tak seperti baru dengar hal yang istimewa dari Danu. Danu hanya mampu menandang wajah Warni dari samping aja, Danu seakan tak mampu berbuat dan berkata apa apa lagi.

Warni kembali berdiri dan menikmati pemandangan yang indah, Kota Sibolga yang bersambung dengan lautan yang juga punya pulau yang bertumpuk, indah sekali, apalagi hari ini amat cerah.

Danu ikut berdiri disamping Warni. Punya satu kesempatan emas seperti ini akan pasti jarang. Tidak mungkin rapat guru tiap minggu ada dan bawa Warni kemari, sekali sebulan juga belum tentu. Danu kuatkan diri dan lebih dekat pada Warni yang terus asyik melihat kebawah sana. Danu bergerak selangkah lagi dan berdiri dibelang Warni hanya dengan jarak tak lebih selangkah anak-anak.

" Maaf. Maafkan kalau salah. Tapi aku suka padamu War sejak pertama kali bertemu ".

Warni membalikkan tubuh. " Kamu ?".

" Maaf kalau itu salah ".

Warni pandangi wajah Danu yang kebetulan juga sedang memandangnya, mata mereka bertemu cukup lama, Warni yang lebih dulu buang muka dan kembali memandang kebawah setelah melepas satu senyum kecil. Danu buang nafas berat dan berjalan setengah langkah hingga berada disamping Warni dan ikut memandang kebawah.

… Bersambung ….