Danu parkirkan sepeda motornya dan setengah berlari menuju barisan ruang kelasnya yang udah lumayan rapi. Upaca hampir dimulai, jika saja danu telat dua menit lagi aja, maka Danu dipastikan harus bergabung dibelakang, dan selesai upacara dapat tugas yang lumayan bagus, cabut rumput.
Mata Danu menoleh kesamping, dan harus senyum untuk membalas senyum Warni yang berdiri tepat disampingnya. Anak baru yang manis itu tampak amat cantik pagi ini, terus terang, walau amat kesal dengan kejadian kemarin, Danu tetap merasa wanita yang disampingnya itu memang cantik dan menarik.
Danu bahkan lebih tertarik dengan melirik kesamping ketimbang ikuti upacara. Jika melihat wajah Warni walau dari samping terasa ada enaknya aja, wajah yang putih bersih, mulus, dan,, yah, baguslah pokoknya, Danu tak bosan memandangnya.
Danu amat lega saat Zuhri membubarkan upacara. Danu langsung mendekati Warni yang bergandeng tangan dengan teman sebangkunya Ros yang selalu aja nempel kaya' prangko.
" Aku semalam nyari kamu ?"
Warni mengecilkan matanya. " Kemana ?".
Warni hentikan langkahnya sejenak hingga sejajar dengan Danu, begitu sejajar langkah kaki mereka lankjutkan, tentu saja dengan tujuan yang sama, ruang kelas mereka yang berada agak kepinggir, untuk sampai malah harus lewat satu lorong didepan ruangan OSIS.
" Aku semalam nyari kamu cukup lama juga ".
" Kemana ?".
" Ya.. ke rumah kamu. Kemana lagi ".
Warni anggukkan kepala dengan mulut yang berbentuk hurup O, Danu berhenti melangkah agar Warni dan Ros bisa lebih leluasa masuk pintu, Danu kemudian ikuti dari belakang.
" Jam berapa ?".
" Sekitar jam tiga sore ".
" Kok Aku ngga' tahu ".
" Aku… ".
Danu ngga' bisa lanjutkan ucapannya, Ros sudah tarik tangan Warni menuju kursi mereka, dengan begitu Warni jadi menjauh dari Danu, dan Danu hanya husap muka, tatap Ros yang manyun, Danu geleng kepala dan langsung aja melangkah kearah kursinya dan duduk, walau matanya tetap melirik kearah Warni yang tampak cerita dengan Ros, sama sekali tak memandangnya, melirikpun sedikit tidak.
" Kamu kenapa sih ?, resah sekali ?".
" Ngga' ada apa-apa ".
" Kok resah ?".
" Ngga' ada ".
Imam yang duduk disamping Danu akhirnya memilih diam, walau tetap lirik Danu yang terus saja berusaha memalingkan wajah kearah Warni, Imam hanya geleng kepala dan merasa aneh saja dengan semua gerak-gerik Danu. Tapi Danu tak peduli dengan perhatian Danu.
Yang paling ditunggu Danu adalah waktu istirahat, semua jam pelajaran bagai tusukan duri bagi kepala Danu yang pengen lanjutkan obrolannya yang terputus dengan Warni. Tapi waktu yang ditunggu Danu amat lambat datangnya. Lama sekali hingga Danu terus mengeluh dan buang nafas berat.
" Kamu kenapa Dan ?".
Danu kelabakan. " Ngga' apa-apa Bu ".
" Kok resah sekali ?".
Danu merasa dadanya berdebar saat Bu Tanjung melangkah mendekati tempat duduknya. Danu ngga' tahu mau bilang apa, apalagi Danu bukan bangsa yang suka dan dengan mudah mampu bicara bohong. Hingga Danu tampak amat resah, gerak-geriknya tampak amat mengganggu pandangan.
" Kamu kenapa Dan ?".
" Ng.. ngga' apa-apa Bu ".
" Betul ?".
" Ngga' apa-apa Bu ".
" Tapi kamu kok tampak resah ".
Semua teman Danu tentu mengarahkan pandangannya pada Danu, Danu hanya bisa menunduk saja, apalagi Bu Tanjung melangkah lebih dekat kemeja Danu, tentu membuat Danu jadi serba salah. Belakang tangan Bu Tanjung mampir dikening Danu, cukup lama juga. Tapi Bu Tanjung langsung menggelengkan kepalanya dan terus menatap Danu dengan pandangan yang lumyan tajam.
Bu Tanjung geleng kepala sebab merasa ngga' ada kelainan pada kening Danu, kening Danu baik-baik saja, disana ngga' ada tanda-tanda yang menyatakan Danu ngga' stabil. Bu Tanjung akhirnya kembali kedepan dan lanjutkan mata pelajaran Bahasa Inggrisnya.
Danu hampir melonjak saat bel istirahat terang terdengar, Bu Tanjung langsung angkat buku dan langkahkan kaki keluar. Begitu Bu Tanjung hilang di pintu seisi kelas langsung berdiri dan berebut keluar. Danu tetap duduk di kursinya, Matanya lurus kearah Warni yang masih beresin bukunya. Dan saat Warni berdiri barulah Danu berdiri dan ikuti langkah Warni keluar kelas, dan mengejar.
" War.. ".
Warni menoleh dan hentikan langkah, Ros juga ikut berhenti langkahnya, dan baru setelah Danu dekat dengan mereka, langkah kaki mereka lanjutkan lagi. Danu ikuti saja, di samping Warni walau cukup jauh jaraknya.
" Mau kemana ?".
" Kantin. Haus ".
" Ide bagus ".
" Kamu mau kesana juga ?".
" Ya. Aku juga haus ".
Danu ikuti langkah Warni dan Ros, masuk kantin dan pesan minuman dingin yang diharapkan bisa merubah gerah yang menguasai badan. Danu duduk didepan Warni yang duduk disamping Ros.
" Kemarin aku cari rumah kamu, aku capek juga, tapi ngga' ketemu. Ngga' ada yang kenal kamu, kenapa ?".
" Namanya juga orang baru Dan ".
" Satupun ngga' ada yang kenal ".
" Bisa aja Dan. Lagian kami disana baru seminggu lebih ".
" O iya ya ".
..... Bersambung ...