Tak ada yang menjawab Salam Danu. Danu masuk aja, dan terus kebelakang, Danu lihat ibunya disana sedang duduk di dekat tempat kompor, Danu mendekati Ibunya yang tampak mengeluh sambil pegangi dadanya. Danu pegang bahu ibunya sebelum duduk bersampingan.
" Mama kenapa Ma ?".
" Dada Mama sakit Dan. Melilit-lilit ".
" Udah periksa ke dokter ".
" Belum ".
" Kok belum ?".
" Besok ajalah Dan, udah sore ".
Danu berdiri. Ambil gelas dan minum seteguk, Danu masih juga perhatikan Ibunya yang masih terus dengan gorengannya. Danu tetap yakin kalau ibunya memang punya penyakit yang ia pendam sejak lama.
" Mama harus kedokter Ma ".
" Iya.. besok aja ".
" Terserah Mama aja, tapi rasanya lebih cepat akan lebih bagus hasilnya ".
" Iya Mama tahu ".
" Mama tahu tapi Mama ngga' pernah jadi berangkat kan ?".
" Besok Mama pergi Kok ".
" Asal betul ajalah ".
Danu duduk di meja makan, buka penutup nasi dan makan siang, ibu Danu berdiri, ambil tas dari pundak Danu yang ngga' lagi sempat diletakkan dan mengantarkannya ke kamar Danu, tak lama ibu Danu kembali lagi dan duduk didepan Danu yang asyik makan.
" Putri mana ?".
" Tidur ".
" Tidur ?".
" Tidur di kamar kamu "
" Kamarku ?. Di kencingi langi nanti Ma ",
" Ngga' apa-apalah, nanti di lap ".
" Ngelap sih gampang. Baunya itu ".
" Namanya juga anak-anak Dan. Kamu kaya' ngga' pernah jadi anak-anak aja ".
Danu tersenyum menatap ibunya. Siapa yang pernah anak-anak, paling munkin hanya Nabi Adam dan Siti Hawa. Yang lain pasti merasakan jadi anak-anak, walau semuanya ngga' bakal ingat bagaimana ia waktu anak-anak.
" Aku kan beda Ma ".
" Beda memang ".
" Bedanya ?".
" Lebih hebat kamu ".
Danu kecut dan hanya bisa geleng kepala, Putri anak usia tiga tahun itu memang suka tidur di kamar Danu. Kalau kencing yang membuat Danu pening, tapi Putri memang cukup dekat dengan Danu. Danu selesaikan makannya dengan minum satu gelas sekali teguk, pegang perut dan buang nafas berat berkali-kali. Ibu Danu hanya geleng kepala melihat ulah anaknya yang satu ini.
" Besok Mama ke Dokter, kalau Ayah ngga' bisa biar Danu yang antar pulang sekolah. Kalau ngga' ama Bibi Tiara juga ngga' apa-apa ".
" Besok ajalah itu Dan ".
" Memang besok, Mama jangan ngga' pergi. Kalau ngga' nanti malam aja Ma ".
" Besok ajalah, Mama ngga' apa-apa Kok ".
" Besok ?".
" Iya Besok aja ".
" Iya besok. Tapi mama Jangan ngga' pergi ".
Danu tinggalkan ibunya, dan tidak lihat lagi anggukan ibunya yang setuju dengan usulan Danu. Danu buka baju sambil berjalan saja, baju yang udah dibuka disandang saja dibahunya. Tak ada yang lebih bagus bagi Danu siang ini kecuali masuk kamar dan tidur.
Tapi kali ini Danu tepuk jidat, Putri tidur dengan gaya melintang diatas ranjang, dengan begitu Danu kehilangan peluang untuk tidur disana. Danu tepuk kening, Danu mencoba geser Putri, tapi apa, baru aja disentuh Putri sudah menggeliat, dan kini malah lebih parah, kalau tadi Danu masih mungkin rebahkan badan agak kepinggir, kini malah sama sekali ngga'ada tempat. Danu gantungkan bajunya dan cubit pipi Putri sebelum beranjak keluar. Yang dicubit jerit kecil sambil husap pipinya, namun matanya tetap terpejam, dan lanjutkan tidurnya.
" Kenapa Dan ?".
" Putri tidurnya habisi tempat ".
" Jangan ganggu. Nanti bangun jadi susah nidurkannya lagi Dan ".
Danu tidak lagi menjwab, Danu memilih duduk dikursi sofa yang panjang dan coba bersandar. Dasar sudah ngantuk, Danu tak punya pilihan lain, Danu tidurkan saja badannya diatas kursi sofa diruangan depan. Kaki kanannya naik keatas sandaran, sedang kaki kirinya berada diatas meja. Ibu Danu kembali hanya geleng kepala, ibu Danu intip kamar Danu, dan kembali ke dapur biarkan Danu diatas sofa setelah melihat Putri kuasai semua tempat tidur Danu, tak beri ruang pada yang lain.
Maqhrib sudah usai baru Danu bangun, itupun karena dibangunkan ayahnya. Danu berdiri bermalas-malasan dengan gaya ngantuk dan masih menguap dan lurus-luruskan badannya.
" Sana mandi ".
" Nanti ajalah Yah.. ".
" Kapan ?".
" Nanti ".
" Nantinya Kapan ?".
" Nanti ".
Ayah Danu geleng kepala melihat anaknya. Danu beranjak juga setelah bahunya didorong ayahnya agar bergerak. Bukan cuci muka atau apa, Bukan juga makan malam sesuai dengan perkataan ayahnya, Danu beranjak kekamarnya tentu dengan tujuan melanjutkan tidurnya lagi.
" Dan.. mandi dulu ".
" Nantilah ".
Ayah Danu kembali geleng kepala, ia akhirnya hanya biarkan anak mudanya masuk kamar. Ayah Danu akhirnya beranjak menuju dapur.
.... Bersambung ...