"Mama!" teriak Briel histeris.
Brak!
'Matilah aku!' batin Erland.
"Apa yang terjadi?" teriak mama Erland panik seraya memasuki kamar Erland.
Sadar akan kehadiran mamanya dan dirinya merasa terancam, Erland pun dengan cepat melepas kaosnya dan melemparnya ke lantai. Dia menarik selimut, dan menunduk memeluk tubuh Briel. Erland membungkam mulut Briel dengan telapak tangannya dan menggerakan tubuhnya layaknya pasangan yang tengah bercinta.
'Brengsek! Dia mau apa di saat ada mamanya?' batin Briel syok. Milik Erland dan bokong Briel saling bergesekan meski tak secara langsung.
"Ah, astaga!" mama Erland syok melihat pemandangan di hadapannya yang seketika membuat pikirannya menjadi mengarah pada percintaan panas.
"Em... Em... Em..."
Suara Briel yang mulutnya di bungkam oleh telapak tangan Erland terdengar layaknya desahan di setiap kali Erland bergerak maju. Desahan itu terdengar begitu tertahan seolah sesuatu membungkam desahannya agar tak ada siapapun sampai mendengarnya.
Mama Erland berbalik, dia pun bergegas menuju pintu. Dia keluar dari kamar Erland dan terdiam sejenak di depan pintu kamar Erland.
'Erland begitu kuat, karena itu Briel berteriak? Astaga, anakku,' batin mama Erland syok sekaligus merasa bangga pada anaknya itu. Dia syok begitu memasuki kamar Erland dan melihat posisi Erland tengah berada di atas tubuh Briel dan Erland bergerak begitu cepat seakan dia tak menyadari kehadiran mamanya.
'Astaga! Bisa-bisanya aku sepanik ini, aku pikir terjadi sesuatu pada anak itu,' batin mama Erland mengingat teriakan Briel di tengah langkahnya. Dia pun kembali kamar.
'Melihat betapa perkasanya Erland, seharusnya sebentar lagi aku akan menimang cucu,' batin mama Erland.
Mama Erland menjadi malu sendiri mengingat kejadian yang dia lihat sebentar tadi. Jantungnya berdegup kencang mengingat pemandangan menggebu antara pasangan muda yang penuh gairah.
Mama Erland tersenyum tipis.
'Mereka ceroboh tak mengunci pintu, lain kali aku harus mengingatkan mereka,' gumam mama Erland.
***
Di kamar Erland.
"Em... Em..." Briel memberontak, sontak Erland menarik tangannya.
Erland mengempaskan tubuhnya di atas punggung Briel membuat kulit punggung Briel dan kulit tubuh depan Erland saling bersentuhan.
Erland panik, jantungnya berdegup kencang sehingga melakukan adegan gila seperti itu. Jelas sekali Erland menyadari kehadiran mamanya dan Erland tahu mamanya melihat adegan itu. Namun, di bandingkan adegan yang terlihat seperti Erland menyiksa Briel saat memukul bokong Briel sebelumnya, itulah hal yang tepat menurut Erland. Mamanya takan menganggap dirinya menganiaya seorang wanita dan dia takan terkena amarah mamanya.
"Apa yang kamu lakukan sebenarnya? Menyingkir dari tubuhku!" geram Briel. Briel tak menyangka Erland akan melakukan hal gila seperti itu. Awalnya, Briel meneriakan mama mertuanya karena ingin mama mertuanya meloloskannya dari jeratan Erland. Tak di sangka, Erland justru membalikan keadaan dengan begitu cepat. Bahkan mamanya tak mengatakan apapun lagi dan langsung keluar dari kamar. Entah bagaimana cara Briel menghadapi mama Erland besok, yang jelas Briel benar-benar merasa malu.
Erland menarik wajah Briel agar mendongak, dia mendekatkan bibirnya ke telinga Briel.
"Kenapa kamu begitu takut? Itu hanya praktek sederhana," bisik Erland.
Briel menelan air liurnya. Jantungnya berdegup kencang.
Briel tersentak ketika Erland mendorong sesuatu di bawah sana yang terasa begitu keras sehingga menyentuh bagian bokongnya.
"Apanya yang sederhana? Kamu sudah gila melakukan semua itu di depan mamamu!" geram Briel.
Erland mencengkram pinggang Briel, membuat Briel meringis kesakitan.
"Jangan melibatkan orang lain saat bersamaku! Kamu selamat, aku hanya berpura-pura melakukannya di depan mamaku! Jika kamu berani meneriakan mamaku lagi, aku takan segan menyeretmu ke lantai bawah dan menyetubuhimu di depan semua penghuni rumah ini," ancam Erland.
Briel terperangah. Wajahnya memerah menahan amarah. Erland benar-benar keterlaluan.
Erland menyingkir dari tubuh Briel membuat selimut yang sempat menutupi tubuhnya dan tubuh Briel itu ikut terangkat.
"Selimutnya jangan dia angkat!" panik Briel.
"Aku sudah melihatnya," ucap Erland dan bergegas menuju kamar mandi.
Brak!
Erland mengguyur tubuhnya di bawah guyuran shower. Tubuhnya terasa panas, jelas-jelas dia bergairah berada dalam posisi seperti itu. Dia yang sejak awal berniat mengelabui mamanya dengan menggerakan tubuhnya sehingga miliknya bergesekan dengan bokong Briel sejujurnya ada sensasi yang menyenangkan yang membuatnya tak ingin berhenti dan ingin melakukan hal yang lebih jauh dari pada itu.
'Aku sangat bergairah, malam ini aku takan berpikir, dan aku pasti sudah melakukannya jika saja saat di hotel malam itu aku dan Briel--'
Erland mengepalkan tangannya kuat. Dia melepas seluruh pakaiannya dan bergegas keluar dari kamar mandi. Dia memakai pakaiannya dan kembali ke kamar.
Erland melihat Briel menutup seluruh tubuhnya dengan selimut. Dia pun mengabaikan Briel dan pergi ke balkon kamar seraya membawa rokoknya. Dia duduk di kursi seraya mengisap sebatang rokok.
'Entah takdir atau kesialan aku menikahinya, tapi hari itu aku sudah menjelaskan semuanya pada papa, dan papinya. Sayangnya, aku tak berdaya membantah keputusan kedua orangtua itu. Briel anak perempuan yang spesial bagi mertuaku, kenapa dia berpikir aku pantas untuk anaknya? Apa dia tahu kegilaan anaknya, dan ingin menyiksaku? Ada dendam apa dia padaku? Aku seperti merawat seekor singa liar,' batin Erland.
Erland teringat pada apa yang dia bicarakan bersama mertuanya di depan Gereja tepat setelah dirinya menikahi Briel.
'Hem... Apa yang terjadi, semuanya tak sesederhana itu,' batin Erland.
Erland mengisap sebatang rokoknya hingga hisapan terakhir, setelah itu dia kembali ke kamar.