Chereads / DEVILISH / Chapter 20 - GENUS

Chapter 20 - GENUS

Seorang pria tampan dengan surai merah miliknya, terlihat menggunakan baju kaos berkerah berwana putih. Yang tidak seperti biasanya menggunakan jas.

Sedangkan di sampingnya ada pria tampan yang sedikit lebih tinggi dari pria berambut merah itu, juga menggunakan baju kaos berkerah berwarna hitam.

Mereka berdua berada di hamparan lapangan yang sangat luas, dengan sebuah mobil putih yang terparkir tidak jauh di belakang mereka.

"Tuan Sahi, kau masih sangat cukup handal rupanya," goda Yuta.

Sahi memutar matanya dengan malas. "Sudah berapa kali ku bilang, berhenti memanggilku dengan embel-embel Tuan," jengah Sahi.

Yuta cengengesan dengan tampan nya. "Maaf, aku lupa. Habisnya wajah mu sangat memperlihatkan aura Tuan muda," ucap Yuta.

Sahi hanya menghela nafas mendengar ucapan Yuta. Sudah terlalu biasa dengan sikap teman nya itu.

Sahi membuka kedua kakinya selebar bahu, kedua tangan nya memegang sebuah stick yang ia arahkan pada sebuah bola kecil berwarna putih.

Mata kirinya tertutup membidik bola itu, agar masuk ke sebuah lubang kecil dengan bendera yang tertancap pada lubang itu.

Kedua tangan nya kemudian mengayunkan stick yang ia pegang memukul bola itu. Dan...

TUK

Seperti sebelumnya bola itu tepat sasaran masuk ke dalam lubang kecil itu. Like Yuta said, Sahi it's good at it.

Sekarang kalian sudah bisa menebak di mana dan apa yang tengah di lakukan kedua pria tampan itu?

Benar! mereka berdua berada di sebuah lapangan golf pribadi, yang tentunya milik Sahi sang Tuan muda.

So you guys now can imagine how rich Sahi is. I mean... he owned those mansion and now this golf field too? He must be really rich.

PROK

PROK

PROK

"Dude! kau memang sangat handal! aku tidak akan meragukan kemampuan bermain golf mu lagi," ucap Yuta sambil bertepuk tangan.

"Apa kau baru menyadari nya sekarang? Aku bahkan dulu selalu mengalahkan mu," ucap Sahi sambil tertawa kecil.

Yah, ini bukan kali pertama mereka berdua bermain golf di lapangan golf pribadi milik Sahi itu.

Yuta berdecak lalu cemberut. Tapi memang benar, ia selalu kalah jika melawan Sahi si Tuan muda itu.

GREB

Yuta merangkul bahu Sahi. "Kalau seperti itu kau harus mengajari ku."

"Aku? Mengajari mu?" Sahi menunjuk dirinya sendiri. "Cih, apa kau lupa sudah berapa kali aku mengajari mu waktu itu? Dan kau adalah orang yang paling susah ku ajari."

Memang benar, Sahi telah mengajari Yuta sebelumnya bermain golf. Tapi hasilnya... tetap sama. Yuta sama sekali tidak mengerti dengan yang apa yang ia ajarkan.

Jadi bagi Sahi mengajari Yuta sama halnya dengan membuang-buang waktu.

Yuta mengeluarkan cengiran nya. "Hehehe... jangan lah seperti itu kawan."

Sahi dan Yuta pun melanjutkan permainan golf mereka hingga beberapa ronde. Lalu apa alasan Sahi bermain golf? Itu karena Sahi pernah mengatakan kepada Yuta, kalau bermain golf adalah salah satu hobi ayah nya sebelum meninggalkan nya.

Meninggalkan?

Iya, pergi meninggalkan Sahi. Tepatnya saat ia berumur sepuluh tahun entah kemana.

Terkejut? Aku tahu kalian pasti akan terkejut.

Tiba-tiba dari arah belakang mereka, terlihat seorang pria dengan setelan jas hitam yang ia kenakan. Pria itu berjalan ke arah Sahi dan juga Yuta.

"Tuan Sahi..." panggil pria itu.

Sahi dan Yuta sontak langsung berbalik. "Ada apa?" sahut Sahi saat melihat salah satu anak buah nya.

Pria itu membungkuk. Kalian tentu tahu bukan dengan budaya orang Jepang saat memberikan salam. "Tuan Sahi, tamu anda telah datang," ucap nya.

Sahi dan Yuta saling melihat satu sama lain. "Baiklah, aku akan segera ke sana bersama Yuta," ucap Sahi.

...

