Danu ambil undangan yang ditujukan buat Bibinya, membuka dan membacanya sekali lagi. Danu amat mencintai Warni, Danu memang amat mencinai Warni, amat mencintainya.
Warni adalah hidupnya, dan Danu yakin Warni juga punya perasaan yang sama dengannya tentang itu. Cinta itu cukup besar, tumbuh dan mengusai hidup Danu hingga Empat tahun lamanya.
Tapi, sebegitupun besarnya, sebegitupun tingginya, sebegitupun hebatnya, tetap tak mampu padukan mereka dalam hidup. Disamping cinta, masih ada bayak hal yang jadi pertimbangan keluarga Warni, Kedudukan, Jabatan, dan Harta yang kerap dipandang lebih punya makna.
Yang selalu menjadi hal yang paling diperhitungkan oleh para orang tua, apakah mereka tidak punya cinta ?, tidak juga, tapi anggapan umum itu tetap menjadi menu utama, menjadi perhitungan utama.
Yang kesemua itu tak dimiliki oleh Danu, Danu hanya punya cinta, dan itu tidak cukup, tak bisa diandalkan, dan tidak punya pengaruh apa-apa dalam lembar kehidupan keluarga Warni.
JANGAN TANYA
Jangan Tanya… Soal Cinta
Jangan Tanya… Soal ingin
Jangan Tanya… Soal hasrat
Jangan Tanya… Soal niat
Cinta, Ingin, Hasrat, dan Niat ini padamu
Memacu hidup dengan temu
Memaknai hidup dengan rindu
Jangan Tanya… Soal Kasih
Jangan Tanya… Soal Sayang
Jangan Tanya… Soal Impian
Jangan Tanya… Soal Harapan
Kasih dan Sayangku tertuju padamu
Impian dan Harapan tetap padamu
…. Takkan mati.
Tapi itu hanya Impi
Keinginan yang takkan pasti
Semua sudah berlalu pergi
Takkan mampu dihalangi
Takkan sanggup ditandingi
Danu hanya senyum kecil. Ini pusi pertama yang ia ciptakan dengan tangannya. Puisi cengeng yang sebenarnya tak banyak berguna.
Tapi itu cukup bermakna bagi hati Danu yang kian patah, tak ada yang mampu Danu lakukan selain hanya pasrah dan berdo'a pada yang kuasa, kehidupan bahagia yang akan ditemui Warni adalah impian Danu yang sudah lama terpatri di hati.
Kebahagiaan yang Danu impikan, Warniakan mencapainya dengan lelaki impian ibunya. Itu juga bisa membawa bahagia didada Danu yang rapuh dan luluh.
Seminggu kemudian.
Gedung Nasional Kota Sibolga sangat ramai, begitu ramai hingga penuh sesak oleh manusia yang berjubel. Itu pantas, karena hari ini adalah resepsi pernikahan putri seorang Kepala Dinas.
Seramai itupun orang yang ada disana. Danu merasa begitu sunyi. Danu duduk dikursi paling belakang dan paling sudut. Dada Danu amat sakit, Danu baru sadar dengan apa yang dirasakan ayahnya selama ini, kehilangan orang yang amat dicintai ternyata memang amat menyakitkan sekali.
Begitulah Danu. Yang duduk begitu manis di pelaminan itu adalah Warni. Wanita yang amat dicintai Danu selama ini, bahkan satu-satunya. Danu kehilangan tawa Warni, manja Warni, dan segala kebahagiaan yang pernah didapat bersama Warni.
Tapi Warni tetap tak bersalah. Ini adalah niat dan tindakan ayah dan ibunya, lagi pula yang duduk disamping Warni, adalah seorang perwira pertama dari satuan Angkatan Laut, Warni akan sangat terhormat bisa menghirup udara dengan pria itu. Dan Danu takkan mampu walau hanya sekedar menyamainya, takkan pernah mampu, sama sekali tak mampu.
…. Bersambung ….