Satu-persatu pupuk dari dalam gudang penyimpanan itu di keluarkan dari sana. Sudah terhitung ada sekitar sepuluh karung pupuk yang di ambil dari dalam gudang penyimpanan itu oleh para farmers.
Termasuk salah satunya adalah Woosik. Ia membantu petani yang lain nya mengangkat pupuk-pupuk itu.
"Aigoo! ini berat sekali! aku tidak tahu kalau karung pupuk seberat ini!" keluh Woosik. Karung pupuk itu memang berat. Sampai-sampai tangan nya terasa ingin patah.
Baiklah... Woosik akui ia memang tidak sekuat yang kalian bayangkan. Ia akui kalau itu semua karena dirinya yang sangat malas berolahraga.
Sangat berbeda dengan Jun yang jauh lebih kuat dari nya. Badan Jun juga jauh lebih berisi di bandingkan dirinya yang kerempeng ini.
Tapi kalau soal makan, jangan di ragukan lagi. Sudah pasti ia jagonya. Jun saja sampai geleng-geleng kepala jika melihat Woosik makan.
Hingga Jun pernah berpikir, apakah perut Woosik terbuat dari karet?
Woosik meletakkan karung pupuk itu di bawah tanaman tomat yang terlihat sudah mengeluarkan bunga nya.
Ia memukul-mukul pelan punggungnya yang terasa encok. "Astaga, aku terlihat seperti orang tua saja," ucap Woosik.
"Kau baru sadar?" sahut Sujin yang berjalan ke arah Woosik.
Woosik langsung berbalik. "Noona, kau sudah datang?" Sujin mengangguk.
"Tentu saja, mana mungkin aku tidak datang. Aku tidak ingin membuat Tuan Jun marah karena aku tidak bekerja," ucap Sujin.
"Sujin noona, apa kau pernah melihat Jun hyung marah? Tidak bukan. Itu karena Jun hyung tidak pernah marah noona," ucap Woosik.
Sujin memakai sarung tangan nya yang belum ia kenakan. "Hey Woosik-ah. Bukan karena Tuan Jun tidak pernah marah berati Tuan Jun tidak bisa marah."
"Asal kau tahu saja, marah nya orang pendiam itu sangat menyeramkan," sambung Sujin.
Benar bukan dengan apa yang Sujin katakan. Kalian perlu tahu kalau orang pendiam akan sangat menyeramkan jika mereka tengah marah.
"Aku tidak percaya noona..." ucap Woosik. Ia saja tidak pernah membayangkan Jun ketika marah.
Sujin terkekeh. "Ya sudah, aku kan hanya mengingatkan mu saja."
"Kau sudah sarapan?" tanya Sujin.
Woosik yang baru akan membuka karung pupuk itu, memberhentikan niatnya. "Aku? Belum noona," jawab Woosik.
Sujin menghela nafas. "Hah... selalu saja seperti ini. Apa kau tidak bisa mengurus diri mu sendiri eoh?" bukan nya menjawab, Woosik malah cengengesan.
"Sujin noona, kau tahu sendiri kan kalau aku sangat tidak bisa yang namanya memasak," ucap Woosik.
Jangan mengingatkan ia tentang memasak. Karena ia sangat buruk di antara yang terburuk. Pernah sekali ia hampir menghanguskan seluruh dapurnya.
Jika ia kembali mencoba memasak, bisa-bisa nanti ia akan jadi gelandangan.
"Baiklah kalau begitu, aku akan membantu mu. Setelahnya kita berdua sarapan bersama," Woosik mengangguk sebagai jawaban.
Woosik pun kembali melanjutkan niatnya yang ingin membuka pupuk karung itu. Sujin membantu Woosik menaburkan pupuk itu pada setiap tanaman tomat yang ada di sana.
Yah, hari ini memang saat nya memberikan pupuk pada tanaman tomat itu. Dan sepertinya tidak akan lama lagi tanaman tomat itu akan siap untuk berbuah.
