Chereads / DEVILISH / Chapter 19 - REMEMBER

Chapter 19 - REMEMBER

Jun menyalakan lampu di dalam kamarnya, ia berdiri melihat pantulan dirinya di depan cermin sambil merapikan rambutnya.

Rambutnya terlihat sedikit basah, ia juga telah mengganti baju nya dengan baju piyama. Yah, Jun memang selalu menggunakan piyama jika sudah malam.

Ia merasa nyaman menggunakan piyama saat tidur, juga membuat tidurnya semakin nyenyak.

Jun berjalan keluar dari kamar setelah dua puluh menit lamanya. Ia melihat sekeliling rumah miliknya.

Lampu dapur masih menyala seperti sebelumnya, semua penerangan masih menyala menerangi setiap sudut rumah.

"Honey..." panggil Jun. Kedua matanya mencari di mana kekasih nya berada.

Nah... itu dia! ia melihat kekasih nya yang duduk di sofa. Dengan layar televisi yang ia biarkan menyala, menampilkan sebuah film yang entah apa judulnya.

Jun tersenyum tipis. "Honey, aku memanggil mu," ucap Jun yang kemudian mendudukkan dirinya di samping Hana.

Hana menoleh. "A-ah... maafkan aku, aku tidak mendengar mu chagi," ucap Hana.

Jun mengusap rambut selembut sutera milik Hana. "Sepertinya kau sangat serius, memang nya film apa yang kau tonton hmm?"

Yah, sepertinya kekasihnya itu sangat serius menonton. Sampai-sampai ia tidak mendengar suara Jun yang memanggil nya.

"Eoh, tidak... aku hanya melihat saja film itu," jawab Hana sambil menunjuk film yang di tampilkan di layar televisi itu.

Ah... rupanya sebuah film bergenre romantis yang entah apa ceritanya. Karena Jun bukan tipe orang yang menyukai film bergenre romantis. Tapi bukan berarti ia membencinya.

Jun menatap wajah cantik milik kekasih nya dari samping. Ia tidak pernah bosan menatap wajah cantik itu.

Tapi Jun menyadari sesuatu, ada yang aneh dengan kekasihnya. Kenapa kekasihnya itu tidak ingin menatap nya?

Yah, Jun baru menyadari hal itu. Sedari tadi Hana tidak ingin menatapnya, kedua mata indah itu selalu saja menghindari tatapan nya.

"Honey, ada apa hmm?" tanya Jun dengan lembut.

Hana menggelengkan kepalanya. "T-tidak... tidak ada apa-apa," jawab Hana.

Jun memegang dagu Hana dan membuat Hana bertatapan dengan nya. Ia menatap Hana dengan lekat. "Lihat... kau tidak ingin menatap ku."

Yah, saat Jun menatap Hana tepat di mata Hana, ia langsung menghindari tatapan itu. Tidak seperti biasanya, baru kali ini Hana seperti ini.

So what wrong? What's the problem?

"Tell me the truth honey, what's wrong?" tanya Jun.

Hana hanya diam saja, tidak menanggapi pertanyaan yang Jun berikan kepadanya. Sekarang Jun semakin yakin kalau ada sesuatu saat ini.

Jun turun dari sofa itu, ia berlutut di hadapan Hana yang masih duduk di atas sofa itu. Kedua tangan Jun ia letakkan di atas paha Hana.

Hana tentunya terkejut dengan Jun yang berlutut di hadapan nya. "A-apa yang..." gantung Hana.

Jun menatap Hana kekasihnya. Namun kali ini Hana tidak menghindari tatapan nya. Kedua mata hazel itu menatap Jun.

"Honey, ada apa? Kenapa kau sedari tadi terus menghindari tatapan ku?" tanya Jun dengan lembut. Tentu ia harus tahu apa yang membuat kekasihnya itu seperti ini.

Apakah ia telah melakukan sebuah kesalahan? Perasaan ia tidak melakukan kesalahan apapun. Bahkan tadi Hana masih mau menatapnya.

Hana menundukkan kepalanya. Ia terlihat seperti ingin mengatakan sesuatu. "K-kau... kau masih marah pada ku?" cicit Hana.

Meskipun sangat kecil, akan tetapi Jun masih dapat mendengar suara Hana dengan jelas. "A-apa? Marah?" Hana mengangguk kecil.

Jun mengerutkan alisnya. Marah... kata Hana.

Ia merasa kalau ia tidak marah, lalu kenapa Hana berkata seperti itu? Ia baik-baik saja...

Tiba-tiba Jun mengingat kejadian tadi. Ah! rupanya karena itu.... Jun sudah tahu kenapa Hana berkata demikian.

"Honey, apa karena tadi kau masih berpikiran kalau aku marah kepada mu?" tanya Jun dengan lembut.

