Malam ini Danu tak enak pikiran, bayangan Warni terus menghimpit otaknya. Apalagi sudah tahu dengan status warni yang sesungguhnya. Sebuah cerita yang hanya pantas dilakoni dalam sinetron jika sampai Danu berhasil sehidup semati dengan Warni. Itu akan jadi hal yang luar biasa.
Pagi yang cerah tak secerah pikiran Danu. Ia bermalas-malasan mandi pagi, tukar pakaian juga tampak agak malasan, juga kesekolah tampak malas-malasan. Tapi Danu tetap aja berangkat kesekolah, dan sampai hanya berbeda lima detik dengan bel tanda masuk belajar.
" Semua pengurus Osis di harap berkumpul di ruang Osis, kita ada rapat ".
Danu buang nafas berat. Ada rasa malas yang sergap cepat dengar ungkapan ketua OSIS yang masa jabatannya tinggal beberapa minggu lagi.
Tentu buat Danu merutuk, masa kerja tinggal sebentar lagi masih juga rapat-rapat. Tapi Danu tetap melangkah menuju ruang kelas begitu komandan barisan membubarkan apel pagi yang singkat itu.
Rapat berjalan cukup lama. Sialnya Danu sama sekali tak tahu apa hasil rapatnya. Rapat bubar Danu ikut berdiri dan menuju ruang kelasnya yang sedang diisi Pak Junaidi. Begitu masuk kelas Danu langsung lirik Warni yang menjawab lirikan Danu dengan senyumnya yang hanya segaris saja.
Istirahat yang ditunggu Danu cepat sekali tibanya. Begitu bel terdengar, Danu langsung dekati Warni, tangkap tangannya dan tarik menjauh dari Ros, Ros hanya senyum dan juga cari jalan lain.
Danu bawa Warni ke kantin. Duduk, dan pesan minuman dingin dua gelas, Warni hanya duduk diam saja, dan tak lama Danu menghampiri dengan dua gelas jus jeruk dingin. Danu duduk didepan Warni tak seperti biasanya.
Pandangan mata Danu yang tajam akhirnya membuat Warni bertanya-tanya, Warni menemukan ada keganjilan dalam tingkah laku Danu siang ini.
" Kenapa sih ?".
Danu geleng kepala. " Kemarin aku ketemu ama Kepala Dinas KIMPRASWIL, dia titip salam ama kamu, katanya kamu cantik ".
" Kamu ?. ". Warni terkejut sekali.
" Ya.. Pak Kepala Dinas bilang. Danu.. kamu kenal Warni, saya bilang kenal. Dia bilang lagi, titip salam ya.. anak itu cantik, itu katanya ".
Wajah Warni berubah warna. Ada tampak garis pucat dari kening hingga dagu. Apalagi tak ada senyum dari bibir Danu, muka Danu tunjukkan garis keseriusan yang maha dahsyat. Warni benar-benar pucat.
" Aku.. Aku… ".
" Kamu menipu aku selama ini War ".
" Aku.. aku.. aku ngga' bermaksud begitu sama kamu Dan, aku hanya ".
" Aku juga ngga' marah. Cuma kesal aja ".
" Jadi ?".
Hembusan nafas Danu yang lumayan kuat membuat air muka Warni tampah pucat, Danu berdiri dan kembali duduk disamping Warni, Danu mengelus bahu Warni yang makin merundukkan mukanya.
" Apa sih salahnya jujur War ?".
" Aku.. aku… ".
" Udah ack. Ngga' apa-apa Kok ".
" Kamu ngga' marah ?".
Warni seperti minta kepastian pada Danu. Pandangan matanya amat sahdu mengarah tajam menusuk kearah Danu. Danu geleng kepala dan meraih ujung jari tangan kanan Warni dengan tangan kirinya, kemudian mengelus dengan ujung jari telunjuk tangan kanannya.
" Yang aku heran Cuma satu War ".
Kening Warni berkerut. " Apaan ?".
" Saya yang seorang anak pedagang kecil yang hidupnya entahlah, punya pacar seorang anak Kepala Dinas, apa itu bukan kejutan ?".
Warni tarik tangannya cukup kuat hingga dengan tak sengaja memukul meja, Warni jadi kesakitan dengan menggoyang-goyang telapak tangannya. Danu terus goyang-goyangkan kepalanya, dan sesekali tepuk pelan jidatnya. Warni tampak melongo lihat semua tingkah Danu.
" Aku ".
" Kenapa War ?".
" Aku bukan mau begitu Dan, Tapi… ".
" Orang miskin belagak kaya itu banyak War, tapi kalau orang kaya belagak miskin itu jarang ".
Warni makin tertunduk aja. Warni ngga' nyangka Danu tahu secepat itu. Padahal Warni ingin Danu tahu nanti-nanti aja. Tapi Warni ngga' bisa ngomong apa-apa lagi, Danu sudah tahu siapa dia.
" Kamu ngga' marah kan ?".
" Menurut Kamu ?".
" Mana aku tahu ".
Danu hanya diam. Pandangan mata mereka bertemu, Warni baru bisa senyum saat Danu berikan senyum tipisnya. Warni malah langsung berlaku manja, dengan menepuk dada Danu dan mencubit dagu Danu dengan gemas. Danu juga membalas dengan mencubit kedua pipi Warni dengan gemas yang sama.
Warni buka tasnya dan sodorkan yang ditangannya pada Danu. Danu menerima dan membukanya. Danu hanya sebentar membaca dan menutupnya kembali dengan rapi dan selipkan dipinggang belakangnya.
" Kamu ulang tahun ya ?".
Warni mengangguk. " Kamu datang ya ".
" Insya Allah. Kalau aku … ".
Warni pegang tangan Danu. " Jangan pake kalau Dong. Nanti aku gimana ?".
" Maksudnya ?".
" Kamu datangnya ?".
Mata Warni amat sayu menatap wajah Danu yang akhirnya anggukkan kepala tanda setuju. Warni senyum dan lansung melayangkan sun ke pipi Danu. Danu menahan hati, jika ini bukan di Kantin dan banyak orang Danu pasti tangkap warni dan pagut bibirnya, tapi bagaimana mau lakukan itu, sun dari Warni aja udah membuat banyak manusia mendehem.
Danu hanya pandangi wajah Warni yang memerah dengan senyum tipisnya yang menggoda. Danu buang nafas berat dan berdiri bersamaan dengan Warni yang mengamit tangannya keluar kantin menuju kelas karena bel masuk udah terdengar kuat sekali.
Danu sebenarnya amat jengah karena pandangan orang banyak tertuju padanya dan Warni yang berjalan dengan santai, yang menjadi pandangan tentunya gaya manja Warni yang mengamit manja tangan Danu dan berjalan kaya' anak kecil yang kadang-kadang lompat-lompat kecil.
Hingga masuk kelas baru Warni melepas tangannya dan menuju kursinya, Danu juga menuju kursinya dengan iringan dehem hampir seisi kelasnya. Ada yang salut pada Danu yang bisa dapati anak baru secantik Warni hanya dalam waktu dua minggu aja udah mesranya minta ampun, ada juga yang mencibir merasa Danu dan warni berlebihan sekali.
…. Bersambung …