Sebuah mobil mewah berhenti di depan sebuah rumah bergaya tradisional tanpa pagar atau pun gerbang.
Rumah itu terlihat sangat sederhana, tidak terlalu besar tidak juga terlalu kecil.
"Tuan Sahi, kita telah sampai," ucap sang supir.
Setelah menempuh perjalanan yang cukup lama dan sedikit membuat kakinya terasa keram, mereka telah sampai di tujuan mereka.
Yakni Yokohama, sebuah kota yang terkenal akan tempat-tempat wisata nya yang indah dan tentunya Yokohama Bay Bridge yang sangat populer.
Yang bahkan tadi sempat di lalui oleh mobil mewah milik ketua mafia kita.
Sahi mengangguk, lalu membuka pintu mobil dan turun dari dalam mobil. Tepat saat Sahi berbalik, mobil milik anak buah nya tiba setelah mobil miliknya.
Lima anak buah nya turun dari mobil itu dan segera berjalan menghampiri Sahi.
"Kalian tidak perlu mengikuti ku masuk ke dalam," ucap Sahi.
Kelima anak buah nya terlihat terkejut dengan perkataan Sahi, ketua mereka. "T-tapi Tuan Sahi..." gantung mereka.
"Kami tidak bisa membiarkan Tuan masuk sendirian ke dalam sana Tuan Sahi!" ucap salah satu anak buah nya.
Bagaimana mungkin mereka membiarkan pemimpin mereka masuk ke dalam rumah itu sendirian, bagaimana kalau ada hal buruk yang akan terjadi?!
Dan bagaimana kalau ternyata ada musuh di dalam sana?! Yang benar saja!
Sahi menggelengkan kepalanya. "Tidak, aku akan masuk sendirian. Kalian cukup menunggu ku di luar saja."
"Dan ini adalah perintah!" tegas Sahi menekan kalimat akhirnya.
Kelima anak buah nya itu saling menatap satu sama lain, kemudian berkata. "B-baik Tuan Sahi..."
Memang nya apalagi yang harus mereka katakan, jika Sahi telah memerintahkan mereka. Melawan ataupun menolak perintah dari Sahi sama saja dengan mencari mati.
And they don't want their life to end this quickly.
Sahi pun berjalan masuk ke rumah itu, ia melihat ke kanan dan ke kiri sekitar rumah yang nampak sangat sepi itu.
Kelima anak buah nya terus memperhatikan punggung Sahi dengan perasaan cemas, hingga Sahi telah masuk ke dalam rumah itu menghilang dari pandangan mereka.
...
Sahi melangkahkan kakinya dengan pelan menginjak lantai kayu itu, dengan kedua matanya yang melihat deretan pintu yang ada di rumah itu.
Tunggu dulu, kenapa Sahi pergi ke rumah ini? Aku tahu rumah ini memang berada di Yokohama, tapi kenapa rumah ini?
Bukan kah Sahi tidak mengetahui siapa pengirim pesan yang di temukan di dalam kontak peti kayu itu.
Lalu kenapa Sahi kemari?
Sahi menghentikan langkah nya, ia lalu melihat jam mahal yang melingkari pergelangan tangan nya.
Jam itu tepat menunjukkan pukul 09:00 am, sepertinya yang tertulis pada kertas kecil berwarna cokelat itu.
Kakinya melangkah, ke ruang utama rumah itu dan tepat saat itu juga Sahi kembali menghentikan langkahnya.
Kedua matanya melihat seorang pria yang menggunakan kemeja berwarna biru tua tengah duduk bersila di sana, dengan secangkir teh yang ada di hadapan nya.
Pria itu meletakkan cangkir teh miliknya, kemudian menoleh. "Ah... kau memang selalu tepat waktu Tuan Sahi."
Sahi tidak berkata apa-apa, ia berjalan kemudian duduk bersila di hadapan pria itu.
"Aku memang selalu tepat waktu Tuan Mads," ucap Sahi.
Yah, pria itu adalah Mads Mylon yang telah menjual senjata kepada nya beberapa hari yang lalu. Dan ia juga yang memberikan pesan itu kepada Sahi.
Apakah artinya Sahi sudah tahu sejak awal kalau Mads lah yang mengirimkan pesan itu kepada nya?
Benar, Sahi telah mengetahuinya sejak awal. Kalau Mads lah yang mengirimkan pesan itu kepadanya.
Lalu bagaimana Sahi dapat mengetahuinya? Kalian pikir saja, kertas kecil itu di temukan oleh salah satu anak buah nya di dalam peti kayu itu yang berisikan senjata yang telah ia beli dari Mads.
