Chereads / Crazy Wife Vs Cold Husband / Chapter 29 - CWCVH PART 29

Chapter 29 - CWCVH PART 29

Erland menutup wajahnya.

'Dia ingin melakukan apa, sih? Untuk apa berpakaian seperti itu? Untuk siapa? Apa untukku?' batin Erland.

"Tanganku masih basah, aku akan mencolokan kabel hairdryer ini," ucap Briel dengan nada bicara lembut.

'Sepertinya, kali ini dia sedang waras. Seharusnya, aku takan darah tinggi lagi jika mendekatinya. Tapi, aku baru sadar ternyata dia memakai lingerie,' batin Erland sedikit terkejut.

Tak di sangka Briel berani memakai lingerie tanpa menggunakan dalaman atas lagi dan bagian tubuh atas Briel terlihat samar. Lingerie itu memang tak terlalu transparan tetapi lingerie itu cukup memperlihatkan bayangan lekukan tubuh Briel.

Erland beranjak dari kursinya dan bergegas mendekati Briel.

"Kemarikan kabelnya!" pinta Erland dan Briel bergegas berdiri. Dia pun memberikan kabel itu pada Erland.

"Thank you," ucap Briel seraya tersenyum manis.

Tubuh Erland menegang. Bukan senyum Briel yang membuatnya terpesona, melainkan ada pemandangan yang lebih tak terduga yang membuat sesuatu paling sensitif dari tubuh Erland menegang sejak posisi Briel erotis saat membelakangi Erland ketika Erland sedang berada di meja kerjanya tadi. Bagaimana tak tegang? Briel menungging dan memperlihatkan bokong Briel. Jelas saja milik Erland bereaksi, dia di suguhkan pemandangan menggiurkan seperti itu dan dia adalah pria yang normal.

"Kenapa diam? Ayolah, aku takut masuk angin jika tak mengeringkan rambutku sebelum tidur," ucap Briel.

"Jika takut masuk angin, kenapa tak memakai dalaman? Sudah jelas lingerie itu agak transparan," ucap Erland dan bergegas memasang kabel hairdryer ke colokan listrik.

"Hei, kenapa kamu diam-diam memperhatikan penampilanku?" tanya Briel penasaran.

"Kenapa? Orang rabun juga akan bisa melihatnya, apa lagi aku yang memiliki penglihatan normal," ucap Erland dingin.

'Hem...' Briel menelan air liurnya ketika tak sengaja melihat ke arah celana Erland dan ada sesuatu yang menggembung di sana.

'Dasar mesum! Katanya tak tertarik pada tubuhku, tapi miliknya bereaksi! Munafik,' batin Briel.

Briel mengepalkan tangannya. Dia tak tahan melihat gembungan di celana Erland tersebut. Ingin sekali dia menendangnya. Pasti akan menyenangkan, pikirnya.

Tok! Tok! Tok!

Briel dan Erland saling tatap.

"Siapa?" tanya Briel.

"Mana aku tahu, buka pintunya sana!" perintah Erland.

"Apa? Yang benar saja. Aku memakai pakaian seperti ini," ucap Briel.

Erland menghela napas.

'Bahkan di saat aku ingin bekerja pun, aku kesulitan melakukannya. Bukankah istri itu pendamping suami? Tapi, apa yang bisa dia lakukan? Bahkan dia tak membantuku sama sekali,' batin Erland.

Tok! Tok! Tok!

Briel melihat Erland ketika lagi-lagi terdengar suara ketukan pintu.

"Sana, kamu saja yang buka pintunya!" perintah Briel.

'Mereka tak masuk sembarangan lagi setelah kejadian terakhir kali, baguslah,' gumam Erland berpikir bahwa yang datang pasti adalah Lely. Erland pun melangkahkan kakinya menuju pintu kamar. Dia membuka pintu kamar dan dahinya seketika berkerut melihat sang mama di hadapannya.

"Mama belum tidur?" ucap Erland.

"Hem... Apa istrimu sudah tidur?" tanya mama Erland.

"Belum, masuklah," ucap Erland.

Mama Erland mengangguk dan masuk ke kamar Erland.

"Siapa yang datang?" tanya Briel ketika melihat Erland kembali ke meja kerjanya

Erland tak mengatakan apapun.

"Mama!" sahut mama Erland.

Briel berlari menuju tempat tidur dan menarik selimut. Dia menutup tubuhnya dengan selimut.

"Mama kenapa ke sini?" tanya Briel syok sekaligus malu.

"Kenapa, sih? Ada apa denganmu?" tanya mama Erland bingung melihat Briel.

"Ha? I-itu... Aku--" Briel tak tahu harus mengatakan apa. Dia malu memakai lingerie itu dan takut mama Erland berpikir yang tidak-tidak tentangnya. Bagaimana pun, dia memakai lingerie karena memilki alasan dan pada awalnya berniat memakainya untuk di hadapan Erland saja. Siapa sangka mama Erland akan masuk ke kamar dan ikut melihat penampilannya.

