Tidak ada satu pun percakapan yang terdengar di atas mobil yang berjalan melewati jalanan itu.
Hanya kesunyian saja yang menemani di antara pasangan kekasih itu. Mereka juga terlihat tidak berniat untuk memulai percakapan.
Hana melihat ke bawah, ia melihat ke arah tangan kekasihnya yang berada di atas pahanya.
Entahlah, bukan nya ia tidak ingin memecahkan keheningan yang terjadi di antara mereka. Ia hanya merasa kalau akan lebih baik seperti ini.
Setengah jam lamanya mereka berada di atas mobil. Sangat jauh bukan? I knew it.
Akhirnya mobil hitam milik Jun telah sampai ke Daegu. Dan berhenti di depan perkebunan miliknya. Jun melepaskan seatbelt nya.
Baru saja Jun akan turun dari mobil, Hana menahan tangan Jun. "Chagi tunggu!" tahan Hana.
Jun langsung berbalik. Tentu ia kaget dengan Hana yang tiba-tiba menahan tangan nya. "Ada apa honey?" bingung Jun.
"Kau ingin masuk ke dalam perkebunan chagi?" Jun mengangguk.
"Tentu saja honey, aku harus bekerja membantu Woosik dan yang lainnya," ucap Jun.
"Untuk hari ini saja, kau tidak bekerja bisa?" tanya Hana.
Jun mengerutkan alisnya mendengar ucapan kekasihnya itu. "Honey... aku harus bekerja. Kau bisa bawa mobil kan? Jadi pulang lah ke rumah dan beristirahat," ucap Jun.
Yah, Hana memang bisa membawa mobil. Tapi Jun sangat jarang, bahkan sering kali melarang Hana untuk membawa mobil.
Terlebih lagi jika itu sangat jauh, tapi kali ini hanya membawa mobil ke rumah mereka saja. Jadi tidak masalah, apalagi jaraknya sangat dekat.
"T-tapi chagi..." gantung Hana.
Jun melepaskan tangan Hana yang menahan nya. Ia tersenyum dengan lembut, lalu mengusap rambut Hana. "Pulang lah... aku janji tidak akan lama," ucap Jun.
KLEK
Jun pun turun dari mobil itu, meninggalkan Hana yang menatap Jun dari dalam kaca mobil dengan tidak rela.
Hana terlihat gelisah, bukan nya ia tidak suka Jun bekerja. Hanya saja ia ingin hari ini Jun beristirahat di rumah saja.
Apalagi setelah apa yang terjadi hari ini, ia yakin kalau Jun sedang tidak baik-baik saja. Ia tahu betul Jun hanya tidak ingin memperlihatkan kesedihan nya itu kepada nya.
Hana dilemma, sekarang apa yang harus ia lakukan? Apakah ia pulang saja menuruti ucapan kekasihnya?
...
Sujin mencabut setiap rumput-rumput liar yang tumbuh di sekitar tanaman tomat itu. Tentu saja ia harus mencabut rumput-rumput liar itu.
Kalau tidak, yang ada tanaman tomat itu tidak akan tumbuh dengan subur. Karena semua nutrisi nya di ambil oleh rumput-rumput liar itu.
"Astaga, punggung ku seperti mati rasa," keluh Woosik.
Sujin terkekeh. "Woosik-ah, sepertinya kau benar-benar sudah tua," ejek Sujin.
Woosik cemberut. "Noona, apa kau tidak lihat wajah tampan ku ini? Bagaimana mungkin aku sudah tua jika wajah ku tampan seperti ini?"
Sujin memutar matanya dengan malas. Jangan heran kalau urusan percaya diri, Woosik lah yang menjadi nomor satu.
"Kalau begitu artinya kau lebih tampan dari Tuan Jun?" goda Sujin.
Woosik terdiam sejenak, ia nampak berpikir. "Hmmm... ya tidak seperti itu juga, kau tahu kan noona Jun hyung itu sangat tampan," ucap Woosik dengan wajah serius.
Dan hal itu berhasil mengundang tawa Sujin. Ya ampun, rupanya hanya Jun seorang yang bisa mengalahkan rasa percaya diri Woosik.
"Hahaha... kau ini ada-- eoh Tuan Jun!" kaget Sujin saat melihat Jun yang berjalan menghampiri mereka.
Sontak Woosik langsung berbalik. "Jun hyung?" kaget Woosik. Mereka berdua pun langsung berdiri.
Jun telah berada di hadapan Woosik dan juga Sujin yang terkejut melihat kedatangan nya. Pasalnya ini sudah menunjukkan jam satu siang.
"Maaf, aku datang terlambat," ucap Jun.
Woosik tentu saja bingung. "Hyung, kau dari mana saja? Aku kira hari ini hyung tidak akan datang ke perkebunan."
Bagaimana ia tidak berpikir seperti itu, ini yang pertama kalinya Jun datang ke perkebunan di waktu siang seperti ini.
