Chereads / Ritual Tiga Purnama / Chapter 6 - Rahasia Di Antara Kita 1

Chapter 6 - Rahasia Di Antara Kita 1

"Kamu punya obat batuk gak?"Tanyaku pada Sevia yang tengah menyisir rambut pendeknya.

Gadis itu menatapku sebentar lalu menggeleng perlahan.

"Obat batuk gak punya,tapi kalo aku bikinin perasan jeruk nipis, kamu mau minumnya?"Tanya gadis itu kemudian.

Aku hanya mengangguk sembari terbatuk batuk, kepala ku terasa amat berat disertai bersin terus menerus.

Kubaringkan kepalaku dengan posisi agak tinggi,semakin lama nafasku mulai terasa sesak, aku bisa memastikan bahwa ini gejala penyakit tiga bersaudara, flu, batuk dan meriang.

Ah, rasanya persis seperti habis kehujanan.

Tak lama, Sevia muncul membawa gelas berisi perasan jeruk nipis.

"Minum ya," ucapnya pelan sembari meletakkan gelas itu di samping jendela kaca di sudut ranjangku.

"Thanks ya," balasku seraya meneguk gelas berisi perasan jeruk nipis itu.

"Kamu mau kemana?"tanya ku lagi tatkala melihat sevia yang tengah memoles bibirnya dengan lipstik merah muda dan beberapa sapuan blush on menerpa pipi tirusnya.

"Ada janji sama temen," balasnya singkat.

Aku mengatup erat bibirku, kuperhatikan gerak gerik gadis itu, jelas jelas ia bukan ada janji dengan teman dekat melainkan dengan teman spesial di sabtu malam.

Ah, sabtu malam. Lagi lagi hatiku teriris mengingatnya.Entah sampai kapan sabtu malamku hanya di temani oleh bantal guling.Seharusnya di usia seperti ku para remaja tengah disibukkan dengan agenda kencan buta atau kisah cinta segitiga yang penuh drama Atau mungkin kisah cinta monyet seperti yang di katakan remaja kebanyakan.

Aku tak habis pikir kenapa primata berbulu itu dilibatkan dalam urusan cinta para remaja bau kencur, dan bahkan kini aku melibatkan kencur di dalamnya, entah apa salahnya tanaman herbal itu.

Dan mengenai sabtu malam, stop membahasnya! Atau kalian akan tau akibatnya.

Selepas kepergian Sevia,kubaringkan tubuhku menghadap jendela tanpa tirai di sudut sana,Benarkah aku berhalusinasi? Atau mungkin sebenarnya aku baru saja melewati portal pembatas antara dua dunia?

Ah. Kepala ku kembali berdenyut denyut. Ribuan pertanyaan seketika memenuhi otakku.

Kuraba betisku berulang ulang,namun sayangnya tak ada satupun luka gores yang tertinggal. Jika ada, mungkin aku akan menjadikannya bukti untuk meyakinkan diri ku sendiri bahwa aku sebenarnya tidak sedang berhalusinasi.

"Haruskah aku pergi ke psikiater?"Pertanyaan itu sontak memenuhi pikiranku.

Disaat hati dan pikiranku tengah dilanda badai kecemasan, sebuah ketukan terdengar berulang ulang,aku mengernyitkan dahi lagi.

"Apakah Sevia membatalkan kencannya?" Gumamku sembari beranjak membukakan pintu.

"Aku WA kok gak di bales sih? Kebelet nih," ucap gadis bertubuh kecil itu sambil menerobos masuk tanpa permisi.

Aku berdiri mematung di depan pintu, mataku masih menatap May, meski kini tubuhnya telah hilang di balik pintu toilet.

Tak lama, May muncul sembari merapikan celananya.

"Ah, lega...." Ucapnya setengah menyeringai.

Aku bergidik tatkala melihat deretan giginya yang di penuhi kawat gigi, entah apa gunanya, hanya saja warnanya terlihat begitu menjijikkan dimataku.

"Kok gak jalan jalan, ini kan malam minggu? Pasti jomblo ya...?"

Belum beberapa menit keluar dari toilet, kini ia telah menodongku dengan puluhan pertanyaan yang membuat kepalaku semakin berdenyut denyut.

Aku menarik nafas panjang dan menjatuhkan diri di ranjang.

Sepi sesaat, ku lirik sekilas gadis bertubuh mungil itu, ternyata ia tengah di sibukkan dengan gawai kesayangannya,beberapa kali tawanya pecah dalam gulungan selimut milik sevia.

"May...," panggilku.

Tak lama, kepala gadis itu menyembul dari balik selimut.

"Kenapa ?"Ucapnya dengan mata berkedip kedip.

"Kamu tau mengenai kastil di ujung sana?" Tanyaku lagi.

Dan tak kusangka, satu pertanyaan singkat dariku sontak membuatnya meloncat meninggalkan ranjang Sevia.

"Kastel emas itu kan?" Balasnya,bahkan kini ia telah berbaring di sampingku.

Aku mengangguk pelan.

"Kamu pernah dengar gak kalo Tuan rumah ini memuja setan agar tetap kaya?" Tanyanya setengah berbisik.

