" Terima kasih Tuan Devan, semoga kerja sama kita berjalan dengan baik.."
" Sama-sama Tuan Steven..."
" Kalau begitu saya undur diri dulu Tuan Steven..." Devan berdiri dari kursinya disusul oleh Andy sang asisten.
Mereka keluar dari hotel, baru saja akan melewati pintu, suara Steven kembali terdengar.
" Kenapa anda buru-buru Tuan Devan, bahkan saya belum menjamu Anda.."
" Tidak perlu repot Tuan Steven, saya ada urusan yang lebih penting dari apapun." Devan kembali berjalan dengan sikap dinginnya.
" Tuan, apa Anda yakin bekerja sama dengan Tuan Steven?? Anda tau siapa dia sebenarnya..?"
" Kamu tidak perlu memikirkan hal itu. apa kamu sudah mengirim mereka ketempat yang seharusnya??.."
" Sudah Tuan, malam ini mereka akan berangkat "
" Bagus.."
mereka saling diam, Devan yang terus memantau kekasih hatinya, senyum Devan mengembang saat melihat bagaimana kekasih hatinya yang terlihat binggung. tanpa sadar mereka telah berada di dalam Jet pribadi. para pramugari yang melihat Devan datang, dengan cepat mereka memperbaiki penampilannya. Anisa menyapa Devan dengan senyum termanis yang dimiliki berharap Devan memperhatikannya.
Hati Anisa berbunga merekah saat melihat senyum Devan.
" Selamat datang Tuan Devan.."
Senyum di bibir Devan seketika menghilang berubah menjadi dingin. Devan melewatinya begitu saja, Anisa yang di abaikan Devan menjadi kesal. Anisa berbalik pergi meninggalkan teman-temannya dengan menghentakan kakinya.
Tidak membutuhkan waktu lama Meraka telah sampai di Singapore tepatnya di rumah sakit, dimana Mila dirawat.
" Selamat malam sayang..apa kamu merindukanku.." Devan mendekati tempat tidur Mila.
" Iihhh...ngarep "
" Aku memang ngarepin kamu merindukanku Mila. "
"Minggir sana..?"
" Gak mau...."
" Iihhh...bau sana mandi!! "
" Jadi kalau sudah mandi, boleh mendekat dong.."
" Enggak...gak.... siapa juga yang mau di deketin kamu."Mila yang merasa mukanya berubah merah, dengan cepat berpaling ke arah yang lain.
" Hahaaa..iya juga gak apa-apa "
" Iiihhh...sana..." Mila mendorong dada Devan dengan kuat. jangankan bergeser bergerakpun tidak. tanpa sengaja tatapan mereka bertemu tangan Mila yang masih berada di dada Devan. posisi mereka kini saling berdekatan jarak mereka hanya satu inci. Devan menatap mata Mila, berlahan bibir Devan mengecup bibir Mila, kecupan kecil Devan berubah menjadi lumatan, Devan mengigit kecil bibir Mila, berlahan bibir Mila terbuka, dengan cepat bibir Devan memasuki rongga mulut Mila.
berlahan namun pasti Mila membalas ciuman Devan yang memabukkan, tangan devan yang tak tinggal diam, kini mulai menyentuh gundukan milik Mila. kesadaran Mila kembali saat tangan devan meremas gunung kembarnya. Mila mendorong tubuh Devan sekuat tenaga hingga lepas.
" Maaf..Aku tidak bermaksud me..."
" Jangan di ulangi lagi, sekarang pergilah mandi.." mendengar perintah dari Mila, Devan bergegas ke kamar mandi.
Tiga puluh menit kemudian Devan keluar dengan penampilan yang lebih segar rambutnya yang basah menambah ketampanannya. mereka saling diam dengan pikiran masing-masing, Devan yang tidak tahan akan situasi seperti itu berinsiatif memulai obrolan.
" Bagaimana kondisimu, adakah yang kamu rasakan..?"
" Tidak ada..hanya saja.."
" Hanya saja apa sayang..?"
" Aku ingin pulang.."
" Kita akan pulang setelah kamu di izinkan untuk pulang, besok pagi kita bisa tanyakan pada dokter. "
" Baiklah, apa kamu menginginkan sesuatu..maksudku apa kamu tidak ingin makan apa...?"
" Tidak ada.."
" Ya sudah sekarang tidurlah..."
