Chereads / Tycoon's Lover / Chapter 3 - Pertemuan Kembali

Chapter 3 - Pertemuan Kembali

Lin Xiang menutup loker kerja. Ia sudah berganti pakaian setelah menyelesaikan pekerjaannya mencuci peralatan makan. Kini Lin Xiang bersiap pergi ke sebuah kelab malam yang terletak di pinggiran kota.

"Aku pergi dulu, Wanwan."

Langkah Lin Xiang terhenti ketika Shen Wanwan mencengkeram pergelangan tangannya. Ia menatap gadis itu dengan kerutan di dahi.

"Jangan terlalu memaksakan diri. Perhatikan kondisi kesehatanmu," kata Shen Wanwan mengingatkan.

Senyum Lin Xiang mengembang, ia memeluk Shen Wanwan sebentar. "Aku tahu. Terima kasih sudah mengingatkanku," ucapnya terharu.

"Jika sampai terjadi sesuatu padamu, jangan harap aku menyerah untuk memaksamu berhenti bekerja di tempat itu."

Tawa Lin Xiang berderai, "Kau tidak perlu khawatir. Aku bisa menjaga diriku sendiri, Wanwan," ia kembali meyakinkan Shen Wanwan.

"Kupegang ucapanmu." Shen Wanwan mengerucutkan bibirnya kesal, membuat Lin Xiang gemas dan seketika mencubit pipi gadis itu.

Lin Xiang kembali tertawa melihat wajah merajuk Shen Wanwan, lalu mengulum senyum ketika melihat Zhang Yiyi masuk menghampiri mereka. Secara tiba-tiba, Zhang Yiyi menyodorkan sebuah amplop warna cokelat pada Lin Xiang.

"Gajimu bulan ini," ucap Zhang Yiyi dengan santai, sambil mengabaikan ekspresi kebingungan di wajah Lin Xiang.

"Tapi sekarang bukan tanggal gajian, Kak."

Zhang Yiyi dan Shen Wanwan tertawa kecil.

"Aku sengaja memberikannya lebih awal, khawatir jika paman dan bibimu yang sudah hafal tanggal gajianmu akan menagihnya." Zhang Yiyi meremas bahu Lin Xiang. "Jika kau menerimanya sekarang, kau bisa menyisihkannya lebih awal. Sebelum sisanya kau berikan pada paman dan bibimu."

Mata Lin Xiang berkaca-kaca, ia terharu sekali mendengar ucapan Zhang Yiyi. Segera saja, ia memeluk wanita itu dengan erat, "Terima kasih, Kak."

Zhang Yiyi mengusap lembut punggung Lin Xiang, "Jangan terlalu memforsir tenagamu. Kau juga perlu beristirahat."

Lin Xiang mengangguk-angguk, lalu beralih memeluk Shen Wanwan dengan perasaan riang.

"Aku pergi dulu." Lin Xiang pamit keluar meninggalkan kafe.

Shen Wanwan dan Zhang Yiyi saling memandang semenjak kepergian Lin Xiang.

"Kapan Lin Xiang bisa menemukan kebahagiannya, Kak?" tanya Shen Wanwan.

"Hhh ... entahlah," jawab Zhang Yiyi sekenanya.

Keduanya sama-sama menghela napas. Mereka tentu berharap Lin Xiang bisa segera terlepas dari beban hidup yang begitu berat.

***

Lin Xiang berdiri gugup di sebuah bar raksasa yang memuat puluhan tempat duduk di sekelilingnya. Ia mengerjapkan matanya ketika lampu dansa yang menyilaukan, menyorot penuh warna-warni di mata indahnya.

"Lin Xiang, tolong antarkan minuman ini untuk pelanggan yang ada di sana."

Lin Xiang mengangguki ucapan Bai Jixuan, salah satu bartender senior di klub malam tempatnya bekerja.

Sejenak Lin Xiang memperhatikan penampilannya. Meski sudah memasuki minggu ke-2, Lin Xiang tetap merasa risih dengan seragam yang dia kenakan. Dress ketat di atas lutut dengan hiasan renda di bawahnya. Di bagian atas sedikit terbuka, sehingga bahunya yang mulus terekspos. Tak lupa, Lin Xiang mengenakan bando bertelinga kelinci sebagai aksesoris pelengkapnya.

Dengan pembawaan tenang, Lin Xiang meletakkan segelas red wine kepada salah seorang pelanggan. Pria paruh baya yang sedang duduk dengan ditemani wanita penghibur lainnya.

