Setelah mengetahui kondisi Mila yang koma, Devan tidak sedikitpun keluar dari ruangan. kecuali ada hal yang harus di kerjakan dia akan meninggalkan Mila namun hanya keadaan yang mendesak , didepan ruangan sudah disiapkan dua penjaga Mila.
" Tuan Devan, makanlah dulu biar saya yang menunggu nona Mila disini "
" Saya akan tetap disini, sebaiknya dokter Anggita keluar dari sini."
" Baikalah Tuan. saya akan pergi tapi, sebelum itu akan saya katakan. nona Mila tidak akan senang jika melihat Tuan seperti ini "
" Keluarlah dari sini dokter, jangan sampai kesabaran saya hilang "
" Tapi tuan..."
" Keluar...sekarang...juga!!"
" Baik tuan..." Anggita yang telah gagal mendekati Devan semakin membenci Mila.
' Bagaimana pun caranya kamu harus mati Mila ' gumam Anggita. terdengar pintu ruangan terbuka Anggita bersembunyi di samping tembok. saat melihat Devan sudah jauh. ia keluar dari persembunyiannya setelah menetralkan nafasnya dengan berlahan berjalan ke ruangan Mila, saat akan melewati pengawal yang berjaga di depan pintu ruangan salah satu dari mereka mencegah Anggita.
"Dokter tunggu. anda mau apa masuk?? "
" Saya dokter jelas saya akan mengecek kondisi pasien."
" Anda dilarang masuk, sebelum tuan Devan datang " Anggita berfikir dengan cepat dia tidak ingin kali ini rencananya gagal lagi.
" Apa kalian akan menanggung kemarahan Tuan Devan jika terjadi sesuatu dengan nona Mila!! " Anggita tersenyum sinis para pengawal berfikir sejenak lalu mengangguk.
" Baik cepatlah periksa nona Mila " setelah pengawal memberi izin padanya, Anggita tersenyum puas.
" Tunggu!! " sial apa lagi sih mereka.
" Dokter di izinkan masuk tapi. tidak lebih dari lima belas menit ."
" Tenang. saya tidak akan lama "
' Untuk membunuhnya tidak membutuhkan waktu kurang dari dua menit, jadi waktu lima belas menit sangat banyak ' lanjutnya dalam hati.
Anggita memasuki ruangan dimana terlihat kondisinya yang koma, alat bantu pernafasan masih menempel bahkan tubuhnya kini penuh bekas luka dan kabel menempel disana.
Melihat tubuh Mila yang tak berdaya Anggita tersenyum sinis.
" Mila. apa kamu percaya akan cinta pada pandangan pertama. itulah yang aku rasakan pada Devan aku mencintainya, tapi sayang dia mengacuhkan ku, apa kamu tau dia mengacuhkan ku karna apa!! itu semua karena kamu Mila.
lihatlah Mila kondisimu yang tidak mungkin bisa bertahan oohh...tidak bukan itu, lihat kondisimu yang sebentar lagi akan mati di tanganku hahaa..."
" Sebelum aku mencabut kabel ini, apa kau ingin mengatakan sesuatu, seperti pesan terakh mungkin?? katakan akan aku sampaikan pada Devan, atau begini kamu sadar sebentar berikan aku selamat karna sebentar lagi Devan akan menjadi milikku " usai mengatakan Anggita mencabut alat bantu pernafasan sebisa mungkin tidak terlihat jika itu di lakukan dengan sengaja. terlihat tubuh Mila mulai bergetar.
" Selamat tinggal Mila, matilah kamu Devan akan menjadi kekasihku " setelah mengatakan Anggita keluar, bersikap seolah tidak terjadi apapun, para pengawal menatap Anggita setelah itu mereka kembali berjaga.
Devan yang baru datang sejenak menatap para pengawal.
" Apa yang masuk?? "
" Ada Tuan hanya dokter mengecek kondisi nona Mila " terang salah satu pengawal.
" Baiklah kalian tetap berjaga, dua jam lagi akan ada yang mengantikan kalian "
" Baik tuan "
" Jika Andy sudah datang, suruh dia masuk " tanpa menunggu jawaban dari anak buahnya, Devan menekan kenop pintu, berlahan mendorongnya. alangkah terkejutnya Devan melihat tubuh Mila yang bergetar nafasnya yang sudah naik turun.
Devan menekan tombol yang berada disisi tempat tidur Mila.
Tak berapa lama dokter dan perawat datang.
"Tuan Devan biar kami bekerja. anda keluar dulu hanya sebentar " salah satu perawat menyuruh Devan keluar.
Devan keluar dan menatap tajam dua pengawal yang berjaga.
Satu jam Dokter keluar, Devan segera mendekati dokter. menanyakan kondisi Mila.
" Katakan bagaimana bisa alat bantu pernafasan bisa terlepas, bukankah kamu yang aku suruh untuk menangani Mila!!"
" Tunggu Dev...aku tau Mila tanggung jawabku tapi... Dev ikutlah denganku ada sesuatu yang harus kamu ketahui."
" Tuan ada apa??"
"Andy kamu tetap disini. pastikan tidak ada yang memasuki ruangan Mila sekalipun itu perawat ataupun dokter."
"Baik tuan "
Devan mengikuti Dokter Doni, sampai di depan ruangan dokter mereka di kejutkan seorang wanita yang duduk dengan anggunnya. sesaat mereka saling pandang.
"Dokter Anggita kenapa anda disini..??"
" Dokter Doni maaf, sebenarnya ada yang ingin saya sampaikan. tapi sepertinya keadaan tidak mendukung jadi lain kali saja, kalau begitu saya permisi...Tuan Devan apa kabar?? "
Tanpa menjawab sapaan Anggita, Devan segera duduk.
Anggita menatap nanar saat orang yang dicintainya mengacuhkannya. ia keluar dari ruangan Doni dengan hati yang sakit.
" Katakan ada apa?? "
" Dev... sepertinya ada yang sengaja merusak alat bantu pernafasan Mila.."
" Kamu bisa tanyakan pada pengawalmu siapa yang memasuki ruangan mila "
" Jangan katakan yang masuk keruangan Mila itu bukan kamu Don?? " Devan keluar di ikuti oleh Doni. saat sampai di depan Devan menatap bengis para pengawalnya, tanpa menunggu lagi Devan memberi mereka pukulan.
Bugg....bugg...
" Katakan siapa yang memasuki ruangan ini hha?? "
"Dokter Anggita Tuan..."
"Apaaa....Anggita " Devan melepas kerah pengawalnya dengan kasar.
" Andy tangkap wanita sialan itu, kerahkan semua anak buahmu mencarinya, aku rasa dia belum jauh pergi dari sini."
Devan menemui Mila. dengan berlahan menyentuh tangannya.
" Sayang..bangunlah, aku berjanji tidak akan memaksamu lagi. apa kamu tidak merindukan laki-laki menyebalkan ini " Devan membelai lembut rambut Mila tanpa sengaja ibu jarinya menyentuh buliran air mata di sudut mata Mila.
" Sayang...aku tau kamu mendengarku, gerakan tanganmu sayang..jangan, jangan di paksa sayang...aku tidak mau memaksamu menggerakkan tanganmu...cukup dengarkan apa yang aku katakan. Ilove You kekasih hatiku " air mata Mila mengalir tanpa henti, dengan cepat Devan mengusap air mata Mila dan mengecup kening Mila.
" Cepatlah bangun sayang..."