Chereads / Aku Punya Lima Papa / Chapter 14 - Tanpa Judul

Chapter 14 - Tanpa Judul

Mu Shen yang ada di sampingnya, "..."

Dia tidak menyangka bahwa kaki kecil Ruanruan itu masih tetap bertenaga setelah berlari begitu lama.

Para orang tua yang disapa oleh Ruanruan seketika tersenyum semakin lebar. Mereka semua melihat senyuman Ruanruan yang terlihat begitu manis.

"Astaga, anak siapa ini, cantik sekali."

"Benar-benar sopan ya, dia jauh lebih dewasa daripada anak kecil nakal di rumahku itu."

"Mu Shen, ini anak siapa? Aku belum pernah melihatnya sebelumnya."

"..."

Sekelompok orang tua itu seketika lupa apa tujuan mereka datang kemari. Mereka semua terfokus kepada Ruanruan yang sedang lari pagi itu dan terus bertanya kepada Mu Shen tentang orang tuanya.

Ruanruan mengulurkan tangannya lalu menarik ujung pakaian Mu Shen dan wajahnya terlihat panik.

"Kakek, Nenek, jangan … jangan mengelilingi Papaku seperti ini."

Mu Shen, "..."

'Kenapa tiba-tiba aku merasa bangga?'

Kemudian sekelompok orang tua di sana tertegun mendengar panggilan Ruanruan kepada Mu Shen.

"Apa? Papa?!"

"Tadi anak ini baru saja memanggil Mu Shen papa? Apa aku salah dengar?"

"Sepertinya aku juga salah dengar… Tadi kamu bilang apa?"

Ruanruan masih memegang ujung pakaian Mu Shen. Dia melihat wajah para orang tua itu dengan kebingungan. Wajah para orang itu yang sebelumnya tersenyum manis berubah menjadi terkejut.

Mu Shen melihat sekelompok orang tua yang hendak mengelilingi Ruanruan. Dia bergegas mengulurkan tangannya dan mengangkat pakaian Ruanruan, kemudian menggendongnya.

Ruanruan yang tiba-tiba tubuhnya terangkat dan digendong oleh Mu Shen, merasa begitu terkejut hingga tidak bisa bereaksi. Wajah Mu Shen menjadi merah dan dia dapat merasakan aroma nafas Ruanruan yang terdapat aroma susu.

"Kalian membuatnya takut."

Mu Shen merasa tidak berdaya, bagaimanapun mereka adalah orang tua dan dia juga tidak bisa bersikap dingin seperti biasanya kepada mereka.

Para orang tua itu langsung menjadi tenang dan mereka juga menjadi sedikit malu, tapi sorot mata mereka kemudian melihat ke arah Mu Shen dan Ruanruan yang ada di gendongannya. Para orang tua itu seolah sedang menunggu mendapatkan penjelasan dari Mu Shen.

Ruanruan yang ada di dalam gendongan Mu Shen itu melihat mereka semua dengan kebingungan. Tangan kecilnya memegang pakaian Mu Shen dan bola matanya yang jernih itu melihat ke sekelilingnya.

Mu Shen… saat ini ingin segera kabur dari sini!

"Mu Shen, tadi anak ini memanggilmu papa, kan? Aku tidak salah dengar kan?"

"Bukankah tadi kamu bilang tidak mendengar dengan jelas? Kenapa tiba-tiba jadi mendengarnya?"

"Itu bukan urusanmu! Pasti kamu salah dengar!"

"Telingaku baik-baik saja!"

"Baik-baik apanya? Lalu kenapa saat aku berteriak memanggilmu terakhir kali kamu mengatakan tidak mendengarku!"

Sebelum Mu Shen menjawab apapun, ada 2 orang tua yang sibuk bertengkar sendiri.

Mu Shen, "..."

"Papa, para kakek dan nenek ini sedang apa?"

Ruanruan duduk dengan tenang di tangan Mu Shen yang kuat. Kedua tangannya yang berisi itu memeluk leher Mu Shen dan seluruh tubuhnya bersandar di dalam pelukan Mu Shen.

Mu Shen dengan wajah datar menjawab, "Sedang mengobrol."

Ruanruan mengerutkan alisnya, merasa kebingungan, "... Tapi, kenapa tidak terlihat seperti sedang mengobrol?"

'Kenapa kalau mengobrol suaranya begitu keras? Selain itu kedua kakek itu wajahnya sangat merah…'

"Sudah jangan bertengkar, kita kembali ke topik awal!"

Setelah seorang orang tua yang berhasil melerai pertengkaran kedua kakek itu, semuanya kembali melihat ke arah Mu Shen dan Ruanruan.

Senyumannya ramah dan penuh penantian.

"Anakku." Mu Shen mengatakan 1 kata itu dengan wajah datar.

Ruanruan menyahut, "Ini papaku!"

Berbeda dari Mu Shen, wajah Ruanruan saat mengatakan itu terlihat ceria.

Mu Shen mengakui bahwa keadaan saat ini seperti percikan air yang terjadi setelah ada sebuah batu yang dilempar ke air.

Beberapa orang tua yang memiliki janggut dan sedang mengusap janggut mereka seketika tertegun hingga tanpa sengaja tercabut beberapa helai janggut mereka.