"Selamat menikmati!" Lin Xiang membungkuk sopan sebelum kembali ke tempat Bai Jixuan.

"Tunggu!"

Lin Xiang berjengkit kaget, menoleh was-was ke arah pria paruh baya itu. "Ada lagi yang bisa saya bantu, Tuan?"

"Temani aku di sini."

DEG!

Tubuh Lin Xiang serasa membeku. Ia memperhatikan beberapa wanita penghibur yang mulai menatap sinis kepadanya. "Maaf, saya harus kembali bekerja, Tuan."

"Kau tidak perlu khawatir. Aku akan memberikanmu tips yang sangat banyak jika kau mau menemaniku di sini," ucap pria itu sambil mengeluarkan beberapa lembar uang.

Lin Xiang menggeleng, "Maaf, saya tidak bisa." Ia berbalik dan bersiap pergi. Namun, secara mengejutkan tubuhnya ditarik hingga terjatuh di atas sofa. Ia mencoba bangun, tetapi pria paruh baya itu lebih dulu mengunci pergerakannya.

"Tu-Tuan ...," Lin Xiang mulai ketakutan ketika menangkap tatapan penuh nafsu di depannya.

"Aku menginginkanmu. Kau cantik sekali, lebih cantik dibandingkan mereka semua," ucap pria paruh baya itu. Bisik-bisik mulai terdengar di sekeliling, membuat harga diri Lin Xiang serasa dilecehkan.

"Lepas!"

Sekuat tenaga, Lin Xiang berusaha melepaskan diri. Sayang, kedua tangannya yang dicengkeram kuat membuat gadis itu kesulitan untuk bergerak. Pria paruh baya itu terus mendekatkan wajahnya, bersiap mencumbui Lin Xiang yang terus meronta-ronta.

Bai Jixuan yang melihat dari kejauhan, berjalan keluar dari meja bar. Ia berniat menolong Lin Xiang sebelum sosok pria datang sangat cepat seperti angin dan langsung menghajar pria paruh baya itu.

BUGH!

Jeritan histeris terdengar saat pria paruh baya itu jatuh tersungkur setelah mendapat pukulan telak dari Gu Changdi. Keributan pun tak terhindari. Semua orang langsung mendatangi Gu Changdi, termasuk pengelola kelab malam bersama petugas keamanan.

"Ada keributan apa ini?!" teriaknya marah, namun setelahnya menciut ketika mengetahui keberadaan Gu Changdi. "Presdir Gu ...."

Pengelola kelab malam itu langsung membungkuk sopan, "Suatu kehormatan menerima kunjungan Anda ke sini."

Gu Changdi tersenyum arogan. Hampir saja dia memenggal kepala pria botak itu, kalau tidak ingat bahwa dialah pemilik kelab malam ini.

"A-Ada yang bisa saya bantu, Presdir?" tanya pria itu dengan wajah takut-takut.

"Cabut keanggotaan milik pria tua ini. Dia hampir saja menodai seseorang yang sangat berharga bagiku ...."

GLEK!

Semua orang langsung menoleh kompak ke arah Lin Xiang yang masih terlihat bingung dengan keadaan sekitar. Tak ingin mendengar bentakan Gu Changdi, pengelola kelab malam segera memerintahkan petugas keamanan untuk mengusir pria paruh baya yang nyaris melakukan pelecehan terhadap Lin Xiang.

"Mulai hari ini, Lin Xiang berhenti. Dia tidak akan bekerja di sini lagi." Gu Changdi menunjuk seorang gadis yang memakai seragam serupa dengan Lin Xiang. "Ambilkan barang-barang gadis ini."

Gadis itu mengangguk takut, kemudian berlari masuk ke dalam area ruang ganti. Hanya dalam beberapa menit, dia sudah kembali membawakan tas milik Lin Xiang.

Gu Changdi melepas jas formal miliknya, kemudian memakaikannya untuk menutupi tubuh Lin Xiang.

"Ayo!"

Tanpa memberi kesempatan Lin Xiang berbicara, Gu Changdi membawa gadis itu pergi meninggalkan klub.

Bai Jixuan mengerjapkan matanya beberapa kali. Terlalu kaget melihat Gu Changdi membawa pergi Lin Xiang yang sejak tadi hanya memperlihatkan wajah kebingungan.