Aku menggeleng.

"Ah... Hana, Pak Heri kan Om kamu, masa iya gak cerita soal gosip sesensitive ini!"ucap gadis itu sembari menggigit gigit kukunya.

"Oh iya...

Coba liat kukumu?" Tanyanya lagi sembari menarik tanganku dengan tiba tiba.

Dia memperhatikan sejenak kedua tanganku, meraba setiap ujung jariku.

"Tuh kan, aku bilang juga apa! Sevia gak percaya sih..."

Dan kini May malah duduk bersila di sampingku, sontak aku pun mengikutinya.

"Emang kenapa?" Tanyaku penasaran.

"Dia bilang, kalo guratan yang ada di tangannya itu bekas cakaran kuku kamu... jelas jelas kukumu pendek!" terang May padaku.

"Aku juga gak ngerti May... apa mungkin malam itu,aku gak lagi mimpi tapi sebenarnya lagi kesurupan? Akhir akhir ini aku sering berhalusinasi...," jelasku sembari menatap matanya.

Dan tak lama kemudian aku kembali bersin bersin tepat di depan wajahnya.

"iiihh Hana... virus loh!" May mendengus kesal dengan hidung tertutup selimut.

"Halusinasi seperti apa?" Tanya May berbisik.

"Waktu aku metik kembang kemarin pagi... Aku tuh ngalamin semacam kejadian aneh di kastil itu... aku ketemu sama sosok berjubah hitam, dingin dan pokoknya serem deh..." Aku menghentikan ceritaku kemudian menarik napas dalam dalam.

Belum sempat aku melanjutkan cerita, May langsung menyibak rambut yang menutupi leherku, setelah memeriksa leherku dengan teliti, May menatapku lega.

"Untung kamu gak di apa apain," bisiknya.

"Memangnya siapa mereka?" aku balik bertanya.

"Gini ya ceritanya... dulu,nenekku penduduk asli sini.sebelum meninggal beberapa tahun lalu,Nenek pernah bercerita tentang seorang bangsawan yang kaya raya di daerah ini, kata beliau, bangsawan itu membangun sebuah kastil di balik bukit,mereka menamainya kastil emas, karena dua puncak kastil itu terbuat dari 100% emas murni....

Kebayangkan gimana kalo emasnya kita jual?"

Ah, pertanyaan May justru membuatku menggigit bibir, bagaimana mungkin sebuah kisah mistis berujung pada jual beli emas. Ada ada saja!

Melihat ekspresiku yang kecewa,May menyeringai dan lagi lagi deretan kawat giginya justru menakutiku.

"Kita lanjutin,ok ? aku serius nih...

Ehm...hm...!

Jadi... tepat pada tiga purnama sekali, bangsawan ini menumbalkan gadis yang masih pe.. ra..wan...! untuk junjungannya! Si penguasa emas. Konon katanya, Emas di seluruh dunia ini dikuasai oleh makhluk ini... dan makhluk ini meminum darah gadis yang masih perawan, agar kekuatannya tetap terjaga.

Nah... sebagai hadiahnya, sepanjang hidupnya,Bangsawan ini akan tetap muda dan bergelimang harta dan setiap jumlah dari hartanya tidak akan pernah berkurang meski sesenti pun.. tapi, apabila bangsawan ini gagal memberikan tumbal,maka nyawanya akan diambil sebagai gantinya."

"Ah... kita berenti kerja aja yuk?" Sebuah ide briliant sontak terlontar dari bibirku.

"Ya gak mungkinlah...apa kamu lupa perjanjian kerja disini? Kontrak satu tahun dan denda 100 juta bagi yang membatalkan secara sepihak! Gila kan... duit segitu dari mana....!" sahut May sembari mendengus kesal.

"Kontrak? Kok aku gak pernah tau?" Tanya ku heran.

"Bearti... Paman Heri merahasikan itu dari kamu," bisik May lagi.

Aku mengusap wajahku dengan kasar,bagaimana mungkin masalah ini jadi serumit sekarang,atau jangan jangan Sevia,May,aku dan teman teman lainnya adalah calon calon tumbal?

Ya Tuhan... aku bahkan belum menerima gaji pertamaku.

"Kok bengong?" Tanya May sontak membuyarkan lamunanku.

"May... kalo kamu udah dengar Tuan rumah ini bermasalah, kenapa kamu tetap nekat kerja disini?" Tanyaku tiba tiba.

"Simple sih... Aku gak percaya cerita nenek!" jawab May pelan, jelas kini sorot matanya menampilkan rasa penyesalan yang mendalam.

"Kok bisa sih..." Tanyaku lagi.

"Ya jelas bisalah,Hana...

Waktu itu nenekku berumur di atas 100 tahun, siapa yang percaya cerita dari orang yang sudah pikun!" terang May lagi.

Aku terdiam sejenak,benar saja... bukankah dulu sopir itu juga telah mengingatkanku, tapi aku malah menyepelekan ceritanya.

Justru kini aku harus menghadapi berbagai kisah Aneh atas setiap kekeliruanku.

Semoga saja ini hanya sekedar kisah.