"Mainkan pianonya untukku sayang..." pinta pria dalam balutan jas hitam itu.
"Aku dan ibu akan berdansa, beliau sangat menyukai piano." Tambahnya kemudian.
Wanita cantik di samping pria itu hanya tersenyum seraya melingkarkan lengannya pada sosok tampan di samping nya. Mereka melangkah ke tengah tengah ruangan, berdiri tepat di depan gadis muda yang tengah menekan tusk piano merah itu.
"Alan jari ku berdarah..." ucap gadis muda itu seraya menggigit jarinya yang terluka,darah segar tampak menetes di sela sela jemarinya yang indah.
Gadis itu melempar pandang ke arah Alan, kekasihnya yang tengah berdiri di depan sana, Namun Alan dan ibu nya hanya berpandangan kemudian tersenyum manis.
"Alan... upacara persembahan akan segera dimulai, cepat tangkap gadis itu!" ucap wanita itu setengah berbisik.
Tidak berselang lama, wanita itu mengeluarkan sebuah kain hitam dari balik dressnya yang menjuntai, denga satu gerakan cepat, kain itu berhasil membungkus kepala gadis muda itu,Gadis itu meronta ronta, berteriak sekuat tenaga namun usahanya sia sia. sebuah pukulan melayang tepat mengenai tengkuknya, seketika gadis itu lunglai tak sadarkan diri.
" Alan... jangan sampai dia mati ! kita butuh darahnya untuk upacara suci ini!" ucap wanita itu lantang sembari mengikuti langkah demi langkah putranya yang tengah menggendong gadis muda itu.
Di depan sana, Sebuah mobil pajero hitam telah menunggu,sang sopir tampak beberapa kali mengetuk jam tangannya, mengisyaratkan bahwa sebentara lagi upacaranya akan di mulai.
Setelah memastikan semua aman dan syarat syarat telah terpenuhi, mobil itu segera melesat menembus gelapnya malam dan hilang di persimpangan jalan.
"Demi Emas dan kejayaannya...
"Demi Emas dan kilauanya...
"Demi Emas dan kekayaannya...
"Kami persembahkan gadis muda yang masih suci, padanya belum ada noda dan sentuhan...
Yang telah di pilih oleh junjungan kami...
Penguasa emas dan kekayaan.
Terimalah...
Terimalah...
Terimalah...
Puji pujian itu menggema memenuhi setiap sudut kastil dengan gadis muda yang tengah terbaring di antara hamparan bunga, seketika wangi kembang menyeruak memenuhi ruangan. Disekelilingnya tampak lilin lilin yang tengah menyala, membuat suasana menjadi temaram.
Tak berselang lama, hembusan angin menerbangkan jubah jubah yang mereka kenakan, satu persatu lilin itu mati secara misterius.
Gumpalan asap hitam berputar putar diantara mereka, sesaat kemudian menghilang dan menyisakan seorang pria dalam balutan jubah hitam.
"Pergilah...
"Emas akan menjadi milik kalian!" perintah sosok itu kemudian.
Mendengar perintah itu, kelima sosok dalam balutan jubah hitam tadi memutar langkah dan meninggalkan ruangan.
Sedang sosok itu menatap dengan tajam tubuh gadis muda yang tengah terbaring di hadapannya.
"Tampung darahnya dalam guci guci emas milikku, darahnya cukup memuaskanku sampai pada tiga purnama berikutnya." Lagi lagi pria itu memerintah kepada dua sosok yang tengah berdiri di belakangnya.
Setelah berkata demikian sosok itu perlahan lahan sirna dari pandangan mata.
"Lepaskan aku !
"Lepaskan aku....!
Terbangun dari pingsannya, gadis itu kembali berteriak, memohon agar dilepaskan. namun kedua sosok itu hanya menyeringai... memperlihatkan taring taring nan runcing dari sela sela tawa mereka.
" Ada permintaan terakhir,nona...?" ucap salah satu diantara mereka sembari mengendus endus leher sang gadis.
Belum sempat menjawab, Kedua sosok itu malayangkan cakar mereka tepat mengenai leher gadis itu, darah segar mengucur dari setiap pembuluh darah yang sobek.
Sebuah jeritan kematian terdengar di antara pepohonan yang menjulang tinggi,beberapa burung gagak berterbangan ke arah asal suara itu, bertengger diantara pilar pilar kastil, seakan ikut menyaksikan upacara kematian si gadis.
