Bias matahari memasuki sela-sela gorden yang ada pada kamar yang sangat luas itu. Kamar itu bernuansa sangat mewah.
Tidak banyak perabotan yang ada di dalam kamar hampir seluas ruang tamu itu. Yah, sangat besar bukan?
Terdengar suara decitan ranjang berukuran king size yang berada di kamar itu. Di atas ranjang itu terlihat sebuah kepala dengan rambut berwarna biru yang menyembul dari selimut putih itu.
Perlahan sebuah tangan keluar dari dalam selimut itu, meraba-raba meja kecil yang berada di samping ranjangnya.
Hingga berhasil mengambil ponsel mahal miliknya, ia membawa ponsel itu ke dalam selimut nya. Melihat jam yang tertera pada layar ponsel miliknya.
"Hah..." helaan nafas terdengar dari balik selimut itu.
SREK
Selimut itu tersibak dengan tidak santainya, hingga terlihat wajah tampan Sahi yang masih sangat mengantuk. Bahkan kedua matanya masih terpejam, karena rasa ngantuk yang masih melandanya.
Tok... tok... tok...
"Tuan... Tuan Sahi..." panggil maid nya yang tengah mengetuk pintu kamar milik Sahi.
Sahi membuka matanya yang terpejam, lalu mengusap wajah nya dengan kasar. "Ada apa?" sahut nya dari dalam kamar.
"Sarapan Tuan Sahi telah siap," ucap maid itu.
"Sebentar lagi aku akan keluar," Maid itu pun berjalan meninggalkan kamar Tuan nya.
Dengan perasaan tidak rela meninggalkan ranjangnya yang sangat nyaman, Sahi menyibakkan selimut nya dan turun dari ranjang.
"God, aku masih sangat mengantuk," ucap Sahi.
Sahi memiliki insomnia, terkadang ia sangat susah untuk tidur saat malam hari. Itulah sebabnya ia biasanya akan bangun saat angka jarum panjang pada jam mahal miliknya menyentuh angka sepuluh.
Tapi kali ini ia harus bangun pagi.
Sahi bangkit dari ranjang nya, mengambil bathrobe putih yang ia gantung di pintu lemari nya, kemudian berjalan masuk ke kamar mandi. Tentu saja kamar itu di lengkapi oleh kamar mandi, mana mungkin kamar sebesar itu tidak di lengkapi dengan kamar mandi.
Yang benar saja!
Tiga puluh menit Sahi habiskan untuk mandi dan sebagainya. Ia keluar dari kamarnya, dan berjalan ke arah meja makan.
Terlihat para anak buah nya yang semuanya menggunakan jas hitam berbaris dengan rapi.
"Semuanya! Selamat pagi Tuan Sahi!" seru mereka dengan serempak dan membungkuk kan badan mereka.
Yah, ini sudah menjadi sebuah kebiasaan di mansion besar ini. Yakni, wajib memberikan salam kepada Tuan mereka atau pemimpin mereka.
Sahi berjalan melewati barisan anak buah nya itu. Bukan kah sangat keren? Bak film-film bertema kan mafia yang biasanya kalian tonton ataupun lihat.
Dan memang seperti di film-film itulah kehidupan seorang Hamada Sahi. It's exactly the same.
Sahi telah duduk di meja makan, berbagai macam hidangan Jepang telah tersaji di atas meja itu, dan tentunya sushi adalah makanan wajib yang harus selalu ada di atas meja makan itu.
Itu karena Sahi sangat menyukai sushi sejak dirinya masih berumur lima tahun.
"Selamat menikmati Tuan Sahi," ucap maid nya yang membungkuk kan badan lalu pergi dari sana.
Di mansion ini tidak banyak seorang maid, hanya satu orang maid saja yang Sahi pekerjakan di mansion ini.
Kalian tahu alasan nya bukan? Itu karena Sahi yang tidak boleh mempekerjakan sembarang orang di mansion besar nya itu.
Ayolah... ia seorang pemimpin mafia yang sangat di kenal di kalangan dunia bawah. Bisa saja, orang-orang yang ia pekerjakan di mansion miliknya malah merupakan musuh yang berusaha menghabisinya.
