Jun berjalan di jalan yang cukup besar itu, dengan menggunakan topi berwarna hitam yang menutupi wajah nya dari sinar matahari.
Yah, ia berjalan ke perkebunan milik nya. Kenapa ia tidak menggunakan mobil? jawaban nya karena Jun sedang malas untuk membawa mobil.
Lagi pula jarak perkebunan dari rumah nya tidak lah jauh. Jadi berjalan-jalan sedikit tidak ada salah nya bukan.
Ia sudah dapat melihat dari ujung sana beberapa farmers yang telah datang dan bekerja.
Sebagai pemilik perkebunan, Jun tentu merasa sangat senang dengan para pekerja nya yang sangat rajin.
Mereka tidak pernah mengecewakan Jun, mereka selalu bekerja dengan sangat rajin dan tidak pernah mengeluh dengan pekerjaan yang Jun berikan.
"Selamat pagi Tuan Jun," sapa seorang pria paruh baya dengan sebuah topi jerami yang ia kenakan
Jun tersenyum. "Oh, selamat pagi..."
"Tuan Jun, kami telah menanam bibit strawberry yang Tuan minta."
"Oh benarkah? Di bagian mana kalian menanamnya?"
"Di sebelah sana Tuan, tepat di samping kebun semangka."
"Baiklah, aku akan pergi ke sana untuk mengeceknya."
Jun berjalan ke tempat para farmers nya menanam bibit strawberry itu. Ia melewati kebun jeruk yang rimbun dengan buah nya yang mulai menguning.
Tidak jarang jika melewati kebun-kebun miliknya, Jun akan memetik setiap buah untuk ia coba sendiri.
Hal itu ia lakukan agar dapat mengetahui, sebagus apa kualitas buah yang ia tanam di perkebunan miliknya.
Jika hasilnya tidak bagus dan tidak sesuai dengan standar perkebunan yang ia buat, maka Jun tidak akan menjualnya ke Seoul.
Ia hanya akan menjual nya ke desa-desa yang lainnya ataupun pasar yang ada di desa lain dengan harga yang murah.
Itu jauh lebih baik bukan, di bandingkan ia membuangnya begitu saja. Jangan salah paham, bukan berarti ia menjual buah-buahan dengan kualitas jelek.
Jun tidak akan pernah melakukan hal itu. Buah-buahan yang ia jual tetap berkualitas bagus, hanya saja tidak berkualitas grade A+ seperti yang ia jual ke Seoul.
Ia telah berada di tempat bibit strawberry berada. Sudah terlihat pucuk kecil yang mulai mencuat dari dalam pot-pot itu.
Ternyata farmers nya menanam bibit-bibit strawberry itu dengan sangat baik.
Kenapa orang-orang yang bekerja menjadi farmers di perkebunan ini selalu berhasil jika menanam bibit-bibit, itu karena Jun yang mengajarkan langsung kepada mereka bagaimana cara menjadi farmers yang handal.
Jun mengajarkan semuanya kepada mereka mulai dari nol, hingga mereka semua telah mahir dalam bidang perkebunan.
"Oh, Tuan Jun?"
Jun berbalik ke belakang begitu mendengar suara seseorang yang memanggilnya. "Ah, Sujin..."
Benar, itu adalah Sujin yang tengah membawa sebuah cangkul.
"Tuan Jun, apa yang Tuan Jun lakukan di sini?" tanya Sujin.
"Aku sedang mengecek bibit-bibit strawberry ini," jawab Jun. Ia kemudian melihat cangkul yang di bawa oleh Sujin. "Cangkul itu untuk apa?"
Sujin melihat cangkul yang ia letakkan di sampingnya. "Ah... aku habis mengambil tanah yang ada di dekat sungai Tuan Jun."
Jun mengerutkan alisnya. "Tanah?"
Sujin mengangguk. "Iya Tuan Jun, tanah yang ada di dekat sungai itu sangat bagus. Tanah nya sangat subur."
Yah, ia selalu mengambil tanah di dekat sungai itu. Seperti yang ia katakan, kalau tanah itu sangat bagus.
Tekstur tanah nya sangat gembur, juga memiliki warna tanah cokelat kehitaman karena unsur mineral yang lengkap pada tanah tersebut. Yang nantinya akan menjadi sumber makanan bagi tanaman.
Dan dari mana Sujin mendapatkan informasi tentang tanah yang subur itu? Ia mendapatkannya dari Woosik.