Jadi sudah jelas, siapa lagi yang akan mengirimkan pesan itu kepadanya jika bukan Mads.
Mads tertawa kecil. "Aku kira kau sudah lupa dengan rumah ini," ucap nya.
"Mana mungkin aku lupa dengan markas kecil milik mu ini," ucap Sahi.
Yah, rumah sederhana ini adalah markas milik Mads yang sengaja di buat sesederhana mungkin.
Agar orang-orang dan musuh nya tidak akan curiga dengan rumah ini.
"Kau tahu Tuan Sahi, aku semakin menyukai mu," ucap Mads sambil tersenyum tipis.
Sahi tidak menanggapi ucapan Mads kepadanya. Ia membuka jas hitam yang ia kenakan dan meletakkan jas itu di atas pahanya.
Sahi menatap Mads, kedua tangan nya ia naik kan di atas meja kayu itu. "Katakan, apa tujuan mu meminta ku datang kemari?"
Sahi bukan lah tipe orang yang suka berbasa-basi jika menyangkut sesuatu hal yang serius.
Itu karena waktu nya jauh lebih berharga untuk ia gunakan pada hal yang lainnya.
"Tenang saja Tuan Sahi, aku tidak ada niatan buruk apalagi untuk menyakiti mu."
"Aku hanya ingin menanyakan sesuatu hal kepada mu, jika kau tidak keberatan..." ucap Mads.
Tujuan Mads meminta Sahi kemari memang bukan untuk melakukan sesuatu hal yang jahat kepada Sahi, apalagi sampai membunuh pria itu.
Yang ada dirinya lah yang akan duluan terbunuh jika mencoba untuk membunuh Sahi.
Yes, he admits that he is afraid of Sahi. Now you all feel satisfied for knowing those fact right?
Sahi mengerutkan alisnya. Tapi baru saja ia ingin membuka mulut, seorang wanita dengan baju kimono masuk ke dalam ruang utama itu membawakan secangkir teh hijau untuk nya.
Setelah meletakkan secangkir teh hijau itu dengan penuh kehati-hatian, wanita itupun berjalan keluar dari sana.
"Apa yang ingin kau tanyakan kepada ku?" tanya Sahi tepat setelah wanita itu pergi.
"Tidak kah sebaiknya kau meminum terlebih dahulu teh milik mu Tuan Sahi?"
Sahi menunjukkan ekspresi tidak suka nya pada ucap Mads. "Apa kau berusaha untuk mempermainkan ku Tuan Mads," dingin Sahi.
Mads menggelengkan kepalanya. "Tentu tidak Tuan Sahi, hanya saja tidak perlu terburu-buru Tuan Sahi," ucap Mads.
"Kau membuang-buang waktu ku Tuan Mads!" kesal Sahi. Sudah ia bilang bukan, kalau ia tidak suka berbasa-basi.
Baru saja Sahi ingin beranjak dari duduknya, suara Mads membatalkan niatnya.
"Apa kau sudah menemukannya Tuan Sahi!" seru Mads.
Sahi menatap Mads. "Apa maksudmu?"
Apa maksud perkataan Mads, dan siapa pula yang di maksud oleh Mads.
"Ayolah Tuan Sahi, aku tahu kau telah mencari orang itu selama bertahun-tahun lamanya," ucap Mads.
Sahi terdiam sejenak mendengar ucapan Mads. Ah... sekarang ia tahu siapa yang di maksud oleh pria yang duduk di hadapan nya saat ini.
Jadi ini alasan kenapa Mads memintanya untuk kemari, hanya untuk menanyakan hal ini?!
Raut wajah Sahi berubah menjadi datar. "Bukan urusan mu, jika aku menemukan nya ataupun tidak," ucap Sahi dengan dingin.
Satu hal yang harus kalian ketahui, Sahi sangat tidak suka dengan orang yang berusaha mencampuri urusan nya.
"Tuan Sahi, selama ini kau sudah mencarinya selama bertahun-tahun tapi kau belum juga menemukan nya hingga saat ini."
"Kau juga sudah mencari kemana pun, tapi tidak satu pun dari anak buah mu yang membuahkan hasil."
Sahi mengepalkan tangan nya yang berada di bawah meja itu dengan emosi. "Kau... hal ini sama sekali tidak ada urusan nya den--"
"Bagaimana jika aku membantu mu," potong Mads atas ucapan Sahi.
Sahi terlihat terkejut. "Apa yang kau katakan..."
Mads menatap Sahi, tangan nya ia gunakan untuk menopang dagunya. "Aku Mads Mylon akan membantu mu menemukannya, Bagaimana kau tertarik Tuan Sahi?" tawar Mads dengan senyuman pada wajah nya.