Chereads / Crazy Wife Vs Cold Husband / Chapter 21 - CWCVH PART 21

Chapter 21 - CWCVH PART 21

Briel terduduk lemas di kursinya. Tangannya masuk ke dalam kuah yang masih cukup panas dan tak hanya itu, kuah itu pun memiliki rasa yang pedas.

"Hei! Monster! Beraninya kamu meninggalkanku setelah apa yang kamu lakukan padaku!" teriak Briel begitu keras hingga mengundang kehadiran Lely dan Sammy ke hadapannya.

"Nona, ada masalah apa? Kenapa Nona berteriak?" tanya Lely panik.

"Tanganku tercelup ke dalam kuah ini," ucap Briel seraya menunjuk ke mangkuk sup yang sempat di masuki tangannya tadi.

"Apa? Kalau begitu, kenapa Nona tidak segera membersihkannya? Kuah itu masih cukup panas, dan kuah itu juga pedas. Tangan Nona bisa terbakar nantinya," ucap Lely panik.

Briel seakan tersadar bahwa bahaya telah menghampirinya. Dengan cepat dia berlari menuju wastafel dan mencuci tangannya di sana.

Sementara itu di meja makan.

"Aku pikir ada apa? Nona berteriak sekeras itu. Membuatku panik saja. Aku pikir, di sini benar-benar ada monster," ucap Sammy seraya bernapas lega setelah sebelumnya sempat merasa panik.

Ya, jelas saja Sammy panik. Dia akan merasa bersalah jika sampai terjadi sesuatu yang membahayakan majikannya. Itu artinya, dia tak dapat menjalankan tugasnya dengan baik sebagai petugas keamanan di sana.

"Ya, begitulah. Sepertinya, kita harus mulai terbiasa dengan keadaan ini. Bagus juga, rumah ini yang dulunya seperti kuburan, sekarang seperti pasar malam. Ramai," ucap Lely kemudian terkekeh.

Sammy pun ikut terkekeh mendengar apa yang Lely katakan.

"Tapi, di mana Tuan Erland? Apa dia tak tahu jika istrinya itu mengalami insiden seperti ini?" tanya Sammy bingung.

"Tadi, mereka bertengkar. Tuan Erland pindah makan malam ke taman belakang," ucap Lely.

"Benarkah? Apa kamu tahu banyak hal tentang mereka? Kamu 'kan sepanjang hari di rumah," ucap Sammy penasaran. Sammy mendadak jadi tertarik berghibah. Ah, tepatnya semenjak kedatangan Briel yang membuat rumah itu menjadi begitu luar biasa. Ya, apa lagi jika bukan luar biasa kacau.

"Tidak, tapi perdebatan kecil seperti itu adalah hal biasa dalam hubungan rumah tangga. Bagus juga, jika terus saja akur akan mengalami yang namanya cepat bosan," ucap Lely kemudian lagi-lagi terkekeh.

Sammy pun diam. Dia tak mengerti masalah yang di hadapi orang yang sudah menikah. Bagaimana dirinya akan mengerti? Bahkan hingga saat ini dirinya masih menjomblo.

"Tapi, ngomong-ngomong. Nona Briel ini bukan orang sembarangan. Dia terlihat manis di luar, tapi dia memiliki kekuatan dalam yang luar biasa," ucap Lely.

"Memangnya, apa yang dia lakukan? Apa dia membuat masalah lagi setelah merubah kamar Tuan Erland?" tanya Sammy penasaran.

"Hem... Ini tak sesederhana itu, ngomong-ngomong--" Lely dengan cepat menoleh ke arah Sammy. Dia menatap Sammy dengan tajam membuat Sammy menjadi merasa curiga pada Lely.

"Lebih baik kamu jangan memancingku dengan terus bertanya, atau kamu akan menyesal setelah mendengarkan apa yang aku katakan nanti," ucap Lely penuh penekanan.

Sammy menelan air liurnya. Apa semenyeramkan itu hingga akan membuatnya menyesal setelah mendengarnya? Mengapa Sammy menjadi takut sendiri pada istri dari tuannya itu.

"Aduh, tanganku benar-benar terbakar!" pekik Briel lantas membuat Lely dan Sammy terkejut.

"Coba lihat, aku akan kembali bekerja," ucap Sammy.

Lely mengangguk dan bergegas menghampiri Briel di dapur. Sesampainya di dapur, Briel terlihat tengah mengibaskan tangannya yang sudah di bersihkan.

"Nona, apa tangan Nona terasa panas?" tanya Lely cemas.

"Iya, ini panas sekali. Kuah itu benar-benar pedas, ya? Ini tak nyaman, hampir seluruh telapak tangan, dan punggung tanganku menjadi panas," keluh Briel.

"Tunggu sebentar." Lely bergegas mengambil botol minyak sayur dan kembali menghampiri Briel.

"Pakai ini, Nona," ucap Lely seraya membuka tutup botol minyak sayur di tangannya.

"Kenapa harus pakai minyak sayur? Apa kamu akan menggoreng tanganku? Apa kamu dan Taunmu itu bersekongkol untuk menyiskaku di rumah ini?" tanya Briel seraya menatap Lely dengan tajam.