"Bos ... bukankah tadi Presdir Gu Changdi?" tanya Bai Jixuan dengan mata berkedip polos. Atasannya hanya mengangguk singkat sebagai jawaban.

"Apa yang sedang dia lakukan di sini? Dan kenapa dia membawa Lin Xiang pergi? Apa mereka saling mengenal?" cerocosnya tanpa henti.

"Mana aku tahu! Sebaiknya kau lanjutkan pekerjaanmu!" Pria berkepala botak itu menatap sekeliling. "Semuanya bubar!"

Teriakan keras itu berhasil mengembalikan suasana klub malam seperti semula.

***

"Kau boleh turun."

Lin Xiang tidak bereaksi. Ia masih betah duduk sambil memandangi Gu Changdi terus-menerus. "Kau siapa?" tanyanya tanpa basa-basi.

Jelas Lin Xiang bingung. Tiba-tiba dibawa pergi oleh pria yang tidak dikenalnya, bahkan pria itu dengan seenaknya mengatakan dirinya berhenti bekerja di klub malam tadi.

Gu Changdi tersenyum penuh arti, "Kita masih punya banyak waktu untuk berkenalan. Sekarang turun dan masuk ke dalam rumah," titahnya dengan tegas.

Ada perasaan jengkel yang muncul dalam diri Lin Xiang. Batinnya mengumpat Gu Changdi habis-habisan, tetapi di satu sisi juga bersyukur karena pria itu datang di waktu yang tepat.

"Terima kasih atas pertolonganmu." Lin Xiang melepas jas formal milik Gu Changdi, bermaksud mengembalikannya tetapi pria itu justru memasangnya kembali untuk menutupi tubuh Lin Xiang.

"Pakai saja. Aku tidak suka orang lain melihat bagian tubuhmu yang terekspos bebas."

Lin Xiang mengernyitkan dahi dengan tatapan penuh selidik kepada Gu Changdi. Orang aneh, pikirnya. Tanpa membuang waktu lagi, dia turun dari mobil kemudian berjalan cepat memasuki rumah.

Gu Changdi terus memperhatikan Lin Xiang yang berjalan memasuki pagar rumah. Hembusan napas panjang keluar dari bibirnya.

"Kita pulang sekarang, Tuan?"

"Tidak. Malam ini kita menginap di sini," jawab Gu Changdi sekenanya dan sukses membuat sopir pribadinya melotot kaget.

"Apa? Kau mau protes?!" tanya Gu Changdi galak.

"Ti-tidak, Tuan," jawab pria itu takut-takut.

Gu Changdi berdecih, lalu menyamankan posisinya di jok belakang. Sekali lagi, ia memandangi rumah berukuran kecil di depannya yang bahkan hanya seukuran dengan garasi mobil di mansionnya.

Memorinya kembali pada kejadian 11 tahun silam, tepatnya pada hari pemakaman ayahnya. Di sanalah ia bertemu dengan seorang gadis yang sudah mencuri hatinya.

"Kau sudah tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik, Lin Xiang ...." Gu Changdi tersenyum senang, tetapi detik berikutnya dia terlihat murung. Rasanya ada yang janggal dengan kehidupan Lin Xiang.

Sejak pertemuan pertama mereka, Gu Changdi sudah menyuruh Su Huangli untuk menyelidiki latar belakang keluarga Lin Xiang. Termasuk paman dan bibinya, Dong Liwen dan Mu Tiansu. Seingat Gu Changdi, ia sudah memberikan bantuan dana kepada Dong Liwen dan Mu Tiansu untuk kebutuhan Lin Xiang sehari-hari. Tak terkecuali biaya pendidikan gadis itu hingga jenjang perguruan tinggi.

Namun, apa yang dilihat Gu Changdi sekarang benar-benar melenceng dari harapannya. Ia tidak tahu kenapa Lin Xiang tidak melanjutkan pendidikan sampai perguruan tinggi. Malah bekerja terlalu keras, apalagi di kelab malam miliknya.

Setiap kali mengingat kejadian di tempat tadi, ingin sekali Gu Changdi menghajar habis-habisan pria tua yang sudah berani menyentuh gadisnya. Untung saja, ia berhasil menolong gadis itu sebelum semuanya terlambat.

Inilah alasannya kenapa sekarang Gu Changdi memilih berjaga di depan rumah Lin Xiang. Masih ada satu hal yang ingin dipastikan oleh pria itu.

TO BE CONTINUED