Masyarakat sekitar sudah tak asing dengan jeritan jeritan itu, bagi mereka pesugihan adalah hal yang biasa dilakukan di daerah Golden Hill, itulah mengapa setiap kali polisi melakukan investigasi, para keturunan bangsawan ini memberikan uang dengan jumlah yang besar sebagai perintah agar kasus setiap kematian dilenyapkan dari penyidikan Hukum.
Bukankah uang berkuasa di atas segala galanya?
Teruntuk kalian para gadis muda yang masih suci, datang dan cintai aku...
akan kuberikan semua yang kalian inginkan,harta, uang dan ketenaran.
Namun, menjelang tiga purnama, kalian harus membayarnya dengan setiap tetesan darah yang kalian punya.
Bukankah di dunia ini tak ada yang gratis?o
Hahahahah
"Mari bersulang untuk keberhasilan ini !"
kelima sosok itu meneguk gelas gelas berisi anggur ditengah gelapnya malam.
_________________________
"Golden Hill,"terang ku kepada sopir trevel itu ketika ia menanyakan tujuan perjalananku.
Aku menatap rumah kecil yang telah membesarkanku selama ini,kulayangkan pandangan ke arah jendela kaca di sudut sana ,kamar tidurku.Aku akan merindukannya,terlebih saat musim hujan. Semakin lama bayangan rumah itu terlihat semakin mengecil,memudar.Namun entah mengapa, netraku semakin ingin menatapnya lebih lama lagi.
Lambaian tangan di teras itu perlahan mulai menghilang tertutup pepohonan yang mulai menghalangi pandanganku. Ya.mobil ini akan membawaku jauh sekali,menjemput takdir,menanam asa di kehidupan yang baru. Ku usap netra yang mulai basah,entah sejak kapan kristal bening itu telah menetes,bisa jadi sejak semalam.
Aku melempar pandang ke luar kaca,menatap langit,tampaknya sang surya enggan menampakkan diri,awan hitam masih menggelayut manja di atas sana,aku menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan,menguasai hatiku yang penuh gejolak.
"Baru pertama kali merantau,mba...?Pertanyaan kedua dari si sopir sontak membuyarkan lamunanku.
"Iya...."Sahutku pelan, kuusap kaca mobil yang mulai berembun,hawa dingin mulai terasa menusuk kulit.
Semakin jauh perjalananku,cuaca semakin tidak menentu,angin mulai berhembus menerbangkan dedaunan disana sini,tidak lama berselang,kristal kristal bening itu mulai jatuh membasahi kaca mobil di sisi kiriku,kusentuh bintik itu,pecah dan hilang terbawa angin.
Namaku Alecia Hana,Aku anak tertua,kedua adik ku masih menempuh pendidikan di bangku SMA,sedang aku baru saja menyelesaikan pendidikan tahun lalu. Pagi sabtu, menjadi sabtu kelabu bagiku,meski tekat bulat hendak merubah nasib ke luar desa,namun kaki ini seakan terpaku di kampung halaman.Bayangan saat aku,Ibu dan kedua adikku menikmati makan siang di kebun strowberry menari nari di pikiranku,namun di sisi hati ku yang lain,bayangan Ayah yang tengah berjuang antara hidup dan mati karena kanker paru paru yang di deritanya seakan memaki dengan keras.
Benar kata orang,Jalan hidup,cinta dan kematian adalah rahasia Tuhan,sengaja Tuhan merahasiakan skenario terbaik bagi setiap pemilik kisah,agar senyummu tetap indah meski hati mu berdarah darah,agar bahumu setegar karang meski patah berkali kali,agar manusia mampu menerima kematian dengan damai,cinta yang wajar dan nafsu yang tidak melampaui batas.
Aku mengatup erat bibirku,ku biarkan asa merasuk di hati,kubiarkan hatiku berperang melawan keraguan,aku merasa seperti tengah berjalan di pinggir jurang,dimana satu sisi nya menertawaiku dan satu sisi lagi tengah menyemangatiku.
"Yah...Ujan nya deres mba,ngopi enak kali ya !"ujar si sopir.
Tampaknya ia belum menyerah untuk mengajakku berkomunikasi.
"Iya...."Balasku pendek.
sekilas kutatap sopir yang tengah asyik mendengarkan lagu lagu romantis yang ia putar, kemudian kembali pandanganku menyapu jalanan,pepohonan tinggi khas hutan hujan tetap setia menemani perjalananku,sedang hujanpun tak kunjung reda,samar samar dikejauhan kulihat sebuah plang,
WELCOME TO GOLDEN FOREST
'Ahh, entah dimana ujung nya hutan ini.'Bisikku dalam hati.
