Sang surya tampak mengintip dari balik gumpalan awan hitam di atas sana,hembusan angin membelai kulit dan menerbangkan rambut panjangku.
Netraku menatap dikejauhan dengan binar nan indah,sebuah rangkaian bunga bewarna putih di sana sini, semerbak wangi terbawa angin seolah menemani setiap langkahku,ku tundukkan wajah tatkala setiap netra menatap ke arahku.
Di depan sana dia berdiri membelakangiku... namun aku bisa melihat tubuhnya yang gagah dalam balutan jas hitam,rapi dan mempesona.
Ku langkahkan kaki semakin cepat,setengah berlari aku ke arahnya dan berdiri tepat di belakangnya,ia segera membalikkan badan,menatapku tanpa berkedip,perlahan jemarinya membuka sebuah kotak berbentuk hati,
"Ah sebuah cincin..."
Kilau keemasan terpancar dari sepasang cincin indah itu,sesaat pandangan kami beradu,
"Pengantinku.... Aku telah menunggu saat saat seperti ini,Akulah pemilik kekosongan hatimu,"bisik Pria itu dengan lembut,hembusan nafasnya tepat menyapu leherku.
"Alan...," ucapku menyentuh wajahnya perlahan.
Pria didepan ku mengangguk,meraih tanganku dan menyematkan cicin indah itu di jariku.
Ku tatap pria di depanku tanpa kedip,ahh, aku benar benar tak menyangka bahwa kami akan menikah secepat ini, ku lingkarkan kedua tangan ku pada pinggangnya,pandangan kami beradu dekat sekali,hanya berjarak beberapa senti saja, perlahan ia menggerakkan jarinya membelai rambutku,menyentuh bibirku.
"Alecia... Cinta akan menipu mu! cinta akan membodohimu dan akan menghancurkanmu !"
Dengan tiba tiba sosok di depanku menyeringai,kedua bola mata nan indah kini bewarna kemerahan,jemari yang tadi menyentuh bibirku dengan lembut berubah menjadi kuku kuku runcing.
Dengan nafas memburu, ku tarik undur langkahku,ku tatap seksama sosok Alan Antonio Golden yang kini berubah menjadi pria asing dalam balutan jubah hitam.Ia melangkah kearahku,aku semakin kehilangan kendali,aku berlari sekuat tenaga menysuri pepohonan yang menjulang tinggi, beberapa ranting pohon berhasil merobek gaun pengantinku.
"Alan..."
"Alan..."
"Alaaaaaannn..." teriakku menggema di seluruh hutan.
PLAKKK
Pipiku terasa nanar,kubuka netra perlahan ,kulayangkan pandangan ke seluruh ruangan,netraku menangkap sosok gadis yang tengah mengoyang goyang tubuhku.
"Hana...! Hana...
Sadarlah ! kamu kenapa ?"
Sayup sayup aku mendengar seruan seorang gadis,aku mengucek netra berkali kali dan memandang jelas gadis di depanku.
"sevia...
Ah,kini aku baru sadar bahwa posisi tubuhku sudah berada di bawah ranjang, aku bermimpi buruk untuk pertama kali nya di rumah ini.
Sevia menuntunku duduk di ranjangnya,menuangkan segelas minuman untukku,setelah kondisiku sedikit tenang, ia menatap dan menggenggam jemariku.
"Kamu mimpi apa?
Maaf ya tadi aku tampar kamu,soalnya kamu nyakar nyakar aku sih," terangnya sambil memperlihatkan tangannya yang di penuhi guratan guratan merah.
Aku menatapnya lagi.
"Mimpiku serem banget," ujarku lirih.
Sevia menatapku santai,kemudian mengajakku berbaring bersama.
"Semua pelayan baru disini pernah bermimpi buruk,"bisiknya memulai obrolan malam kami.
Ku miringkan badanku ke arahnya.
"Entah kamu mau percaya apa enggak... tapi rumah ini sedikit aneh... termasuk kastel tua di ujung sana,"ucapnya meneruskan cerita.
"Emang kenapa sama kastel itu?" Tanyaku pelan.
"Setiap Tiga purnama, para pelayan selalu mendengar jeritan dari kastel itu,seperti suara wanita yang tengah sekarat,"Lanjut sevia lagi.
"Ah.... "Aku mengusap tangan ku berkali kali,hawa dingin dan rasa takut mulai menyeruak di dalam hatiku.
"Konon kata para pelayan,Tuan rumah ini melakukan ritual sesat,Mereka melakukan ritual tiga purnama untuk tetap kaya, aku gak tau pasti tapi... Lily cerita, kalo dia pernah mengintip ritual itu."Sevia berkata semakin lirih bahkan hampir tak terdengar.
Meski dalam galap malam,aku bisa melihat rasa khawatir dari matanya,detak jantungnya terdengar berdegum kencang, terlebih aku yang mendengarkan ceritanya.
Malam ini akan menjadi malam yang panjang,kulirik jam berkali kali tapi entah mengapa rasa kantuk tak juga datang, cuaca dingin dan gemuruh hujan di luar sana seakan tidak mampu melelapkan netra,kulirik sekilas ke arah sevia,ternyata ia telah terlelap.
Aku melangkah menuju ranjang tidur,ku baringkan tubuh ke arah jendela tanpa tirai itu, kilatan petir di sana sini,mencetak jelas pilar kastel di ujung sana, cahaya keemasannya seakan mengalahkan gelapnya malam.
"Golden castle." Bisikku pelan.
