Chereads / Suamiku Dingin.. Oh, Suamiku Imut / Chapter 35 - Suami Tersayangku, Ayo Kita Makan

Chapter 35 - Suami Tersayangku, Ayo Kita Makan

"Nyonya jangan sungkan, ini adalah kewajibanku sebagai pengurus rumah." Ucap Paman Chen. Dengan wajah yang berkerut itu, ia pun tersenyum dan menambahkan ucapannya.

"Lagi pula, semua hidangan ini merupakan permintaan khusus dari Tuan Muda. Oleh sebab itu aku pasti melakukan yang terbaik."

Perkataan Paman Chen seolah menjelaskan bahwa dirinya hanya melakukan kewajibannya untuk melayani Lin Qianyi agar mendapat kesan yang bagus terhadap Di Yanmo.

Ternyata benar. Setelah mendengar perkataan Paman Chen, Lin Qianyi menatap Di Yanmo dengan tatapan terkejut. Ia sama sekali tidak menyangka ternyata Di Yanmo begitu perhatian padanya.

"Terima kasih, Yanmo."

Lin Qianyi duduk di sampingnya dan membalas dengan senyum yang tulus.

"Kamu adalah istriku."

Di Yanmo menatapnya dan nada bicara terdengar sangat tegas.

Kamu adalah istriku, jadi tolong jangan mengatakan terima kasih. Apapun yang kamu inginkan, aku akan memberikan kepadamu bahkan sampai… nyawaku.

Ucapan itu… sebenarnya adalah perkataan sejujurnya dari dalam hati Di Yanmo. Hanya saja, ia merasa bahwa Lin Qianyi yang sekarang masih terlalu berat mendapat pujiannya.

Jadi, Di Yanmo memilih untuk menunggu... Ya, menunggu agar Lin Qianyi bersedia menerima hal yang akan diberikan kepadanya…. Termasuk nyawanya itu.

Mendengar perkataan itu membuat Lin Qianyi merasa sangat tersentuh. Selain ibunya sendiri, tidak ada orang lain yang begitu baik terhadapnya.

Lagi pula, Lin Qianyi jarang mendapat perlakuan basa-basi dari ibunya. Ia dibesarkan oleh ibunya dengan kebiasaan yang jujur. Jadi, Ibunya selalu mengatakan hal yang ingin dikatakan kepadanya.

Hanya dengan beberapa kata saja, Lin Qianyi sudah bisa merasakan maksud pria itu terhadapnya. Hal ini pun membuatnya perlahan-lahan tenggelam ke dunia yang hangat.

Kedua orang ini saling menatap, seolah di dunia ini hanya ada mereka berdua saja dan tidak ada orang yang bisa menghalanginya.

Paman Chen melihat semua ini dari samping, ia hanya bisa tersenyum dengan senyuman yang membahagiakan. Supaya tidak mengganggu mereka berdua, ia pun memutuskan untuk perlahan-lahan keluar dari ruangan itu.

Setelah tidak lama kemudian, Lin Qianyi mengalihkan tatapannya. Sudut mulutnya tersenyum dan kelihatan bahwa dirinya sedang dalam keadaan yang senang.

"Kalau begitu… Suamiku tercintaku, ayo kita makan!"

Lin Qianyi tersenyum sambil mengambilkan sepasang sumpit dan mengambilkan makanan untuk diletakkan di dalam mangkuk Di Yanmo, "Ayo, makan! Semua ini sangat enak."

Di Yanmo yang selalu benci kepada orang yang mengambilkan makanan kepadanya, sekarang ia malah mengambil sumpit dengan anggun dan menyantap makanan yang ada di mangkoknya itu.

"Bagaimana? Enak sekali kan? Semua ini adalah makanan yang paling aku sukai. Walaupun dimakan setiap hari juga tidak akan bosan." Melihat pria itu makan, Lin Qianyi dengan senang bertanya demikian.

Di bawah tatapan yang penuh penantian itu, Di Yanmo menganggukkan kepala dan mengatakan, "Iya, sangat enak."

Mendapatkan pengakuan dari Di Yanmo, wajah Lin Qianyi langsung tersenyum dengan sangat lebar.

Lin Qianyi mengambilkan beberapa makanan untuk diberikan kepada suaminya itu. Kemudian, ia baru mengambil makanan untuk dirinya sendiri. Saat makan, gaya Lin Qianyi tampak seperti orang yang sangat kelaparan. Ia makan dengan sangat lahap.

Di Yanmo mengerutkan keningnnya ketika melihat gaya makan Lin Qianyi. Dengan tidak berdaya, ia pun berkata, "Pelan-pelan makannya, nanti lambungmu sakit."

Nada bicara Di Yanmo sangat serius.

Lin Qianyi menatap sepasang mata suaminya yang sangat serius, itu membuatnya tidak berdaya untuk menganggukkan kepala dengan patuh. Kemudian, dengan suasana hati yang tidak senang, ia berkata, "Baik…."

Walaupun Lin Qianyi kelihatan sangat tidak senang, tetapi dalam hatinya ia merasa sangat bahagia.

Lagi pula, peringatan dari Di Yanmo itu juga menunjukkan bahwa suaminya itu sangat mempedulikannya.

Satu jam kemudian, akhirnya mereka selesai makan siang.

Setelah makan siang, Lin Qianyi langsung bermalas-malasan dan berbaring di atas sofa. Ia menyandarkan kepalanya dengan malas untuk menonton televisi.

Melihat istri yang ada di sampingnya sedang bermalas-malasan, Di Yanmo menatap dengan tidak berdaya.

Hanya saja, ketika Lin Qianyi sedang asyik menonton, tiba-tiba ada kekuatan yang menariknya ke samping. Perlahan-lahan, gadis ini dibaringkan di sebuah dada yang lebar itu.