Seperti pagi dan hari-hari sebelumnya, pasangan kekasih yang sangat manis dan membuat iri itu telah bangun.

"Chagi..." panggil Hana sambil berjalan keluar dari rumah itu. Ia telah terlihat segar sehabis mandi dan juga terlihat cantik.

Kedua mata Hana melihat Jun kekasihnya yang tengah berada di halaman depan rumah. Jun terlihat sedang berolahraga.

Jun memang sering berolahraga, meskipun pekerjaan setiap harinya pun sudah menguras tenaga dan juga keringat.

Hana berdiri tepat di belakang Jun. Lihatlah bagaimana kotak-kotak pada perut kekasihnya itu yang terlihat sangat sempurna.

Benar, Jun saat ini tidak mengenakan baju, ia tengah bertelanjang dada. Meskipun Hana sudah sering melihat kekasihnya itu bertelanjang dada, tapi tetap saja ia masih sering terpesona.

"Honey, kau disini?" ucap Jun saat berbalik melihat Hana yang terpaku, sambil mengusap keringatnya.

Jun mengerutkan alisnya. "Honey?" tidak ada jawaban dari Hana. Jun mencubit pipi Hana. "Honey! kenapa kau melamun?"

"Aww!" rintih Hana karena cubitan Jun pada pipinya. "Hehehe... tidak apa-apa," jawab Hana salah tingkah.

Sekarang dirinya ketahuan, kalau ia sedari tadi asik menatap abs milik kekasihnya. Toh, tidak apa-apa kan? Lagi pula Jun kan kekasihnya.

Jadi tidak ada masalah.

Jun tersenyum nakal. "Ah, apa kau sedang memandangi tubuh ku honey hmm?" goda Jun.

BLUSH

Dalam hitungan detik kedua pipi Hana langsung memerah sempurna. "T-tidak..." bohong Hana.

Astaga ia sangat malu. Apalagi Jun menatapnya dengan tatapan nakal seperti itu.

"Hahahahaha... honey, kau sangat lucu!" tawa Jun melihat Hana yang salah tingkah dengan kedua pipi yang memerah itu.

Hana seketika cemberut. "B-berhenti menggoda ku chagi!"

"Hahaha... baiklah... maafkan aku honey," ucap Jun sambil berusaha menghentikan tawanya.

"Baiklah, kenapa kau kemari honey?" tanya Jun, setelah berhasil menghentikan tawanya. Ia tidak ingin membuat Hana ngambek, bisa-bisa nanti ia tidak dapat jatah lagi.

Tentu kalian pasti tahu, jatah apa yang di maksud kan oleh Jun.

Hana memberikan sebuah handuk kecil kepada kekasihnya. "Aku ingin memberikan mu ini chagi."

Jun tersenyum. "Ah, terima kasih honey. Aku tadi lupa mengambil nya saat berada di kamar," Jun pun mengusap keringat nya dengan handuk itu.

Lumayan, Jun menghabiskan waktu berolahraga sekitar tiga puluh menit lamanya.

"Chagi, ini sudah hampir jam delapan," ucap Hana dengan nada seperti mengingatkan Jun.

Jun mengalungkan handuk kecil itu pada lehernya. "Jangan khawatir honey, setelah ini aku akan bersiap."

"Baiklah, kalau begitu segera lah bersiap chagi. Aku tidak ingin kita kesiangan," ucap Hana.

Jun menjulurkan tangan nya mengusap rambut Hana. "Iya... iya... Hyun Hana," ucap Jun.

Hana mendelik mendengar ucapan Jun. "Yak! jangan merubah marga ku seenak nya!" protes Hana.

Jun mengangkat kedua bahunya. Ia lalu melangkah mendekati Hana, ia mensejajarkan wajah nya dengan wajah Hana. Dan hal itu refleks membuat Hana memundurkan wajah nya.

"A-apa..." gantung Hana.

Jun menatap kedua mata Hana. "Kenapa hmm? Lagi pula suatu saat nanti marga mu akan berubah sweetheart."

Dan detik berikutnya...

CHUP

Jun mencuri sebuah ciuman dari bibir se-merah cherry milik Hana. "Benar bukan, Hyun Hana?" bisik Jun.

Jun langsung berlari, pergi meninggalkan Hana begitu saja. Meninggalkan Hana yang mematung dengan kedua pipinya yang semakin merah hingga menjalar ke telinganya.

Sedetik kemudian terdengar teriakan Hana. "A-aku... HYUN JUN!" teriak Hana dengan wajah yang merah padam.

Sedang kan Jun yang berada di dalam rumah, terkekeh mendengar teriakkan kekasihnya. Karena perbuatan nya yang berhasil menggoda Hana.