Kau tahu Sevia,orang yang tengah jatuh cinta sering membenarkan apa saja yang ia rasa, guna meyakinkan hatinya bahwa perasaannya tak pernah salah. meski nurani menjerit mengingatkan namun cinta selalu berhasil menutupinya.
wanita ialah makhluk yang rentan mengalaminya,sehingga ia menentang banyak hal demi cinta yang diyakini nya akan membawa bahagia.
walau demikian, aku tetap ingin jatuh cinta, merasa di cintai seutuhnya,bukankah kisah kisah cinta sejati masih sering terdengar,cinderella cinderella modern yang berhasil menemukan sang pangeran, menikah lalu hidup bahagia.Aku akan menjadi salah satunya.
Malam ini aku bermimpi buruk, tapi tak mengapa, mungkin rasa lelah membuatku berhalusinasi,tapi bukan bearti aku anggap sevia berkata bohong,akan lebih baik aku memastikan sendiri apa yang sebenarnya terjadi.
Dunia ini memang penuh misteri,setiap tatapan memiliki artinya sendiri,tidak semua pelukan hangat bearti cinta, tidak setiap tatapan tajam bearti kebencian, biarkan saja hidup mengalir seadanya, yang penting niat mu baik, hatimu tulus, bukankah Tuhan bersama orang orang yang baik?
_________________________
"Alecia Hana..."
Nyonya elizabeth melenggang ke arahku, aku menundukkan kepala mengikuti apa yang dilakukan keempat pelayan di sampingku.
"Bagaimana malam pertamamu ?" Tanya wanita itu tersenyum.
Aku balas tersenyum.
Ah, ingin aku menyahut bahwa semalam aku baru saja menikahi putranya dan menjadi nyonya baru di keluarga Golden.
"Lucu perasaan macam apa ini,mungkin sikapku yang kampungan akan memporak porandakan silsilah keluarga ini,heheheh." Aku menyeringai dalam hati.
"Sebuah keranjang kecil,
Aku mau kau memetik kembang di Golden castle,Pak Heri akan mengantarmu !" perintahnya sembari melempar keranjang kecil ke arahku dan Hufff...
Sebuah gerakan cepat berhasil membuat keranjang itu bertengger di tanganku.
Aku tersenyum penuh kemenangan,sedang wanita itu melenggang meninggalkan ruangan.
"Gimana malam pertamanya semalam?"Tanya May menirukan pertanyaan nyonya rumah itu.
"Umm...
Tepatnya aku hampir tewas!"sahutku seraya melangkah meninggalkan ruangan, klakson mobil di depan sana berbunyi tanpa henti.
Keempat pelayan itu menatap kepergianku,May yang sedari tadi tampak penasaran menghampiri Sevia.
"Apa dia bermimpi buruk semalam?" Tanya May pelan.
Tanpa menjawab, Sevia memperlihatkan lengannya yang di penuhi guratan merah.
"Lebih parah, Dia mencakarku !" ucap Sevia kemudian.
Tidak lama setelah itu para pelayan memulai pekerjaan mereka, sedang may sedari tadi menempel pada Sevia,entah apa yang hendak ia cari tahu,hanya saja keberadaan pelayan baru selalu membawa cerita tersendiri bagi mereka.
"Coba Aku lihat,"ucap May seraya menarik lengan sevia.
"Aw... pelan pelan kenapa sih !" sahut sevia.
May memperhatikan guratan di lengan sevia, menatap sevia lagi, kemudian menarik nafas dalam dalam.
"Ini bukan cakaran Hana !" ucapnya tiba tiba.
"Apaan? aku liat sendiri kok semalam dia yang nyakar!" sahut sevia kemudian.
"Sevia...
aku rasa kamu dalam bahaya !" ucap May sembari memegang bahu sevia.
"Ahh apa apaan sih,may! cuma cakaran kecil kok," sahut Sevia ketus.
"Itu bukan kuku Hana... "Ucap May lagi.
"Loh...emang kamu tahu darimana?" Tanya sevia penasaran.
May terdiam,kemudian melangkah pergi,tadi nya ia hendak mengatakan sesuatu tapi lidahnya seakan tercekat tatkala memandang jendela di atas sana, sepasang mata tampak mengawasi setiap gerak gerik mereka.
Melihat keanehan sikap May, Sevia mengejarnya, setengah berlari... memanggil manggil May yang semakin menjauh.
"Ah, may kenapa sih?"Gumam sevia sembari melangkah menuju kamarnya.
Baru saja hendak membuka pintu kamar, pandangan sevia tertuju pada selembar kertas yang dilipat kecil,tepatnya di bawah pintu kamarnya, Ia menoleh ke kanan dan ke kiri, ia meraih kertas itu perlahan setelah memastikan bahwa tak ada yang tengah mengawasinya, ia menggenggam erat kertas itu dan menutup pintu.
""""""""""""" Dear Sevia,
Dengan hati yang tengah di mabuk cinta, aku memberanikan diri menulis surat ini,kepolosanmu seakan menjadi candu bagiku,kamu adalah gadis yang baik,aku menyukai semua yang ada padamu.
Aku memberanikan diri membangun mimpi bersama mu,agar hati mu dan hatiku terpaut,lebih dekat dan selalu dekat.
Sevia...
Aku berharap kamu bersedia menerima kencan pada sabtu malam bersamaku.
Your secret lover""""""""""
Alan Golden.
Degg !
Surat macam apa ini pikir sevia,Jadi benarkah sang pewaris diam diam jatuh cinta pada budaknya?
Bukankah setiap bulan ia membawa wanita ke rumah ini.
Dasar playboy !
Sevia kemudian melipat surat itu dan menyembunyikan nya di bawah batal miliknya.
________________________