Netraku kembali menatap liar ke arah luar, sepi. tak ku jumpai seorangpun,hanya semak dan beberapa kembang liar yang tumbuh menjalar dipinggir jalan.
Kupejamkan netra yang mulai terbawa kantuk,entah mengapa derasnya hujan selalu membawa sepi bagiku,lubang di dasar hati ini belum pernah diisi oleh siapapun,ada hasrat ingin mencari namun ku berharap takdir yang mempertemukan.
🎶🎶Never mind i find,someone like you...
I wish nothing but the best... for you,too.
Dont forget me,
I back,
I remember you said...🎶🎶
"Mba,hp nya bunyi tuh...."Si sopir melongok ke arahku yang hampir saja terlelap.
"Ahh...,"ucapku seraya mengucek mata berkali kali,kurogoh tas kecil di sampingku,tak lama kemudian kuraih benda yang sedari tadi berdering tanpa henti,ku tatap layar itu,ada tiga panggilan tak terjawab disana,dan beberapa pesan whatsapp,segera ku balas pesan pesan yang itu dan meletakkan hp itu kembali di tas.
"Golde Hill masih jauh,Pak ?"Tanyaku sembari menatap sopir yang tengah asyik mengunyah cemilan.
"Lumayan mba...mungkin kita akan kemalaman di jalan,"sahut si sopir yang kemudian memacu kencang kendaraannya.
Kulirik jam tanganku tepat pukul 18:00,cuaca semakin dingin dan gelap,mataku hampir tak lagi bisa menatap ke luar kaca,hanya kilatan petir menjadi penerang jalan.
BRUUUUKKKK !!!
"Sial !!"Gerutu si sopir saat mendapati sesuatu menambrak kaca depan,segera ia menepikan mobil dan memeriksa,tampak retak kecil pada bagian itu.
Kembali ia melayangkan pandang kesekitar mobil,kemudian membuka pintu mobil dengan terburu buru,terlihat beberapa kali ia mengusap wajahnya yang basah.
Tak lama kemudian pandangannya tertuju ke arahku,berapa detik tatapan kami beradu,aku terdiam penuh penasaran tapi sopir yang ku kira hendak mengatakan sesuatu,justru kembali menatap jalan,menstarter mobil dan melaju dengan kencang.
"Pak...tadi, Mobilnya kenapa ya?" Selidik ku pada si sopir yang terlihat tegang.
"Di tabrak burung gagak mba,retak tuh kaca,sial !!"Sahut si sopir ketus.
Aku memilih diam sembari melempar pandang ke luar kaca,satu kilatan petir tepat di atas bangunan besar,seperti kastil tua,dua pilar tampak berdiri kokoh menentang kegelapan. Di sudut sana,di antara pilar pilar megah itu,di antara lentera yang menyala,untuk pertama kali nya aku melihat sesuatu,seperti beberapa orang dengan jubah hitam,berdiri,menatap ke arah mobil yang melaju.
"Apa itu pak?"Tanya ku tiba tiba pada si sopir.
si sopir tidak menjawab,melainkan semakin mempercepat kendaraannya. kali ini aku bisa mendengar detak jantungku berdegup dengan kencang,entah mengapa aku merasa di awasi sepasang netra dari balik jubah itu.Ah jadi merinding.
Di kejauhan, tampak nyala lampu bersinar terang di bawah guyuran hujan,si sopir memperlambat mobil nya dan menepi. Aku menarik nafas lega,sebuah kedai. Aku pun turun mengikuti langkah si sopir,sedikit terburu buru ,namun jujur hati ku lega tatkala melihat kerumunan orang yang tengah menikmati kopi hangat di depan sana.
"Pernah dengar mitos nya para pemuja emas?"Tanya sopir itu sambil meneguk segelas kopi panas di hadapannya.
Aku menggeleng.
"Ahh gimana sih,mba...ke Golden Hill kok gak tau kisahnya."Ucap si sopir sembari meneguk kembali kopinya.
"Memangnya kenapa,pak ?"Tanyaku penasaran.
"Maaf ya... Mba masih perawan?" Tanya si sopir setengah berbisik.
"Dasar mesum !"ucap ku ketus.
"Lah bukan begitu,mba....Mitosnya, para pemuja emas menumbalkan gadis gadis yang masih "virgin" !"Si sopir berkata pelan tepat di depan wajahku.
"Ah si bapak !"
Aku mendorong wajahnya yang terlihat lebih menyeramkan dibanding ceritanya.