Di bagian negara yang lainnya pun matahari telah menampakkan dirinya dengan begitu cerah nya menggantikan sang bulan.
Begitu pun dengan udara di pagi hari yang berganti, menjadi terasa sangat sejuk dan menyegarkan.
Dan salah satu dari sekian banyak orang di muka bumi, tengah menikmati udara pagi itu dengan menghirup dan memejamkan kedua matanya.
"Hufft..." hembus Hana dengan tenang.
Kedua matanya terbuka dengan perlahan, setelah beberapa kali menghirup udara segar di pagi hari itu.
Ia kemudian berbalik dan mengangkat keranjang baju yang ia letakkan di belakang kakinya.
Keranjang itu penuh dengan pakaian yang harus ia jemur. Yah, di pagi-pagi begini Hana telah memulai kegiatan nya dengan mencuci pakaian.
Ingat, di sini tidak ada tempat laundry jadi Hana harus mencuci semua pakaian mereka sendiri.
Bahkan juga cukup banyak warga desa ini yang pergi ke sungai untuk mencuci baju mereka. Tidak seperti di kota, terdapat tempat laundry dimana saja jadi tidak perlu repot-repot untuk mencuci pakaian sendiri.
Tenang saja... sudah berapa kali ku katakan bukan, kalau Hana telah terbiasa dengan semua hal seperti ini.
Memang awalnya terasa sangat berat dan melelahkan bagi Hana melakukan semua pekerjaan rumah ini, tapi lama-kelamaan ia tidak lagi pernah mengeluh.
Alasan nya simpel saja, karena Kekasihnya Jun lah ia rela melakukan semuanya.
Jika kekasihnya bisa bekerja dengan keras di perkebunan untuk kehidupan mereka, kenapa ia tidak bisa melakukan pekerjaan yang mudah seperti ini.
Hana mengambil satu persatu pakaian basah yang akan ia jemur. "Untung saja hari ini matahari nya sangat bagus."
Ia menjemur pakaian miliknya dan juga Jun dengan rapi pada jemuran yang terbuat dari seutas tali itu.
Hingga yang terakhir ia menjemur sebuah bed cover berwarna putih yang cukup besar, ia memerasnya terlebih dahulu. "Astaga, ini cukup berat," keluh Hana.
Ia berjinjit agar dapat menjemur bed cover itu, kini bed cover itu telah terjemur dan tertiup angin dengan perlahan.
Saat hendak mengambil pakaian lainnya yang harus ia jemur, di balik bed cover itu terlihat bayangan seorang pria.
Tangan pria itu terjulur mencoba menggapai nya dari balik bed cover putih itu. "Oh God! Jun kau mengagetkan ku!" teriak Hana memegang dadanya.
"Hahahaha... aku ketahuan?"
"Tentu saja chagi, mana mungkin tetangga kita yang melakukan nya," ucap Hana.
Benar bukan dengan yang Hana katakan, tetangga nya di sini tidak akan melakukan hal se-random itu. Tidak mungkin juga hantu melakukan nya, hantu mana yang muncul di bawah sinar matahari dan di pagi hari seperti ini.
Yang benar saja!
Jun terkekeh, ia mengangkat bed cover putih itu dan lewat di bawah nya. "Hehehe... aku kira aku tidak akan ketahuan."
Hana tertawa kecil, tangan nya terulur mencubit dengan pelan pipi kekasihnya itu. "Kau ini, memang nya berapa umur mu eoh?"
Jun memeluk Hana dari belakang, meletakkan dagunya pada bahu sempit milik Hana. "Mungkin, tujuh belas tahun?"
"Tujuh belas tahun?" Jun mengangguk. "Aku meminta maaf kepada mu Tuan Jun, tapi jika kau lupa kau sudah berkepala dua," ucap Hana.
Jun cemberut. "Tapi aku masih sangat tampan bukan honey?"
Seperti inilah kekasihnya yang terkadang sangat narsis. Tapi benar juga, dengan yang kekasihnya katakan kalau ia masih sangat tampan.
Anak-anak sekali pun pernah menunjuk Jun dan mengatakan kalau jika besar nanti ia ingin menikah dengan Jun, kekasihnya.
Hana tertawa kecil, memegang tangan Jun yang melingkari pinggangnya. "Iya... iya... kekasih ku ini memang sangat tampan."
Jun mencium pipi kanan Hana, sebagai balasan pujian dari kekasihnya.
"Honey, bisa kau tutup mata mu sebentar?" ucap Jun.
"Menutup mata? Untuk apa chagi?" bingung Hana.
Jun mengangguk. "Sebentar saja..."
