Mobil bergerak sangat cepat sampai mereka segera tiba di rumah.
Melihat wajah istrinya yang sedang tertidur nyenyak dari samping membuat ekspresi dingin Di Yanmo berubah menjadi lebih hangat. Tangan panjangnya pun perlahan-lahan membelai wajah putih gadis itu.
Tangan yang agak dingin itu bergerak lembut ke bibir tipis yang merah itu dan perlahan mengusapnya.
"Wu…."
Lin Qianyi seketika mengeluarkan desahan karena merasakan bibirnya mengalami sentuhan yang asing.
Namun, mendengar suara yang dikeluarkan Lin Qianyi tersebut, seketika membuat tatapan Di Yanmo menjadi lebih dalam.
Pada saat ini aura sekitar Di Yanmo memancarkan gelora nafsu yang berbahaya, seolah serigala yang ada di dalam kegelapan itu dapat kapan saja menerkam mangsanya.
Lin Qianyi merasakan nafsu yang berbahaya itu dan perlahan membuka matanya. Anehnya saat membuka mata, Lin Qianyi malah merasakan aura penuh kehangatan dari tatapan Di Yanmo. Pria itu pun menyampingkan kepalanya.
"Yan….Mo?"
Lin Qianyi tentu menyadari sikap Di Yanmo yang sedang memperhatikannya dalam-dalam. Kebingungan akan sikap pria itu, Lin Qianyi pun memanggilnya dengan rasa penasaran.
Sepasang mata Lin Qianyi sebenarnya masih tampak mengabur. Terlihat dengan jelas bahwa gadis ini sebenarnya masih belum sadar sepenuhnya.
Hati Lin Qianyi seketika merasa ada sebuah suara peringatan ketika melihat Di Yanmo yang masih menatapnya dalam-dalam. Saat mulutnya baru ingin mengatakan sesuatu, namun aura pria itu terasa sedang menekan perasaannya..Lin Qianyi pun kesulitan menyampaikannya.
"Eee…. Yan… mo..."
Tiba-tiba Di Yanmo mendekatinya dan langsung menciumnya. Bibir Di Yanmo pun menutupi bibir Lin Qianyi sehingga perasaan yang ingin disampaikan gadis itu hanya bisa tertahan.
Saat wajah Di Yanmo tampak makin dekat dengan Lin Qianyi dan semakin memenuhi seluruh pandangan gadis ini, seketika otak Lin Qianyi yang mabuk itu langsung mendapatkan seluruh kesadarannya.
Dengan jarak sedekat ini, sepasang mata besar pria itu memandangi Lin Qianyi. Gerakan suaminya yang tiba-tiba mendekat seperti ini sungguh membuatnya tidak bisa bereaksi secara langsung walaupun telah sadar sepenuhnya.
Sebaliknya, Di Yanmo yang seolah sedang menikmati makanan yang telah lama sekali didambakannya, sepasang matanya itu menyipit dan tatapan itu terlihat sangat puas.
Tangan besar Di Yanmo dengan erat merangkul belakang kepala Lin Qianyi dan satu tangannya diletakkan di pinggangnya agar istri kecilnya itu tidak bisa mundur.
Lin Qianyi hanya bisa menerima dengan patuh dan kehangatan aura suaminya ini juga terasa seolah bisa membakarnya.
Saat Lin Qianyi hampir kehabisan udara karena ciuman dari pria itu, Di Yanmo akhirnya melepaskannya. Lagi pula, sebuah ciuman yang ganas tidak bisa memberikan udara segar kepada istrinya itu.
"Huhuhu…."
Ketika Di Yanmo melepaskan diri, Lin Qianyi menghirup napas dalam-dalam untuk mendapatkan oksigen lebih banyak.
"Sudah bangun?" Di Yanmo berkata dengan suara yang berat dan agak serak. Tangannya pun juga ikut mengelus lembut kepala Lin Qianyi untuk merapikan rambutnya yang berantakan.
Mulut Lin Qianyi mencibir dan dirinya pun sudah membuka mata selebar mungkin, apakah dengan begini masih kelihatan sedang tidur?
Jelas-jelas setelah Lin Qianyi membuka mata, badan pria itu baru saja mendekatinya?
Pertanyaannya itu tampaknya memiliki maksud tertentu dibaliknya! Apa suaminya itu ingin mempermainkannya? Oh, bisa saja lelaki itu ingin membodohinya atau ingin menganggapnya telah lupa ingatan?
Perasaan Lin Qianyi yang seperti ini membuatnya enggan menelan air ludahnya. Ia pun memilih untuk menyerah di bawah tatapan Di Yanmo.
"Ee... Aa… iya…. iya, sudah bangun."
Lin Qianyi memberikan senyuman yang kaku lalu menanggukkan kepala. Ia hanya takut dengan hal yang akan dilakukan pria itu lagi.
Alis mata Di Yanmo agak terangkat dan tatapannya seolah tersenyum dengan sangat puas saat mendengar jawaban Lin Qianyi. Tangan besarnya itu perlahan-lahan mengusap kepalanya.
Mulut Lin Qianyi kembali mencibir lagi dan memelototi bayangan Di Yanmo yang sedang turun dari mobil.
Kenapa meraba kepala, menganggapku seperti kucing kecil, ya?
Oh, aku jadi sangat ingin mengelus kepalanya juga!!!
Sayangnya saat teringat akan tatapan membunuh suaminya itu, pemikiran Lin Qianyi yang tadi langsung tidak dilanjutkan lagi.
Lin Qianyi agak terkejut dan langsung membuka pintu ketika melihat suaminya rasanya ingin membantunya untuk membuka pintu, lalu turun dari mobil.
"Ehmm… sekarang sudah terlalu malam. Ayo, kita mandi dan tidur."
Lin Qianyi membalikkan badan dan hampir menabrak dada Di Yanmo. Ia terlalu mendadak berhenti dan berkata acuh tak acuh.