Sujin mengangguk. "Iya Tuan Jun, aku kira Tuan Jun tidak akan datang," sahut Sujin.
Jun terkekeh kecil. "Aku pasti akan datang ke perkebunan, hanya saja aku memiliki urusan kecil," ucap Jun.
Benar kan? Ia memang memiliki urusan hari ini. Yaitu mengunjungi makam kedua orangtuanya. Hanya saja tidak ada orang yang tahu akan hal itu.
Hanya dirinya seorang dan Hana kekasihnya saja yang tahu.
"Kalau begitu kau dari mana saja hyung?" tanya Woosik penasaran. Begitu dengan Sujin yang menunggu jawaban dari Jun. Akan sangat bohong jika mereka berdua tidak merasa penasaran.
Jun terdiam sejenak. "Ah... aku hanya bangun kesiangan saja," bohong Jun.
Woosik mengerutkan alisnya. "K-kesiangan?" Jun mengangguk.
"Iya. Sudahlah, sekarang aku akan membantu kalian," Jun membungkuk lalu mengambil karung yang telah terisi oleh rumput-rumput liar yang telah di cabut oleh Woosik dan Sujin.
Jun ikut serta mencabut tanaman-tanaman pengganggu itu. Begitu pun dengan Woosik dan Sujin yang kembali melanjutkan pekerjaan mereka.
Seperti ini lah pekerjaan mereka yang harus mereka kerjakan setiap. Harus merawat setiap tanaman yang mereka tanam agar tumbuh dengan baik.
Memang nya apalagi yang seorang farmers kerjakan.
Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki dari arah pintu masuk perkebunan, sang pemilik langkah kaki itu semakin mendekat ke arah Jun.
"Chagi..." panggil Hana.
Yah, Hana adalah pemilik langkah kaki itu. Ia memutuskan untuk tidak pulang ke rumah.
Jun langsung berdiri, ia terkejut melihat Hana. "Honey? Kenapa kau di sini?" kaget Jun.
Bukan nya menjawab Jun kekasihnya, ia malah melihat Woosik dan Sujin yang terkejut melihat dirinya yang tiba-tiba datang kemari.
"Woosik-ah... Sujin-ah... untuk hari ini Jun tidak akan membantu kalian, apakah tidak apa-apa?" ucap Hana.
Sontak Woosik dan Sujin kebingungan dengan ucapan Hana. "A-ah... tidak apa-apa Nyonya Hana," gagap Sujin.
"I-iya Hana noona, tidak apa-apa," sahut Woosik.
Kenapa Hana harus meminta izin kepada mereka. Lagi pulang perkebunan ini kan milik Jun, jadi terserah Jun.
"Honey, kenapa kau berkata seperti itu?" bingung Jun sambil menatap Hana. Tentu saja ia merasa bingung, akan ucapan Hana yang sangat tiba-tiba.
Hana menoleh. "Chagi, ayo kita pulang. Woosik dan Sujin tidak masalah jika hari ini kau tidak membantu mereka," ucap Hana.
Jun mengerutkan alisnya. "Honey, bukan kah aku menyuruh mu untuk pulang? Aku baik-baik saja honey..."
Woosik dan Sujin saling menatap satu sama lainnya. Mereka berdua saat ini benar-benar bingung dengan apa yang terjadi di hadapan mereka saat ini.
Hana menggeleng kan kepalanya, ia tidak menghiraukan ucapan Jun dan langsung menarik tangan Jun dengan lembut berjalan keluar dari perkebunan itu.
Meninggalkan Woosik dan Sujin yang berdiri kebingungan di sana.
...
"Honey..."
"Honey..."
"Kim Hana!" panggil Jun cukup keras.
Hana langsung menghentikan langkah nya dan berbalik menatap Jun yang juga menatapnya.
"Ada apa dengan mu honey? Kenapa kau menarik ku begini? Aku ingin membantu Woosik dan juga Sujin," ucap Jun dengan sedikit tidak suka akan sikap Hana.
Ia juga bingung kenapa Hana masih di sini? Ia kira Hana telah pulang di rumah menunggu nya di sana.
Namun Hana tiba-tiba datang ke mari dan menarik nya keluar seperti ini.
"Aku tidak apa--" ucapan Jun terpotong.
"Chagi, aku mohon... kita pulang saja yah? Untuk hari ini saja. Aku hanya ingin kau beristirahat," potong Hana dengan kedua tangan nya yang menangkup pipi Jun.
Jun melihat kekhawatiran pada kedua mata kekasihnya. Ternyata kekasihnya itu sangat peduli kepadanya.
"Chagi..." ucap Hana dengan pelan.
Baiklah, Jun mengaku kalah.
Jun memegang tangan Hana yang berada di pipi kanan nya. Kemudian kepalanya perlahan mengangguk. "Baiklah honey, ayo kita pulang..." ucap Jun.