Tapi tenang saja, seluruh orang-orang yang bekerja kepada nya telah Sahi pastikan kalau mereka bukan lah seorang musuh.
Sahi bahkan tahu semua informasi tentang mereka, jadi tidak ada yang perlu di takutkan.
Sahi mulai memakan sarapan nya seorang diri di meja yang cukup besar itu seperti biasanya. Sudah pernah ku katakan bukan, kalau di Mansion ini ia hanya tinggal seorang diri.
Tap... tap... tap...
Suara langkah kaki terdengar. "Tuan Sahi, mobil Tuan Sahi telah siap," ucap anak buah Sahi.
"Sepuluh menit lagi, aku belum menyelesaikan sarapan ku," ucap Sahi.
"Baik Tuan Sahi."
Sahi memang tidak pernah ingin melewatkan sarapan pagi nya. Itu karena dirinya yang sangat sulit jika ingin memakan makanan di luar.
Ia harus memesan ruang VIP terlebih dahulu di sebuah restaurant jika ingin makan di restaurant tersebut.
Ingat, musuh bisa saja berada di mana-mana.
Hah... merepotkan memang dan mengancam nyawa, tapi seperti inilah kehidupan nya. Dan ia sudah terbiasa akan hal itu.
Sahi telah menyelesaikan sarapan nya, ia meninggalkan ruang makan dan berjalan ke arah mobilnya yang telah terparkir.
Ada dua mobil yang telah di siapkan di sana, satu mobil untuk nya dan satu lagi mobil untuk anak buah nya yang akan mengawal nya.
"Silahkan Tuan Sahi," ucap sang supir yang membuka kan pintu mobil untuk Sahi.
Sahi pun masuk ke dalam mobil itu, memasang seatbelt. Begitu pun dengan sang supir yang segera masuk ke dalam mobil.
Mobil mewah itu pun berjalan meninggalkan mansion, di ikuti mobil hitam yang berada di belakangnya.
Sahi melihat ke arah luar kaca mobil, cuaca hari ini sangat cerah. Lihatlah langit yang sangat biru itu.
Bunga-bunga sakura juga dengan cantiknya bermekaran di setiap pinggir dan sudut jalan. Benar-benar sangat cantik.
"Tuan Sahi," panggil sang supir.
"Ada apa?" sahut Sahi.
"Kita mungkin akan sampai ke tujuan sekitar satu jam lamanya."
"Tidak masalah, yang penting aku sampai ke tempat tujuan ku."
"Baik Tuan."
Bukan kah, satu jam itu waktu yang cukup lama untuk berada di perjalanan? Jadi, ingin kemana pemimpin mafia kita ini.
Belum ada sepuluh menit Sahi berada di dalam mobil itu, ponsel miliknya berdering.
Drrtt... drrtt.. drrtt...
Sahi melihat nama yang tertera di layar ponsel nya, lalu segera mengangkat panggilan itu.
"Kenapa kau menelpon ku?" tanya Sahi.
"Yak! pagi-pagi begini kau sudah hilang saja!" omel pria di seberang sana.
"Kau berada di mansion ku?"
"Iya Tuan Hamada! aku berada di mansion mu!" jawab Yuta dengan penuh penekanan.
Yah, Yuta saat ini telah berada di mansion Sahi selepas Sahi pergi lima menit yang lalu.
"Lagi pula, untuk apa kau ke mansion ku?"
"Kau ini! aku ini sahabat mu, apakah aku tidak boleh mengunjungi sahabat ku sendiri?!"
Sahi menjauhkan ponselnya dari telinganya, karena suara Yuta yang sangat nyaring dari seberang sana.
Sahi menghela nafas. "Hah... baiklah... baiklah..."
"Sekarang katakan kau dimana?" desak Yuta.
"Aku sedang berada di atas mobil."
"Tuan Hamada Sahi yang sangat terhormat aku tahu hal itu. Dan kau akan kemana?!" tanya Yuta dengan kesal.
Bisa semakin emosi ia jika lama-lama berbicara dengan sahabat nya ini.
Sahi terdiam sejenak. "Ke Yokohama, aku akan ke Yokohama," jawab Sahi.