Lely terperangah. Dia hanya ingin memberikan solusi agar rasa panas di tangan Briel menghilang dengan cara menuangkan minyak sayur itu ke telapak tangan Briel dan mengoleskannya di telapak tangan Briel. Tak di sangka Briel justru berpikir hingga sejauh itu. Apa Lely terlihat seperti penjahat? Rasanya, Lely selalu mencoba menjadi wanita yang baik yang tidak berani menyakiti siapapun.

"Em... Itu, Nona. Minyak sayur ini akan membantu menghilangkan rasa panas di tangan Nona," ucap Lely.

"Pakaikan saja minyak sayur itu ke tangan Tuanmu, kalau perlu goreng sekalian tangan beserta tubuhnya! Dia benar-benar sudah gila, dia berani melakukan kekerasan dalam rumah tangga terhadapku, aku akan menghubungi komisi perlindungan wanita. Aku tak terima semua ini!" geram Briel kemudian meninggalkan Lely begitu saja.

Lely menghelan napas. Ya, pemikirannya tentang Briel memang benar. Briel wanita luar biasa dengan segala pemikirannya yang terlalu berpikir buruk tentang orang lain.

Lely teringat pada Erland, dia mencoba melihat diam-diam ke taman belakang untuk melihat sedang apa tuannya itu? Mengapa tuannya itu tak menemui Briel padahal Briel sudah berteriak sekeras itu. Apa tuannya itu tak cemas?

'Astaga, dia duduk dengan tenang seraya mengisap sebatang rokok, padahal istrinya sedang terluka. Aku tak mengerti, bagaimana akhirnya dia dan Nona Briel bisa menikah? Apa mereka di jodohkan? Rasanya, aneh sekali melihat pemandangan ini. Belum lama Nona Briel datang ke rumah ini, itu artinya dia dan Nona Briel belum lama menikah 'kan? Seharusnya hubungan pengantin baru masih sedang manis-manisnya,' batin Lely.

"Apa wanita itu memintamu untuk memata-matai Saya?" tanya Erland membuat Lely tersentak.

Tak di sangka tuannya menyadari keberadaan dirinya yang tengah mengintip tuannya itu dari pintu dapun menuju taman belakang.

Erland membuang rokoknya dan menghampiri Lely.

"Jaga batasanmu, Lely! Saya yang membawamu ke rumah ini. Saya yang memberikan gaji padamu, bukan wanita itu! Jangan berpihak padanya, jangan tertipu oleh wajah polosnya!" tegas Erland.

"Tidak, Tuan. Saya tak memihak pada siapapun. Bagaimanapun, sudah tugas Saya melayani Tuan dan Nona di rumah ini," ucap Lely canggung.

Erland tak mengatakan apapun lagi. Dia melewati Lely tetapi kemudian langkahnya terhenti ketika Lely memanggilnya.

"Ada apa lagi?" tanya Erland.

"Itu, Tuan. Anda harus bersikap manis pada Nona Briel, atau Anda akan terkena masalah hukum nantinya," ucap Lely memperingatkan.

Erland berbalik, dia menatap Lely dengan serius.

"Apa maksudmu?" tanya Erland.

Erland merasa heran. Semenjak kedatangan Briel ke rumah itu, Lely menjadi bersikap lancang padanya. Sebenarnya, apa yang sudah di lakukan Briel? Apa Briel menyogok Lely? Memikirkan hal itu lantas membuat Erland merasa semua itu mungkin saja terjadi. Apa lagi, Briel pun pernah diam-diam merekam suaranya. Briel itu licik, pikir Erland.

"Tadi, Nona Briel mengatakan, bahwa dia akan melaporkan apa yang Anda lakukan di meja makan pada Komisi Perlindungan Wanita," ucap Lely.

"Memangnya apa hubungannya dengan itu? Tangannya hanya terkena kuah sup saja," ucap Erland heran. Tak ada urusannya bukan insiden tangan Briel yang tercelup ke dalam kuah sup dengan Komisi Perlindungan Wanita? Pikir Erland.

"Tapi, tangan Nona Briel terbakar. Dia menganggap, apa yang Anda lakukan sebagai kekerasan dalam rumah tangga. Karena itu, dia akan melaporkannya pada Komisi Perlindungan Wanita," ucap Lely.

Erland mengapalkan tangannya.

"Kalau begitu, Saya sangat menyesal karena tak sekalian mematahkan tangannya!" kesal Erland dan pergi meninggalkan Lely.

Mendengar apa yang tuannya itu katakan, Lely lantas terkejut. Seram sekali, pikirnya.

"Hei, Tuan! Jangan lakukan itu, Saya mohon! Lama-lama Nona Briel akan mencampakan Tuan jika Tuan terus memperlakukannya dengan kasar. Wanita hanya menyukai pria yang lembut, dan penyayang!" teriak Lely. Namun, Erland sama sekali tak peduli.

'Si Lely ini, dia benar-benar membuatku kesal! Mana mungkin juga aku berani mematahkan tangan seorang wanita? Lagipula, dia terlalu memihak pada wanita gila itu! Lama-lama aku bisa terusir dari rumahku sendiri!' batin Erland geram di tengah langkahnya menuju kamar.