Chereads / Ritual Tiga Purnama / Chapter 7 - Rahasia Di Antara Kita2

Chapter 7 - Rahasia Di Antara Kita2

Kulirik arloji berkali kali, tepat pukul 21:00,namun sevia tak kunjung pulang, begitu juga dengan May yang terlihat mondar mandir di depan jendela tak bertirai itu.

"Aku tidur disini ya?"Pinta May seketika membuatku tertegun.

"Bagaimana kalo Tuan rumah ini tau?Tanyaku kemudian.

"Tuan rumah ini lagi pada Hang out! Pasti pulangnya subuh," sahut May meyakinkanku.

"Hm... yaudah," balasku singkat.

Sepi sejenak,Aku dan May tengah disibukkan dengan pikiran masing masing.

May yang semula hanya mondar mandir di depan jendela, kini justru berdiri disana,menatap kejauhan dan sesekali memukul mukul betisnya. Kurasa para serangga penghisap darah itu mulai mencicipi darah sucinya.

"Iiihh nyamuk banyak banget sih,Han?" Gerutunya lagi dan lagi.

Aku hanya tersenyum menatap ekspresinya yang aneh.

Bagiku dari sebanyak pelayan di rumah ini,hanya May lah yang paling ceria di antara kami,ceplas ceplos dan tidak menyimpan rahasia apapun dari teman temannya.

Kulirik gawaiku sekilas, tepat pukul 22:30, sudah cukup larut namun Sevia belum juga pulang.

Akhirnya setelah beberapa kali beradu pendapat dengan May, Aku memberanikan diri menelepon Sevia. Detik demi detik berlalu,akhirnya Sevia mengangkat teleponku.

"Halo Han... Ada apa?" Tanyanya sayup sayup dari seberang sana.

"Kamu pulang jam berapa?"Aku balik bertanya.

"Bentar lagi nyampe kok... aku bawain snack nih buat kita nyemil malam ini, ditunggu ya... dahh."

Usai berujar demikian telepon langsung terputus, May yang semula hanya menatap pembicaraan kami,kini mendekat ke arahku.

"Ngomong apa si Sevia?" Sahut May sembari melipat tangan di dada.

"Bentar lagi sampai..."Sahutku pendek.

"Cuma segitu aja? Gak mikir apa kita lagi khawatir sama dia,kalau terjadi sesuatu yang buruk gimana, dasar bocah! Keluar malam kok sampai selarut ini !"

May mengerutu sambari memukul mukul batal.Aku yang melihatnya hanya bisa menggeleng. Kini aku merasa,aku bukan satu satunya orang gila dirumah ini, justru May lebih gila dariku.Dan Sevia... si lugu yang mulai belajar liar.

"Kertas apa nih." May berujar tiba tiba sembari meraih lipatan kertas dari balik bantal Sevia.

Aku pun melangkah kearah May,entah mengapa kertas itu begitu menarik perhatianku.

"Punya Sevia?"Tanya May penasaran.

Aku menggeleng pelan.

Tanpa menunggu lama,May membuka lipatan demi lipatan kertas itu dan seketika ia tertegun.

"Apa isinya?"Tanyaku seraya meraih kertas itu.

"Baca sendiri."Sahut May pendek sembari menghempaskan diri di ranjang milik Sevia.

Perlahan kubaca baris demi baris kalimat dalam surat itu, Deg ! seketika hatiku terasa perih,tak kusangka pria yang kupikir menyimpan rasa padaku justru tertarik dengan teman sekamarku,Sevia.

"Sevia beruntung ya...."Ucapku lirih sembari ikut terhempas di samping May.

May menarik nafas dalam dalam dan memegang bahuku, sesaat mataku dan matanya beradu.

"Sevia dalam bahaya,Hana!" ucapnya sembari mengusap wajahnya dengan kasar.

Aku bisa melihat beberapa tetes keringat mengalir dari dahinya.

"Memangnya kenapa?"Tanyaku butuh penjelasan.

"Tunggu sebentar...," Jawab May seraya berlari meninggalkanku sendirian di dalam kamar yang kini justru seperti penjara bagiku.

Tak lama berselang, sebuah langkah kaki berhenti tepat di depan pintu kamar, Ternyata May telah berdiri disana, menutup pintu dan menguncinya dengan rapat.

"Coba deh kamu baca!" ucap May seraya menyuguhkan beberapa kertas ke arahku.

Kuraih selembar demi selembar kertas yang diberikan May,kubuka perlahan,kubaca dan kuteliti baris demi baris kalimat yang tertera disana.

"Astaga!"Seketika rasa ngeri menyelinap di dalam hatiku, bagaimana tidak, tiga lembar kertas yang disodorkan May semuanya berisi kata kata yang sama persis, hanya saja surat surat itu dikirim pada tiga orang yang berbeda.bahkan salah satunya baru saja menghilang beberap bulan yang lalu.Lily namanya.

"Diva,Adinda dan lily, ketiganya adalah pelayan senior disini dan salah satunya baru saja menghilang beberapa bulan yang lalu... Lily namanya." Terang May setengah berbisik.

