Erland terjatuh lemas di lantai. Tubuhnya merasa tak memiliki tenaga lagi setelah mendapatkan serangan tiba-tiba dari Briel.
Sementara itu, Briel menjadi canggung. Sejak kapan Lely ada di kamar itu? Pikir Briel.
Ya, Lely lah yang memekik belum lama tadi. Lely pasti syok melihat apa yang di lakukan oleh Briel. Lely memang tak tahu kejadian itu, dia hanya berniat membawa barang Briel yang tak lain adalah boneka beruang Briel. Sebelumnya, Briel meminta Lely untuk membawakan boneka itu ke kamarnya dan Briel justru pergi ke kamar lebih dulu. Siapa sangka, Briel rupanya kembali bertemu dengan Erland di kamar.
Ah, ya. Lagi pula, itu kediaman Erland. Sudah jelas Briel akan sering bertemu dengan Erland bukan?
"Anu, Nona. Ini boneka Nona, Saya simpan di mana?" tanya Lely.
"Em... Di sofa saja, setelah itu keluarlah, dan jangan lupa tutup pintunya!" perintah Briel.
"Baik, Nona." Lely bergegas meletakan boneka itu di atas sofa dan langsung keluar dari kamar itu. Jantungnya berdegup kencang mengingat apa yang baru saja dia lihat di dalam kamar tuannya itu. Tak di sangka, istri dari tuannya begitu ganas bahkan sampai membuat tuannya menjadi lemas tak berdaya di lantai.
***
Di dalam kamar.
Briel mengambil bonekanya, dia membawa boneknya ke atas tempat tidur. Pandangannya mengarah pada Erland yang mulai berdiri tetapi terlihat kesulitan seraya memegang bagian vitalnya.
Briel pun tersenyum sinis. Erland hanya besar ototnya saja, baru di beri pelajaran seperti itu sudah kewalahan. Pikir Briel.
"Dasar berlebihan!" ejek Briel dan melewati Erland begitu saja. Erland dengan cepat mengejar Briel. Dia menggenggam lengan Briel dan mencengkramnya kuat.
"Apa kamu ingin membunuhku, ha?" tanya Erland.
Briel mengempaskan tangan Erland. Dia berbalik dan menatap Erland.
"Ototmu begitu terlihat, tetapi baru seperti itu saja kamu sudah merasa akan mati?" ucap Briel.
Erland mengepalkan tangannya. Jika saja Briel seorang pria dia takan berpikir lagi, sudah jelas dia alan menghajar Briel saat ini juga. Namun, Erland tak terbiasa bermain tangan terhadap seorang wanita. Selama ini dia rajin melatih otot-ototnya pun bukan untuk menganiaya seorang wanita tetapi jika kejadiannya seperti ini, Erland bisa-bisa lepas kontrol terhadap Briel. Briel benar-benar membuatnya merasa kesal.
"Oh, ya. Bukankah sebelumnya kamu mengatakan takan tidur di sini? Jadi, keluarlah sekarang! Aku akan tidur," ucap Briel beralasan. Sejujurnya, Briel hanya tak ingin terus melihat Erland. Bagaimana mungkin dirinya bisa mengantuk di waktu yang terbilang cepat? Bahkan dirinya tidur cukup lama saat kembali dari tempat melukis tadi.
"Ini kamarku! Kamu yang keluar dari kamarku!" tegas Erland.
"Bagaimana bisa? Aku sudah capek-capek melukis wajah pria idamanku di dinding di kamar ini, jika aku tidur di kamar lain, saat bangun tidur nanti aku takan bisa melihatnya," ucap Briel.
"Omong kosong! Aku tak peduli dengan itu! Aku takan pergi ke manapun! Aku takan tidur di kamar lain, dan aku hanya akan tidur di kamarku sendiri!" tegas Erland.
Briel menghela napas.
"Terserah dirimu, akupun takan tidur di kamar lain!" Briel pun keluar dari kamar. Perutnya merasa lapar sejak tadi. Hanya saja, dia tahu Erland pun akan makan malam, karena itu demi menghindari makan malam di meja yang sama dengan Erland mau tak mau Briel harus rela menunggu Erland selesai makan malam.