Yah, pasti karena kejadian tadi saat Jun memarahi Hana karena pergi untuk memancing. Jun yakin pasti karena hal itu.

Karena ini yang pertama kalinya Jun memarahi Hana seperti tadi. Dan rupanya hal itu membuat Hana merasa takut.

Jun perlahan menggenggam kedua tangan Hana. Ibu jarinya mengusap tangan Hana dengan lembut. "Honey..."

"Dengar, aku sama sekali tidak marah kepada mu honey," Hana melihat kedua tangan nya yang di genggam oleh Jun. "Yah, aku memang tadi marah kepada mu, tapi bukan berarti aku akan marah selamanya kepada mu honey," jelas Jun.

Hana membalas tatapan Jun yang menatapnya dengan teduh. Ia melihat sorot mata yang sangat menenangkan itu.

Hana menggigit bibir bagian dalam nya. "T-tapi... aku membuat mu marah..." cicit Hana. Ia tidak bisa melupakan bentakan Jun kepadanya tadi.

Jun menghela nafas. "Hah... honey, sekarang lihat... apakah aku terlihat marah?" Hana menggelengkan kepalanya.

Jun kemudian tersenyum dengan lembut. "Nah, jadi sekarang kau tidak perlu takut," Jun memeluk Hana dengan lembut. "Aku marah karena aku khawatir kepada mu honey. Kau melukai diri mu sendiri, itu lah yang membuat ku sangat marah."

Hana yang mendengar penjelasan Jun kepadanya merasa sangat tersentuh. Ternyata ia salah sangka, ia mengira kalau Jun tidak akan mencintainya lagi.

Memang terdengar sangat berlebihan, tapi kalian tentu nya tahu bukan? Kalau Hana sangat mencintai Jun.

Dan ketakutan terbesarnya adalah kalau Jun membencinya. Itu lah yang paling ia takutkan lebih dari apapun.

Jun perlahan melepaskan pelukannya. Di wajah tampan itu kemudian terlukis sebuah senyuman. "Sekarang kau tidak perlu takut lagi hmm?"

Hana mengangguk, tangan nya terulur memegang pipi Jun. "M-maafkan aku."

Jun memegang tangan Hana yang berada di pipinya lalu mencium tangan itu. "Tidak perlu meminta maaf honey," ucap Jun.

See? Mereka akhirnya baik-baik saja bukan? Tidak jarang di dalam sebuah hubungan ada kesalahpahaman atau pun pertengkaran kecil.

Akan tetapi Han dan Jun pasti akan menyelesaikan masalah itu dengan cara seperti ini. Yaitu membicarakan semuanya dengan baik-baik.

Seperti yang ia katakan sebelumnya.

Jun menidurkan kepalanya pada paha putih milik Hana. Dan hal itu membuat Hana tersenyum lembut, tangan Hana perlahan mengusap rambut Jun yang terasa halus.

Jun menutup kedua matanya, karena merasa sangat nyaman akan usapan lembut pada rambutnya.

Ia memang terkadang sering melakukan ini, ia juga kadang sering memeluk Hana dengan tiba-tiba. Itu karena Hana bagaikan sumber energi baginya.

"Chagi..." panggil Hana.

"Hmm?" jawab Jun dengan gumaman.

"Bagaimana saat kau mengantarkan apel-apel itu pada Tuan Seo?" tanya Hana.

Jun membuka matanya yang tadinya terpejam. Ia membalik kepalanya sehingga langsung menghadap pada perut rata kekasihnya.

"Baik-baik saja honey, Tuan Seo mengatakan kalau dia pasti akan memesan kembali kepada ku," jawab Jun dengan tersenyum.

Hana tersenyum senang mendengar jawaban Jun kekasihnya. Tentu ia sangat senang jika perkebunan milik Jun semakin maju.

"Benarkah itu chagi? Aku senang mendengarnya," ucap Hana.

Jun memeluk Hana, ia menyembunyikan wajah tampan nya pada perut rata milik Hana. Dan hal itu membuat Hana merasa gemas akan tingkah Jun.

Saat sibuk memperhatikan kekasihnya itu yang menduselkan wajah nya pada perut miliknya. Tiba-tiba Hana teringat sesuatu.

"Chagi, besok kau ingat bukan?" tanya Hana.

Jun mendadak terdiam. Ia lalu menjauhkan wajah dari perut Hana dan mendudukkan dirinya. Pandangan matanya melihat ke arah lain.

Hana melihat kekasihnya dengan sorot mata yang sendu. "Chagi... kalau kau tidak ingin tidak apa--"

"Tidak," potong Jun dengan cepat. Ia menoleh menatap Hana. "Aku mengingatnya honey, dan kita akan ke sana..." ucap Jun.