Chapter 19 - 19

Danu menatap Imam yang sedang menatapnya, Danu tangkap wajah Imam yang tampak tengang, ada garis kecewa yang lebar melintang disana. Danu buang nafas berat sekali, buang muka dan kembali bersandar kedinding, demikian juga dengan Imam.

" Dulu kamu yang bilang, cinta itu akan berjalan apa adanya, kau harus hati-hati terhadap semua kemungkinan yang terjadi, jangan terlalu cinta. Itu kata-kata kamu kan Mam ?. Kamu yang bilang itu ".

" Iya sih. Tapi ?".

" Kamu juga yang bilang, kita berada diposisi yang berbeda dengan mereka, kamu harus bersiap merobah posisi jika satu saat nanti diperlukan, dan itu bisa datang dengan tiba-tiba ".

Imam buang nafas. " Kamu ingat semua Dan ".

" Aku juga ingat, Husin pernah bilang kalau diibaratkan sedang main bola, mestinya aku anak bola, tapi kemudian aku memakai kaos penjaga garis ".

" Tapi Dan.. ".

" Aku udah pasrah Mam. Kau dan Husin sudah ingatkan aku dari dulu, dan kini semua yang kalian berdua sampaikan itu menyergap hidupku ".

" Masa sih semudah itu ?".

Danu dan Imam sama buang nafas. Danu pandangi langit-langit kamar, Imam berdiri dan kembali mengambil undangan Warni, membuka dan membacanya kembali sampai berulang kali.

" Minggu kemarin kami masih main ke Kalangan ".

" Minggu kemarin ?".

" Minggu kemarin. Seninnya Warni ngga' masuk kampus, selasa juga, Rabu juga ngga' masuk. Sorenya Ros datang dan berikan undangan itu ".

" Ros ?".

" Ya. Dia yang berikan itu padaku ".

" Gila ".

Imam hanya bisa mengumpat. Ia kembali tutup undangan, letakkan dimeja Danu dan kembali duduk disamping Danu sambil bersandar didinding. Tapi Imam terang merasa Warni amat keterlaluan dengan semua kisah ini.

Imam merasa Danu tak pantas dapatkan itu bila dibandingkan dengan kisah percintaan mereka yang amat manis dan romantis.

Yang Imam saksikan setiap harinya adalah kemanjaan Warni yang malah sering amat keterlaluan volumenya. Hingga Imam masih kurang yakin ini semua bisa menimpa Danu sedemikian mudahnya.

" Warni ngga' bicara dengan kamu Dan ?".

" Sampai sekarang belum ".

" Berapa nomor HPnya ". Imam keluarkan HP dari dalam sakunya.

" Ngapain ?".

" Kita hubungi ?".

" Apa itu perlu ?".

Imam buang nafas berat. Imam buka-buka HP nya, tapi memang Imam tak punya nomor HP Warni di ponselnya.

" Berapa ?".

" 081533493851 ".

Imam tekan nomor sesuai dengan yang dikatakan Danu dan memanggil. Tak ada yang sambut. Imam ulangi lagi, masih juga ngga' ada nyambung. Imam terus ulangi lagi hingga sudah cukup sering, namun tetap tak bisa. Imam buang nafas dan letakkan ponsel yang ada ditangannya begitu aja ke lantai.

" Ngga' masuk Dan ".

" Aku bilang juga apa. Ngga' usahlah Mam ".

Imam tak menjawab, ia ikutan tidur disamping Danu yang merebahkan tubuhnya diatas tempat tidur. Banyak cerita yang muncul dari keduanya, dan akhirnya sama-sama bisa tertawa lebar, tapi kemudian sama-sama tidur pulas.

… Bersambung …