"Ini Sudah malam.."
" Good night baby...cupp " Devan memberikan kecupan pada kening dan mata Mila. Mila merebahkan tubuhnya, sentuhan tangan Devan membuat Mila terlelap. Devan menatap wajah Mila tangannya membelai lembut wajah Mila, berlahan bibirnya mengecup bibir Mila. berlahan Devan tertidur lelap.
mereka tidur saling berpelukan.
keesokan paginya, Mila merasa ada sesuatu berat di atas perutnya ternyata tangan Devan melingar di berutnya berlahan Mila memindahkan tangan Devan, namun pergerakannya membuat tidur Devan terusik.
" Biarkan seperti ini, sebentar saja.."
"ini sudah siang, Devan bukankah kamu sudah janji akan membawaku pulang hari ini..??"
"Kita tanyakan dulu pada dokter..?
"Baiklah..."
Tok...Tok....
"Selamat pagi nona Mila..."
'Pagi Dok.."
" Pantas saja pintu terkunci dari dalam, ternyata sang posesif berada di sini..."
"Jika bicara lagi surat izinmu akan aku cabut. "
"Hahaaa....Mila jika kamu tidak betah bersama Devan datanglah padaku, aku bersedia menerimamu.."
"Jangan coba-coba, kamu mendekatinya. jika tidak!! "
"Jika tidak apa Dev..?? "
"Aku pastikan hari ini terakhir kamu melihat matahari!! "
"Hahahaha....Mila kamu lihat bagaimana sahabatku ini begitu posesif terhadapmu.." Devan merasa di permainkan oleh sahabatnya, berlalu ke kamar mandi, sedang Mila hanya tersenyum melihat sikap Devan yang super posesif.
Usai mengecek kondisi Mila, dokter mengizinkan Mila untuk kembali ke indo dengan catatan, perbanyak istirahat.
Mila bersiap akan pulang, setelah membereskan barang-barangnya.
Dengan memakai dress casual berlengan pendek berwarna putih di padukan dengan sepatu hak tinggi berwarna senada, rambutnya yang hanya di sanggul asal menambah kecantikannya. wajahnya hanya di lapisi bedak tipis untuk memberi kesan segar dan bibir merah alaminya hanya di poles dengan lip gloss.
Devan yang melihat penampilan Mila benar-benar terpesona. kecantikan alaminya membuat hati Devan semakin mengagumi sosok Mila yang pujaan hati.
"Sudah..."
"Iya.."
"Ayo....jangan melihat Dokter gadungan itu, kita pergi sekarang. " Doni hanya tertawa mendengar dirinya di sebut Dokter gadungan. Dimata orang lain kata yang keluar dari Devan menyakitkan namun tidak bagi Doni mereka berteman sejak kecil, Doni tau betul sifat asli Devan.
"Mila, ingat kata-kata ku tadi jika kamu tidak tahan dengan sikap Devan datanglah padaku..."goda Doni.
tatapan menusuk terpancar dari sorot mata Devan
"Hahahaha.... Dev hati-hati jaga Mila, jangan biarkan dia mengeluarkan air mata, jika itu terjadi maka aku akan mengambilnya darimu. " perkataan Doni membuat Devan naik pitam, sebelum terjadi baku hantam Andy lebih dulu menarik Doni.
Devan merangkul pinggang Mila dengan posesifnya. hingga mereka memasuki mobil menuju bandara.
tidak lama kemudian mereka telah sampai di bandara, Mila merasa heran saat mereka tidak melalui pintu utama melainkan langsung menuju pesawat.
Mereka keluar dari mobil, menuju Jet pribadi milik Devan.
berapa pramugari menyambut mereka.
Mila membalas sapaan para pramugari dan pilot dengan tersenyum tulusnya.
Mila terpana saat memasuki pesawat di dalamnya benar-benar sangat indah dan mewah. didalam terdapat ruang tamu yang luas, ada kamar tamu di bawah dan kamar utama berada di atas. sebuah mini bar yang tertata rapi. sebuah ruang tamu yang tak kalah indahnya interiornya seperti Jet pribadi milik pangeran hanya saja di ruang tamu tidak ada singgasananya. sebuah dapur dan ruang makan yang cukup luas di perkirakan muat untuk tiga puluh. sungguh mewah dan benar-benar nyaman didalamnya.