"Hem..." mama Erland memperhatikan rambut Briel yang basah. Sontak dia melihat ke arah Erland yang tengah duduk di kursi kerjanya dan fokus pada layar laptopnya.

"Jadi, ada apa Mama mencariku?" tanya Briel canggung.

"Oh, iya. Mama hampir lupa," ucap mama Erland canggung.

"Ehem... Itu Briel, besok bangunlah lebih pagi. Antar Mama ke pasar tradisional," ucap mama Erland.

"Ha? Pasar tradisional?" tanya Briel syok.

Erland yang mendengar ucapan mamanya pun sontak melihat ke arah Briel.

'Mama mengajak seorang tuan puteri belanja ke pasar? Aku jadi ingin melihat, apa yang bisa dia lakukan di sana? Sudah pasti dia tak pernah pergi ke pasar. Dia bahkan tak bisa membawa piring dengan benar,' batin Erland menyeringai.

"Iya, temani Mama belanja sayuran, dan bahan makanan lainnya," ucap mama Erland.

"Kenapa harus ke pasar? Kenapa tak ke supermarket saja?" tanya Briel bingung. Yang benar saja, selama ini dia tak pernah pergi ke pasar.

"Mama sudah lama tak belanja ke pasar tradisional. Mama lihat juga pasar tradisional di Jakarta tempatnya sudah lebih baik dari sebelumnya, sudah bersih. Kamu bangunlah jam empat shubuh, dan kita akan pergi ke pasar dulu sebelum kamu pergi tempat melukismu," ucap mama Erland.

Briel terdiam.

'Jam empat shubuh? Apa tak salah? Aku tak mau bangun sepagi itu. Lagi pula, aku tak pernah belanja, apa yang bisa kulakukan di sana?' batin Briel bingung.

"Sudah, itu saja. Kamu tidurlah, kamu pasti lelah. Jangan lupa keringkan dulu rambutmu," ucap mama Erland.

"Iya," ucap Briel.

Briel menghela napas lega ketika mama Erland meninggalkan kamar itu. Dia melepaskan selimut yang menutupi tubuhnya dan pergi menuju cermin rias.

Briel tersentak ketika Erland berdiri di belakangnya.

"Tahu malu juga, ya, berpenampilan seperti itu? Tapi, kenapa di depanku kamu tak tahu malu?" ejek Erland.

Briel mengepalkan tangannya. Dia ingin sekali membungkam mulut Erland yang sembarangan. Dia berbalik dan berhadapan dengan Erland. Dia hampir melupakan tujuannya memakai lingerie itu.

Briel tersenyum penuh arti pada Erland, dia pun mendongak dan melihat Erland yang berdiri di hadapannya.

Pandangan Erland tak sengaja melihat ke bawah sana, di mana tulang selangka Briel jelas terlihat dan terlihat juga belahan dada Briel dengan jelas.

"Aku terbiasa tidur tak memakai apapun, itu akan membuat aliran darah di tubuhku berjalan lancar ketika aku sedang tidur," ucap Briel.

"Alasan!" ucap Erland sedikit kesal dan memalingkan wajahnya. Dia kesal, ternyata Briel adalah wanita yang munafik. Erland begitu ingat saat di hotel malam itu Briel menolaknya terang-terangan. Lalu, kini dengan tak tahu malunya Briel berpakaian seperti itu. Bahkan kemarin rasanya Briel tak berpakaian seperti itu saat akan tidur. Sudah jelas Briel memiliki maksud terselubung, pikir Erland.

"Terserah jika tak percaya," ucap Briel.

"Aku memang tak pernah percaya padamu," ucap Erland dan kembali ke meja kerjanya.

'Aku bahkan tak peduli kamu percaya atau tidak,' batin Briel.

Briel melihat Erland.

Erland duduk kembali di kursi kerjanya dan melihat ke arah Briel.

"Oh, ya!" ucap Briel.

"Kenapa lagi? Jangan bilang aku juga harus membantumu mengeringkan rambut basahmu," ucap Erland malas.

"Aku masih memiliki dua tangan yang berfungsi. Tapi, jika kamu merasa terganggu karena cara berpakaian ku, silakan kamu tidur di luar, aku sangat tak keberatan," ucap Briel seraya menyeringai.

Plak!

Erland menutup laptopnya, setelah itu dia pun bangun dari duduknya.

"Tentu saja!" ucap Erland seraya tersenyum dan melangkah menuju pintu kamar.

Melihat Erland pergi, Briel bersorak dalam hati.

"Dasar bodoh! Sudah kuduga, dia takan berani melakukan apapun padaku," ucap Briel kemudian terkekeh.

Erland terdiam sejenak di depan pintu.

Ceklek!

Tak!

"Aarrgghhh! Apa yang terjadi?" pekik Briel begitu histeris membuat Erland menyeringai puas.

'Berani-beraninya dia mengusirku dari kamarku sendiri! Nikmatilah malammu yang suram!' gumam Erland kemudian menyeringai penuh arti.