Lin Qianyi yang sedang menikmati kelembutan dari pria tampan itu, perasaannya saat ini benar-benar merasa sangat bahagia. Saat pertama kali melihatnya begitu lembut, ia sangat terkejut sampai matanya terbelalak hampir keluar.
Walaupun Di Yanmo memberikan kehangatan kepadanya, tetapi Lin Qianyi bisa merasakan bahwa pria ini merupakan orang yang sangat dingin. Alhasil saat melihat Di Yanmo mengeringkan rambutnya, Lin Qianyi merasa seperti sedang di alam mimpi.
Akan tetapi, jantung Lin Qianyi berdegup dengan kencang! Ia seketika memikirkan hal-hal menakutkan yang terjadi setelah ini. Ia takut bila setelah ini dirinya akan mendapat perlakuan yang tidak manusiawi dari pria ini.
Perlahan-lahan, badan Lin Qianyi merasakan bahwa bagian belakang badannya agak terasa hangat. Ya, saat ini tangan panjang dan ramping Di Yanmo sedang menyentuh kulit kepalanya dan membuat kehangatan pria itu seolah bisa membakarnya.
Badan Lin Qianyi menjadi sangat tegang. Ia tiba-tiba merasa bahwa pria ini menjadi sangat berbahaya dan membuatnya tegang. Walau demikian, Lin Qianyi juga tidak tahu penyebab yang membuatnya berpikir seperti itu.
Akan tetapi, Lin Qianyi merasa bahwa firasatnya selalu benar. Ia pun tidak memperdulikan sikap Di Yanmo yang masih mengeringkan rambutnya. Lin Qianyi seketika berdiri dan berlari secepat mungkin ke arah ranjang. Ia segera bersembunyi di balik selimut ranjang itu.
Merasa bahwa keadaannya telah aman, Lin Qianyi mengeluarkan sedikit kepalanya dan menatap ke arah Di Yanmo yang tidak menunjukkan ekspresinya. Perempuan ini pun berkata, "Uhuk... kenapa ya? E…. Aku sudah ngantuk dan ingin tidur. Mengenai barusan, terima kasih! Eh… caramu mengeringkan rambut sangat bagus."
Berpikir bahwa Di Yanmo akan memberikan tatapan yang tidak senang, maka Lin Qianyi pun memuji caranya untuk mengeringkan rambutnya itu. Lagi pula, gadis ini juga tidak ingin merasakan aura tidak menyenangkan dari pria ini, kan?
Sebaliknya, sepasang mata Di Yanmo menyipit dan menatap gadis itu lekat-lekat.
Lin Qianyi menurunkan lehernya dengan tatapan bersalah ke arah pria itu. Ia pun langsung menutup matanya dan memiringkan kepalanya seolah sudah tertidur dengan lelap.
Di Yanmo yang melihat gadis kecilnya sedang terbaring kaku tersebut membuatnya tersenyum senang. Ia mengusap tangannya seolah dapat merasakan kelembutan darinya.
Di Yanmo telah menunggu gadis kecil ini selama 12 tahun. Gadis ini akhirnya bisa muncul di depan matanya sekarang. Kali ini, gadis kecil ini akan menjadi miliknya! Ya, untuk selamanya!
Melihat badan Lin Qianyi semakin tegang, Di Yanmo menatap dengan agak tidak tega. Ia mengetahui gadis ini sedang melindungi dirinya.
Namun semua itu memang tidak perlu tergesa-gesa. Mereka masih punya banyak waktu….
Setelah Di Yanmo membereskan perlengkapan pengering rambut di tangannya sebentar, ia pun melangkah ke arah Lin Qianyi. Di dalam kamar yang sunyi ini, langkah lelakinya pun terdengar dengan jelas.
Lin Qianyi mendengar langkah kaki itu semakin dekat. Ia semakin tegang dan ketegangan di badan Lin Qianyi bisa disamakan dengan kakunya tubuh mayat seseorang.
Lin Qianyi merasakan ranjang di sampingnya agak sedikit tertekan. Di dalam dadanya, jantungnya langsung berdebar kencang seolah ingin melompat keluar dari tubuhnya.
Disaat yang sama, Lin Qianyi merasakan hawa di sekitarnya semakin panas. Tubuh yang bersembunyi di dalam selimut pun rasanya seperti sedang dipanggang dan akan terpanggang sampai matang.
Saat ini, Di Yanmo duduk di atas ranjang. Ia menunduk dan melihat wajah Lin Qianyi semakin lama semakin merah. Ekspresi wajahnya yang dingin berubah lebih ramah dan tangan yang panjangnya itu perlahan-lahan menyentuh tangannya.
"Tidak nyaman?"
Suara pria yang dalam dan seksi itu terdengar di daun telinganya. Napas yang panas itu berhembus di daun telinganya dan membuat jantungnya berdebar lebih kencang lagi.
Lin Qianyi sebenarnya ingin menjawab, tetapi ia menahan diri untuk menutup mulutnya agar tidak mulai berbicara.
Gadis ini sedang berusaha untuk berpura-pura tidur, bahkan helaan napasnya juga terasa tenang.
Akan tetapi, Lin Qianyi tidak tahu bahwa wajahnya yang memerah seperti udang rebus itu sudah mengkhianati kebohongannya.
Tidak lama kemudian, Lin Qianyi merasakan sebuah tangan yang dingin sedang menyentuh wajahnya. Sentuhan itu membuatnya tidak tahan untuk berkeringat karena membuatnya semakin tegang.
Gadis ini tentu menyadari gerakannya. Seketika muncul rasa sesal dihatinya! Dalam hati ia merasa bahwa dirinya ingin rasanya mengambil sebuah tahu dan melemparkannya ke arah dirinya sendiri.