Aku menarik nafas panjang, kini aku mengerti siapa predator di rumah ini, Sang pewaris.Alan Antonio Golden. Dasar kau pria menjijikan! Gerutuku dalam hati.

"See...?" May berujar sembari mengangkat kedua tangannya.

Aku mengangguk perlahan.

"Darimana kamu dapatkan surat surat ini,May?"Tanyaku dengan hati gelisah.

"Satu diantaranya kutemukan disaku celana, dua diantaranya kutemukan di dalam lemari dan kini satu diantaranya kutemukan di bawah bantal ! Dan aku gak ngerti kenapa rahasia sebesar ini justru mereka gak mau membaginya dengan teman sekamar mereka... "

May tampak shock,begitupun denganku.

"What should we do?" bisikku perlahan.

"Dont hide Anything...ok?" May berujar sembari menatap mataku.

"Kita pasti bisa keluar dari rumah ini..." lanjutnya dengan tatapan penuh harap.

Aku mengatup erat bibirku.

"Kamu takut?" Bisik May tepat di depan wajahku.

Aku menggeleng.

"Aku pernah melewati lebih dari ini...kali ini akupun pasti bisa!"

Sesaat kami tenggelam dalam pelukan.

Rasa sayang sebagai sesama teman dalam perantauan seketika membara di dalam hati,meski bukan saudara sedarah dan sedaging, namun kepada siapa lagi kita harus berbagi kecuali kepada sesama teman yang mengerti dan merasakan hal yang sama.

Aku Alecia Hana, menentang segala bentuk ketidakadilan yang terjadi di rumah ini.

Tok tok tok...

Ketukan berulang kali sontak menghapus kesedihan dihati kami, Aku beranjak membukakan pintu.

"Taaadddaaa..."

Senyum sumrigah terpancar dari wajah gadis lugu di depan pintu itu,tapi aku justru merasa iba padanya.Bagaimana mungkin gadis sepolos Sevia akan mengalami nasib tragis seperti yang dialami pelayan lainnya.

Sevia meraih tanganku, mengajakku duduk di tepi ranjang miliknya, sedang dari ranjang sebelah,justru May menatap kami dengan tatapan sinis. Jelas aku mengerti apa yang ada di dalam hatinya, namun sebuah tindakan yang terburu buru justru semakin memperkeruh keadaan.

"May... sini sih, aku bawa cemilan nih, kita nyemil bareng yuk...." Sevia berujar sembari mengeluarkan beberapa kotak burger dan shilin.

"Kamu suka jajanan thailand kan? Ini aku bawain shilin...." Lanjut Sevia tanpa merasa curiga dengan ekspresi May yang terlihat Aneh.

"kamu pergi kencan sama siapa?" May berkata to the point, hingga membuatku beberapa kali mengerjab ke arahnya agar dia bisa mengontrol emosi.

"iih... May kepo deh !"

Sevia justru berujar santai sembari tertawa renyah.

Melihat ekspresi Sevia, May mulai tersulut emosi.Perlahan ia melangkah mendekati kami berdua dan berdiri tepat di depan Sevia.

"Kalung barumu bagus... !" May berujar sembari menyentuh kalung emas berliontin G milik sevia.

"Jangan dipegang sih,May... ini kalung spesial dan harganya mahal..." Sevia berujar sembari menepis tangan May.

Kejadian itu sontak membuatku shock, bagaimana mungkin seuntai kalung emas justru menjadi perpecahan diantara dua sahabat.

"Sombong banget sih ! Lambang G untuk Golden kan? Aku gak habis pikir ya seuntai kalung bisa membuat mu lupa diri !" May meluapkan emosinya dengan setengah berteriak.

Melihat tindakan May yang mulai tersulut emosi, Sevia justru semakin memamerkan statusnya yang kini telah menjadi kekasih Alan.

"Benar ! G adalah Golden, kalung ini pemberian Alan Antonio Golden.pacarku ! kenapa? Kamu iri kan?"Sevia berujar sembari berkacak pinggang di depan May.

"Dasar cewek bego! Kamu gak tau siapa pria yang tengah kamu kencani itu?" May berujar sembari membanting beberapa kotak burger yang tengah kupegang.

"May! Sevia !

Please... stop !"ucapku lantang diantara keduanya.

Sevia memilih duduk dan membuang muka sedang May yang tengah kebakaran jenggot, justru memilih pergi dan membanting pintu dengan keras.

Melihat semua yang terjadi malam ini,aku bisa menyimpulkan bahwa semua kejadian yang terjadi di rumah ini justru terjadi karena ketidakjujuran antar sesama teman. Memang teman bukan sang pahlawan yang bisa menyelesaikan setiap masalahmu tapi dengan membagi rasa dengan sesama teman justru akan menguatkan hatimu meski harapan seakan jauh dari genggaman.

Aku akan mengulang kalimat ini sekali lagi...

Tetap berpegang teguhlah pada kebaikan sekalipun harta menyilaukan mata mu, sekalipun cinta meremukkan hatimu. Namun tetap! Tempat terbaik untuk kembali ialah pakda Tuhan.