Melihat kepergian Briel membuat Erland semakin kesal. Briel benar-benar bertingkah seenaknya. Itu adalah kediamannya tetapi Briel berani bersikap seenaknya seolah Briel lah yang membeli rumah itu. Apa jadinya jika itu benar-benar rumah yang di beli oleh uang Briel sendiri? Briel pasti akan bertingkah lebih gila dari ini.
***
Selang beberapa menit di meja makan.
Briel tengah menikmati makan malamnya. Makanan yang di buat Lely tidaklah terlalu buruk, cukup cocok di lidahnya. Di tengah kegiatannya Briel tersentak ketika tiba-tiba saja Erland duduk di hadapannya. Tak lama Lely pun menghampiri Erland dan membantu menyiapkan piring untuk Erland.
"Apa yang kamu lakukan? Kenapa kamu di sini?" tanya Briel.
Erland menghela napas. Dia meletakan kedua tangannya di dagunya. Tatapannya tertuju pada Briel.
"Tentu saja untuk makan malam. Apa kamu berpikir, aku ke sini untuk melihat dirimu? Sungguh bodoh!" kesal Erland.
Briel terperangah. Siapa juga yang ingin di lihat oleh Erland? Pikir Briel.
"Terbuat dari apa perutmu itu? Bukankah kamu sudah makan malam?" tanya Briel bingung dan kembali memakan makanannya.
"Tuan Erland belum makan malam, Nona. Tadi, Tuan Erland menunda makan malamnya, karena menunggu Nona turun untuk makan malam," ucap Lely sembarang.
Uhuk! Uhuk!
Briel tersedak makanannya. Apa yang baru saja Lely katakan lantas membuat Briel dan Erland langsung melihat ke arah Lely.
"Apa yang kamu katakan? Kapan Saya mengatakan, bahwa Saya menunggunya untuk makan malam bersama?" tanya Erland syok.
Lely benar-benar sudah gila. Berani sekali Lely mengatakan hal yang sama sekali tak pernah Erland lakukan. Sudah jelas-jelas Erland meninggalkan meja makan karena dirinya sempat kehilangan selera makannya setelah mendengar omong kosong yang Lely katakan.
"Oh, benarkah? Jadi, suamiku ini menungguku? Manis sekali," ucap Briel seraya tersenyum tetapi terdengar mengejek bagi Erland.
"Lely, apa kamu sudah bosan bekerja di sini?" tanya Erland seraya menatap Lely dengan tajam.
"Tentu saja tidak, Tuan. Saya pikir, Tuan tak jadi makan malam, karena menunggu Nona Briel. Lagi pula, Saya rasa orang lain pun akan berpikir seperti apa yang Saya pikirkan, karena kalian adalah suami istri. Bukankah makan malam bersama, antara suami dan istri adalah hal yang wajar?" ucap Lely.
"Sekali lagi bicara, kamu akan benar-benar kehilangan pekerjaanmu!" ancam Erland.
Lely pun bergegas meninggalkan Erland dan Briel.
Erland melihat Briel yang saat ini tengah terkekeh.
"Apanya yang lucu?" tanya Erland seraya menatap Briel dengan tajam.
Briel bergegas bangun, dia memajukan tubuhnya ke arah Erland.
"Apa kamu sudah mulai jatuh cinta padaku? Bisa-bisanya sok manis dengan menungguku untuk makan malam bersamamu," ucap Briel.
Erland mencengkram tangan Briel.
"Astaga! Apa yang kamu lakukan? Tanganku ya ampun!" Briel memekik syok ketika perbuatan Erland mengakibatkan telapak tangannya tak sengaja masuk ke dalam mangkuk kuah pedas.
"Sepertinya, itu balasan atas perbuatanmu padaku!" ucap Erland puas dan mengambil makanannya. Setelah itu, Erland pun membawa makan malamnya ke taman belakang kediamannya.