Woosik lah yang mengatakan kepada Sujin kalau ia menemukan tanah dengan kualitas yang sangat bagus.
Tidak, jangan tanyakan padaku bagaimana cara Woosik pertama kali menemukan tanah subur itu. Tanyakan saja kepada Woosik, si sang penemu tanah kita.
"Hah? Benarkah?" Sujin mengangguk.
"Iya Tuan Jun, aku sudah beberapa kali menggunakan tanah itu untuk menanam. Kemarin aku ingin memberitahukannya kepada Tuan Jun tentang tanah itu, tetapi kemarin Tuan Jun pulang," ucap Sujin.
Memang benar ia ingin memberitahukan perihal tentang tanah itu kepada Jun, tetapi kalian ingat sendiri kan kalau kemarin Jun pulang karena Hana.
Tiba-tiba Sujin teringat sesuatu, ia teringat saat Hana muncul dengan tiba-tiba dan meminta kepada Jun untuk pulang.
"Tuan Jun..." panggil Sujin.
"Ya, ada apa?" sahut Jun.
Sujin terlihat berpikir sejenak. "Hmm... kemarin, apa Tuan Jun baik-baik saja?"
Jun mengerutkan alisnya. "Kemarin?"
"Iya Tuan Jun, saat Nyonya Hana meminta Tuan untuk pulang. Apakah Tuan Jun baik-baik saja?" tanya Sujin.
Sebenarnya selepas Hana menarik Jun untuk pulang kemarin, Woosik dan Sujin sama-sama kebingungan.
Keduanya di buat bingung dengan Hana, pasalnya tidak biasanya Hana bersikap seperti itu.
"Apakah Tuan Jun sakit?" tanya Sujin kembali.
Yah, Woosik dan Sujin keduanya berpikir kalau kemarin mungkin Jun sedang sakit. Sehingga Hana meminta Jun untuk pulang.
Jun terdiam sejenak. "O-oh... iya, kemarin aku memang sedang tidak enak badan," jawab Jun.
Bohong.
Tentu saja jawaban yang Jun berikan sebuah kebohongan. Kalian tahu pastikan, apa yang sebenarnya terjadi.
"Tuan Jun sakit?! kalau begitu hari ini Tuan Jun sebaiknya tidak usah bekerja," ucap Sujin dengan khawatir.
Jun terkekeh. "Tidak apa, aku baik-baik saja. Aku tidak merasa sakit lagi," ucap Jun menenangkan Sujin.
"Tuan Jun yakin?" tanya Sujin memastikan.
Jun mengangguk. "Yah, sangat yakin."
Yah, inilah alasan mengapa orang-orang di desa ini tidak mengetahui kehidupan pribadi Jun, selain fakta kalau Jun adalah cucu dari keluarga Hyun, berasal dari keluarga berada, dan memiliki kekasih bernama Kim Hana.
Itu karena Jun yang tidak ingin menceritakan kepada siapapun tentang masa lalunya maupun kehidupan pribadi nya.
"Oh iya, dimana Woosik?" Jun baru sadar jika Woosik belum juga menampakkan batang hidungnya.
"Ah, Woosik belum kemari Tuan Jun. Katanya ia memiliki sedikit urusan," jawab Sujin.
Pagi-pagi tadi memang Sujin ke rumah Woosik, berniat untuk mengajak Woosik agar pergi bersama ke perkebunan.
Tapi Woosik mengatakan kepadanya kalau ia tidak bisa pergi bersama Sujin dan juga mengatakan kalau ia akan datang terlambat ke perkebunan.
"Urusan?" Sujin mengangguk.
"Iya Tuan Jun, Woosik mengatakannya kepada ku tadi pagi," ucap Sujin.
Tidak biasanya Woosik mengatakan kalau anak itu ada urusan seperti ini. Apakah mungkin keluarga Woosik akan datang?
Tapi... Jun sangat tahu bagaimana keadaan keluarga Sujin.
"Apakah Woosik mengatakan kepada mu urusan apa yang akan ia lakukan?" Sujin menggelengkan kepalanya.
"Tidak Tuan Jun, tapi tadi pagi Woosik mengatakan kepada ku kalau dia ingin ke rumah Tuan Jun."
Jun mengerutkan alisnya. "Ke rumah ku?" bingung Jun.
"Iya Tuan Jun, Woosik bilang dia ingin menemui Nyonya Hana," ucap Sujin.