Brak!
'Astaga, masa mudaku akan hancur setelah ini,' gumam Briel geram.
Briel geram pada Erland, lihat saja mentang-mentang Erland yang memiliki rumah itu sehingga dia bisa bersikap seenaknya. Tak mengerti 'kah Erland, bahwa Briel adalah tamu di rumah itu? Bukankah seorang tamu seharusnya di perlakukan istimewa?
'Istimewa apanya? Pria itu mungkin tak waras, dia tak bisa memperlakukan orang lain dengan baik!' gumam Briel dan pergi menuju kamar mandi.
Briel baru saja bangun tidur, seharusnya rasa lelahnya menghilang tetapi Briel justru merasa semakin lelah. Menghadapi Erland nyatanya cukup menguras tenaga. Entah bagaimana caranya malam itu dia bisa tetap hidup. Membayangkan tubuh Briel di tindih oleh tubuh Erland yang sebesar itu saja rasanya membuat Briel bergidig ngeri tetapi rasanya keberuntungan masih di berikan pada Briel karena Briel masih di berikan kesempatan untuk tetap hidup setelah perlakuan Erland malam itu. Pikir Briel.
Briel butuh menyegarkan tubuhnya. Dia melepas seluruh pakaiannya dan menyalakan shower. Dia berdiri di bawah guyuran shower yang sudah dia atur dengan air yang memiliki suhu sedikit hangat.
'Dia pergi tadi, semoga saja tak hanya pergi dari kamar. Jika bisa, pergi lagi saja untuk beberapa hari, aku benar-benar bisa gila berhadapan dengannya. Aku bisa tua sebelum waktunya jika terus saja berdebat dengannya!' gumam Briel kesal.
***
Di kamar lain, Erland tak hentinya mengumpat karena dirinya harus menghadapi yang buruk setelah kembali ke rumah. Pikirannya sudah mengarah pada hal-hal yang manis, di mana ketika sampai di rumah nanti dirinya akan beristirahat dengan tenang. Namun, jangankan istirahat bahkan Erland merasa di sambut dengan hal gila yang sama sekali tak pernah dia bayangkan sebelumnya. Bagaimana bisa seseorang yang statusnya adalah penghuni baru di kediaman orang lain bisa begitu berani merubah sesuatu yang bersifat pribadi sensitif. Erland benar-benar tak mengerti manusia macam apa Briel sehingga dia memiliki sikap yang begitu jauh dari sikap perempuan.
'Sejak awal aku sudah curiga padanya, dia memang licik. Bisa-bisanya dia terpikir untuk merekam ucapanku waktu itu di ponselnya,' gumam Erland heran.
Erland tak mengerti, dia tak merasa curiga saat dirinya akan meninggalkan rumah tepat setelah menikahi Briel waktu itu. Tak di sangka, Briel ternyata merekam ucapannya ketika dirinya mengatakan bahwa dirinya membebaskan Briel tinggal di rumah itu. Karena itu, Erland pun tak lagi mengatakan apapun dan memilih pergi dari kamar.
Ya, saat Erland akan pergi di hari itu, ketika Briel menyadari Erland kembali menghampirinya dia sudah curiga Erland akan mengatakan hal-hal yang tidak-tidak. Bukan tanpa alasan Briel merekamnya, awalnya dia hanya iseng dan berpikir siapa tahu kelak ucapan Erland akan menjadi senjata yang bagus untuk melawan Erland sendiri. Briel ingat sebuah ungkapan 'Mulutmu harimaumu' dan itulah yang terjadi. Senjata makan tuan?
Erland menggeram mengingat Briel sebelumnya menendang alat vitalnya. Bahkan Erland masih dapat merasakan sakitnya yang seakan hilang timbul atau mungkin sama halnya dengan ketika seseorang mengalami sakit kepala, rasanya cenat cenut.
'Dia bagaikan kutukan yang datang tanpa pernah aku duga sebelumnya! Seharusnya, aku tak pernah terlibat dengan wanita tak waras sepertinya!' guman Erland geram.
Erland melepaskan kancing kemejanya, dia merasa tubuhnya tak nyaman dan ingin sekali mandi. Namun, dia harus pergi ke kamarnya dan mengambil pakaiannya. Sebelumnya, dia sudah membawa kopernya dan meletakan kopernya di kamar. Di kamar saat ini, yang tak lain adalah kamar tamu tak ada satupun pakaian Erland. Mau tak mau dia memang harus kembali ke kamar.
Erland melangkahkan kakinya menuju pintu kamar, dia keluar dari kamar itu dan melangkah menuju kamarnya. Ketika sudah sampai di depan pintu kamarnya, Erland mendadak merasa ragu untuk memasuki kamarnya. Mendadak dia berpikir bahwa di dalam dia akan kesulitan mengendalikan emosinya karena melihat wajah menyebalkan Briel.
'Wanita itu tak tahu malu! Berani sekali dia melukis wajah kekasihnya di kamarku sendiri! Benar-benar berlebihan, ck! Aku tak suka manusia yang penuh drama, dasar wanita bodoh!' gumam Erland dan memantapkan hatinya untuk memasuki kamar. Erland menghela napas dan membuka pintu kamarnya. Di memasuki kamarnya dengan langkah cepat.
Perhatiannya mencoba mencari Briel ke seluruh ruangan.
"Jadi, dia pergi? Baguslah jika begitu," gumam Erland dan dengan santainya dia membuka pintu kamar mandi.
Dugh!
"Shit!" Erland terkejut bukan main ketika sesuatu melayang di kepalanya. Erland sontak memegang kepalanya yang rasanya cukup menyakitkan.
"Aku sudah menduga! Kamu itu pria tak waras yang isi kepalanya perlu di perbaiki! Aku rasa ada yang salah dengan otakmu, dasar mesum! Main masuk saja ke sini!" pekik Briel.
Dada Briel kembang kempis. Dia syok ketika mendengar suara pintu seperti tengah coba di buka. Merasa ada hal buruk yang akan dia alami, Briel pun memgambil botol shampoo dan begitu pintu terbuka botol shampoo itupun melayang ke kepala Erland. Namun, di balik itu smua dia pun merasa bersyukur karena dirinya sudah memakai handuknya sebelum Erland masuk tiba-tiba ke kamar mandi.
'Astaga, pikiran wanita ini benar-benar berlebihan! Apa dia pikir aku tertarik pada tubuhnya yang kecil itu? Sedikit pun aku bahkan tak merasa tertarik! Aku tak suka yang rata seperti jalan aspal, dia terlalu sok cantik. Aku bahkan bisa mendapatkan wanita yang lebih cantik darinya, dia bukan wanita tipeku, bisa-bisanya aku menikahinya,' gumam Erland.