"Ini… ini benar anakmu? Kamu tidak membohongi kami kan?!"

Tidak ada yang bisa menyalahkan jika mereka tidak percaya, karena Mu Shen adalah orang yang sangat dingin. Dia sudah berumur 30 tahun lebih tapi selain sekretarisnya tidak pernah ada wanita lain di dekatnya, jadi jangan katakan masalah pacaran kepadanya.

Bahkan satu-satunya sekretaris perempuannya saja dia anggap seperti laki-laki.

Karena Mu Shen sering lari pagi, ditambah lagi dia sangat hebat, sehingga para orang tua di sana sedikit memahami Mu Shen. Semua orang sudah memperhatikan Mu Shen cukup lama dan dia tidak pernah membawa pulang perempuan ke rumahnya selain keluarganya sendiri!

Kemudian tiba-tiba saja, saat ini muncul anak perempuan yang sudah cukup besar, mereka semua jadi merasa sangat terkejut.

"Benar-benar anakmu? Kamu jangan menggoda kami!"

"Siapa namamu? Haduh, kamu cantik sekali."

Beberapa nenek-nenek melihat ke arah Ruanruan dan ingin mengetahui namanya.

Para orang tua menyukai anak kecil, terlebih lagi anak kecil seperti Ruanruan yang cantik, wajahnya putih dan berseri, selain itu juga sangat sopan. Sehingga tidak heran jika mereka terpesona kepada Ruanruan.

"Namaku Ruanruan." Saat ada yang menanyakan namanya, Ruanruan menjawabnya.

"Ruanruan ya, bagus namanya, namanya cocok untuk dirimu. Mu Shen, jangan menggendongnya terus, cepat turunkan dia."

Mu Shen merasa pusing dengan semua ini dan akhirnya menurunkan Ruanruan.

Seorang orang tua di depan Ruanruan memasukkan tangannya ke dalam kantong celananya, kemudian dia mengeluarkan beberapa bungkus permen susu kelinci putih dan memberikannya kepada Ruanruan.

"Ruanruan, ini permen untukmu."

Kedua mata Ruanruan seketika berbinar saat menerima permen itu, lalu dengan manisnya mengucapkan terima kasih.

Nenek yang memberikan permen itu kepada Ruanruan tersenyum lebar dan senang. Dia terus memuji Ruanruan dengan kata-kata pintar, sopan dan yang lainnya.

Wajah kecil Ruanruan menjadi memerah karena mendengar pujian dari nenek itu, tapi sorot matanya semakin lama menjadi semakin berbinar.

Mu Shen melihat ke arah Ruanruan yang dikelilingi oleh para orang tua itu. Dia diberikan ini dan itu, dipuji berbagai hal, dia terlihat seperti ikan yang masuk ke dalam kolam, terlihat begitu senang.

Entah kenapa Mu Shen tiba-tiba merasa cemburu dan raut wajahnya menjadi sedikit muram.

'Dulu dia terus memanggilku papa dan menempel kepadaku, sekarang dia sudah melupakanku, dasar penipu!'

"Mu Shen, bukankah kamu masih harus lari pagi? Kamu lari pagi saja, biarkan Xiao Ruanruan bersama kami, kami tidak mungkin membiarkannya pergi kemana-mana, kamu tenang saja."

Setelah ada Ruanruan, para orang tua itu langsung merasa wajah dingin Mu Shen tidak enak dilihat.

Di saat yang sama juga merasa sangat mengganggu. Mereka semua seperti menyayangkan Ruanruan memiliki seorang ayah yang terlihat sangat dingin seperti Mu Shen.

Saat berpikir seperti itu, para orang tua itu melihat ke arah Mu Shen dengan sorot mata semakin tidak suka.

Mu Shen, "..."

'Dia itu anakku!'

"Papa pergi lari saja, Ruanruan akan berlatih tai chi dengan kakek nenek di sini, para kakek juga bisa tai chi, Ruanruan juga bisa!"

Ruanruan tersenyum hingga matanya berbentuk seperti bulan sabit. Dia juga menyuruh Mu Shen untuk lari pagi karena dia tahu Mu Shen tadi belum benar-benar berlari karena dirinya.

Mu Shen, "..."

Dia melihat ke arah Ruanruan dan dengan sedikit kesal akhirnya pergi berlari.

'Dasar penipu kecil! Bodoh! Baru saja mengenal mereka berapa lama langsung mau bermain bersama mereka.'

Setelah hampir berlari 2 putaran, di samping danau terdengar suara para orang tua yang sedang berlatih tai chi diiringi alunan musik yang pelan.

Di tengah para orang tua itu tiba-tiba muncul sosok kecil yang terlihat lucu.

Terlebih lagi saat wajahnya terlihat begitu serius. Dia menggerakkan kedua tangan dan kakinya dengan serius mengikuti gerakan para orang tua di sana.

Mu Shen yang lewat saat berlari merasa gerakan Ruanruan sangat bagus, sangat tepat dan tidak asal-asalan, hanya saja tubuhnya yang berisi itu membuat gerakannya terlihat sedikit lucu.

Saat melihat itu, kekesalan Mu Shen seketika menghilang. Dia tidak bisa menahan dirinya untuk tersenyum walaupun tidak tersenyum lebar.