Danu sudah tak sabar sampai kerumah Warni. Pesta Ulang Tahun yang Ke-17. Itu tentunya amat istimewa, dan sebagai pacar Danu ingin berikan yang terbaik pada Warni di harinya yang bahagia. Danu langsung ambil parkir, perlihatkan undangan pada satpam dan masuk rumah yang besar itu.
Demi Tuhan, Danu baru pertama kali masuk kerumah yang mewah seperti ini hingga Danu agak ragu dan lumayan gundah. Kaki Danu terasa berat ingin melangkah masuk lebih jauh.
" Hai.. Danu ".
" Eh.. kamu Ros ".
Danu agak lega saat melihat wajah Ros. Danu tidak sendiri lagi masuk kedalam, Danu mantap dan tegar melangkah bersama Ros. Danu agak limbung jalannya, apa yang terpampang didepannya sanggup membuat Danu berdebar-debar.
Ros menangkap keraguan Danu. Ros langsung gandeng tangan Danu dan membawanya melangkah. Danu bukan malah tambah tenang, kebaikan Ros malah membuat Danu tambah grogi.
Danu duduk agak didepan, ruangan yang apik dengan balutan bunga-bunga itu menambah suasana hati Danu makin tak karuan, ada banyak orang disana, selain Ros tak ada satupun yang dikenal Danu, bahkan teman-temannya yang lain semisal si besar kepala Fahrul, si centil Mira, Boy sang jagoan, Haina yang mentelnya minta ampun, Imam, Dedi, hingga sang ketua OSIS Abduh dan sekretarisnya Husin. Sama sekali tak ada yang tampak disana.
" Teman yang lain ngga' ada Ros ?".
" Ngga' ada, mana ada. Wong yang di undang Cuma aku dan kamu aja kok, yang lain ngga' ada ".
" Kok begitu ?".
" Mana aku tahu ".
Danu hanya anggukkan kepalanya. Terdengar alunan musik yang lembut sekali, dan kemudian agak keras sedikit. Mata Danu terbeliak sekali, Warni dengan gaun putih turun dari tangga lantai II dengan iringan tepuk tangan, Warni amat cantik sekali, udah mrip seperti Cindrella dalam dogeng-dongeng itu.
Ros tarik tangan Danu mendekati Warni yang sedang tiup lilin, melihat Warni dari dekat menambah kegamangan Danu. Wanita yang berada disana rasa Danu bukan lagi Warni yang ia kenal. Itu udah bagai seorang putri raja sedang Danu hanya seorang rakyat jelata yang kebetulan beruntung bisa hadir.
Warni udah potong kuenya, ia taruh dipiring dan dekati Danu. Jelas sekali Danu terlihat pucat saat Warni memberikan suapan padanya, apalagi semua yang hadir berikan tepuk tangan. Selesai itu Danu ulurkan tangannya.
" Selamat Ulang tahu War. Kamu cantik ".
" Makasih ya.. ".
Kemudian acara jalan lagi dengan suguhan musik yang lembut sekali, banyak yang langsung berjoget santai berpasang-pasangan. Danu kembali duduk berdampingan dengan Ros.
Danu sebenarnya amat risih sebab banyak sekali mata yang berikan arah pandangannya pada Danu. Danu hanya menunduk saja dengan hati yang terus tak karuan dalam dukungan dada yang berdebar kencang.
" Dan… ".
Danu mengangkat kepala. " War.. ".
Danu langsung berdiri ikuti tarikan tangan Warni yang membawanya lewati kerumunan orang dan terus menuju lantai II rumah keluarga Warni yang siper besar hinga sudah mirip Istana.
" Kemana War ?".
" Ayah dan Mama mau kenal ".
Dada Danu makin kencang deburnya. Tapi Danu berusaha tegar dan terus melangkah menunduk saja ikuti langkah Warni yang agak cepat.
" Dan.. ".
Danu mendongkakkan kepala. Tidak hanya Danu, ibu setengah tua yang ada didepannya juga terkejut sekali. Hampir sebulan yang lalu mereka pernah jumpa. Ya.. wanita itu adalah ibu setengah tua yang ditolong Danu waktu kesempret didepan Pasar Nauli Terminal Bus Sibolga.
" Kamu.. kan ? yang… ".
Danu mengangguk, dan baru tersenyum saat Ibu itu tersenyum menerima uluran tangan Danu, ayah warni juga tersenyum menerima uluran tangan Danu.
" Danu.. ".
" Saya mama Warni, ini ayahnya ". Ibu Warni medekati Danu dan mengelus pundaknya. " Ini lho Pa yang dulu tolongin Mama waktu kecelakaan di Pasar waktu itu. Papa ingat ?".
Ayah Warni mengangguk dan tersenyum, itu membuat Danu tampak tenang dan warni amat bahagia sekali, ia juga tidak tahu kalau pacarnya itu ternyata pernah jadi pahlawan bagi ibunya. Tak lama Warni dan Danu kembali kebawah, kali ini Danu agak tenang, semua tegangnya udah hilang oleh sambutan orangtua Warni yang ramah.
Danu amat gembira dengan apa yang dialami bersama Warni malam ini. apalagi dansa kecil disudut rungan yang bermusik lembut itu, pegangan Warni dekedua leher Danu, hingga pegangan tangan Danu kekedua pinggang Warni.
Dan yang paling membuat keduanya terbuai adalah, dalam lantunan musik yang lembut yang dipadu dengan suasana yang remang-remang redup, Danu berhasil daratkan kecupan yang panjang kebibir mungil Warni, lepas itu Warni erat sekali memeluk Danu hingga wajahnya menempel ketat di dada Danu yang debarnya udah tenang.
" Aku bahagia Dan ".
" Aku juga bahagia War. Bahagia sekali ".
" Betul-betul bahagia ?'.
" Ya ".
Dan kembali kecup panjang yang amat terasa di hati masing-masing. Setelah satu kecup singkat di kening Warni barulah pelukan itu terlepas, Warni menuju kamarnya dan Danu kembali duduk disamping Ros yang senyum-senyum terus.
" Enak lu ya Dan ?".
" Bisa aja Ros ".
" Tapi kamu hebat Dan. Warni tak pernah punya pacar sebelumnya. Kamu yang pertama ".
" Masa sih ?".
" Ya ". Ros mengangguk mempertegas.
Danu senyum juga. Ada rasa bahagia yang datang dalam dadanya. Tentu bertambah bahagia saat Ros menyatakan Danu yang pertama bagi Warni.
Baru setelah pukul 24.00 WIB. Danu dan Ros pulang. Warni antarkan hingga ke pagar halaman, lambaikan tangan. Ros lebih dulu dengan orang tuanya, Danu menyusul beberapa detik kemudian.
…. Bersambung …