Hana pun menuruti permintaan Jun, dengan perasaan heran tentunya. Untuk apa Jun memintanya untuk menutup mata?
"Kau sudah menutup mata mu honey?" Hana mengangguk.
"Iya, aku sudah menutup mata ku."
Jun melepaskan pelukan nya pada pinggang milik Hana. Ia kemudian mengeluarkan sesuatu dari kantong celananya.
Kemudian memasangnya pada leher putih milik Hana dengan perlahan. "Nah, sekarang kau boleh membuka mata mu honey," ucap Jun.
Hana membuka matanya dengan perlahan, lalu berbalik menatap Jun. "Chagi, apa yan--"
"Lihat leher mu honey," potong Jun dengan senyuman pada wajah tampan nya.
Hana menunduk melihat ke arah lehernya, dan selanjutnya kedua matanya membulat. Lehernya telah di lingkari oleh sebuah kalung yang sangat cantik dan berkilau.
Kalung itu di kelilingi oleh berlian-berlian kecil dengan sebuah liontin berbentuk matahari dengan permata berwarna hijau yang berada di tengah nya.
Benar-benar sangat cantik.
"C-chagi... ini... ini..." gagap Hana.
"Bagaimana, kau suka honey? Aku harap kau menyuk--"
GREB
Belum selesai kalimat yang akan Jun ucap kan, Hana langsung memeluk Jun dengan sangat erat. Sampai-sampai membuat Jun sedikit terhuyung.
"Ya! aku sangat menyukainya chagi, sangat!" ucap Hana.
Senyum pada wajah Jun semakin lebar, ia membalas pelukan Hana. "Syukurlah..." ucap Jun.
Jangan tanyakan bagaimana perasaan Hana saat ini, ia benar-benar merasa sangat bahagia. Lihatlah, bagaimana lebar nya senyuman pada wajah cantik Hana.
Hana melepaskan pelukan nya. "Kapan, kapan kau membeli kalung ini chagi?"
Jun mengusap rambut Hana. "Saat aku ke Seoul mengantar apel-apel itu kepada Tuan Seo," jawab Jun.
Hana membulatkan matanya. "Saat kau bersama Woosik?" Jun mengangguk.
"Iya, aku membeli nya di mall terbesar yang ada di Seoul," ucap Jun.
Hana terdiam, ia menatap kalung yang melingkari lehernya itu. "Artinya kalung ini sangat mahal? Kenapa kau membeli nya chagi?"
Maksud ku adalah, siapa pun yang melihat kalung itu pasti akan langsung mengatakan kalau kalung itu bukan lah sebuah kalung dengan harga yang murah.
Apalagi kalung itu di kelilingi oleh berlian-berlian kecil. Sudah pasti ini bukan lah kalung yang murah!
Hana yang tadinya merasa sangat senang tiba-tiba terdiam. Dan Jun menyadari perubahan ekspresi pada wajah kekasihnya itu.
"Honey, ada apa? Kau tidak suka dengan kalung nya?" tanya Jun.
"Chagi, seharusnya kau tidak usah membelikan kalung ini untuk ku. Lebih baik uang nya kau simpan saja," ucap Hana.
Yah, ia merasa kalau Jun telah membuang-buang uang hanya untuk membelikannya kalung mahal ini.
Padahal ia tahu kalau Jun susah payah untuk mengumpulkan uang dari hasil panen perkebunan nya.
Jun menghela nafas, ia kemudian memegang dagu Hana dengan lembut. "Honey dengar, aku membelikan kalung ini untuk mu karena keinginan ku sendiri."
"Selama ini aku belum pernah memberi mu apapun dari hasil jerih payah ku bukan? Dan kalung inilah yang ku berikan kepada mu."
"T-tapi chagi..." gantung Hana.
Jun langsung menempelkan bibir nya pada bibir milik Hana. Ia menyesap rasa manis pada bibir itu.
Ciuman singkat itu pun berakhir, menyisakan Hana yang mengatur nafasnya dengan bibir nya sedikit memerah.
"Honey, aku sama sekali tidak pernah beranggapan kalau aku menghamburkan uang ku untuk mu."
"Jadi aku mohon jangan pernah berpikiran seperti itu. Karena aku sangat mencintai mu, jadi apapun akan ku lakukan untuk mu..." ucap Jun dengan kedua matanya yang menatap Hana.
Jun tersenyum. "Dan juga, kau sangat cantik mengenakan kalung itu honey."
Hana terlihat berkaca-kaca, senyuman tipis perlahan menghiasi wajah nya. Ia pun berjinjit mencium bibir milik Jun, namun sebelum itu ia bergumam. "Thank you, for being my love..."