Saat Woosik akan menaburkan kembali pupuk pada tanaman tomat yang lainnya, ia baru menyadari sesuatu. "Sujin noona..." panggil Woosik.
"Ada apa Woosik-ah?" sahut Sujin tanpa menoleh.
"Aku baru sadar, di mana Jun hyung? Kenapa Jun hyung sedari tadi belum datang?" tanya Woosik.
Nah, inilah yang baru Woosik sadari setelah beberapa menit.
Sujin langsung menoleh. "Ah! kau benar Woosik-ah. Biasanya Tuan Jun selalu ada di perkebunan sebelum farmers yang lainnya datang," ucap Sujin
Woosik mengerutkan alisnya. "Pergi kemana Jun hyung?" gumam Woosik sambil melihat ke arah pintu perkebunan.
...
Mobil berwarna hitam dengan corak berwarna putih yang menghiasi body mobil itu, berjalan melewati jalan yang cukup sepi.
Jalanan yang biasanya jarang di lewati oleh kendaraan yang berlalu-lalang. Mobil itu mungkin sudah berada selama satu jam perjalanan.
Dengan sang pria yang sangat tampan menjadi sang pengemudi mobil itu, di temani oleh seorang wanita cantik dengan surai panjang miliknya.
Satu tangan pria tampan itu memegang tangan sang wanita, sendang kan tangan yang satunya memegang stir mobil itu.
Sang pria itu sekilas menoleh hanya untuk melihat keadaan sang wanita. "Honey, jika kau mengantuk tidur saja. Nanti aku akan bangun kan jika sudah sampai," ucap Jun.
Benar, itu adalah pasangan kekasih favorit kita. Siapa lagi kalau bukan Jun dan Hana.
Hana memperbaiki posisi duduknya. "Tidak apa-apa chagi. Aku tidak mengantuk," ucap Hana.
Bohong.
Yah, Hana berbohong. Sebenarnya ia sangat mengantuk, bahkan kedua matanya beberapa kali terpejam.
Tapi ia tidak mau membiarkan Jun menyetir sendirian. Mana tega ia membiarkan Jun menyetir sendirian sedangkan ia tertidur.
"Baiklah kalau begitu honey," ucap Jun yang masih fokus memperhatikan jalanan di depannya.
Jun mengeratkan genggaman tangan nya pada tangan mungil milik Hana. Dan hal itu membuat Hana tersenyum.
Hana menyadarkan kepalanya pada sandaran kursi, ia menoleh lalu memperhatikan wajah tampan Jun dari samping.
Ia melihat wajah tenang milik kekasihnya, yang sedang menyetir itu.
"Chagi..." panggil Hana dengan pelan.
"Hmmm... kau ingin sesuatu honey?" sahut Jun.
Hana menggeleng dengan pelan. "Tidak," jawab Hana.
"Lalu?" ucap Jun.
"Masih berapa lama lagi kita akan sampai?" tanya Hana. Inilah yang ingin ia tanyakan kepada Jun.
"Sebentar lagi honey. Tidak lama lagi kita akan sampai okay?" Hana mengangguk pelan sebagai jawaban.
Tunggu dulu, pertanyaan nya adalah... sebenarnya mau kemana pasangan kekasih itu?
Tiga puluh lima menit berlalu. Dan mobil hitam itu perlahan berhenti. Jun memarkirkan mobil miliknya di bawah sebuah pohon yang cukup rindang.
Jun mematikan mesin mobilnya, ia juga tidak lupa melepaskan seatbelt yang ia kenakan. Begitu pun dengan Hana.
"Ayo kita turun honey," ucap Jun.
Mereka berdua pun turun dari dalam mobil, Hana melihat ke arah kanan dan kirinya. Tidak ada siapa pun di sana.
Hanya mereka berdua saja yang berada di sana. Jun mengambil sesuatu dari bagasi mobil miliknya.
Ia lalu berjalan menghampiri Hana dan menggenggam tangan Hana. "Honey, ayo..." ucap nya.
Hana mengangguk. Mereka berdua pun berjalan menaiki sebuah anak tangga. Hembusan angin cukup kencang sehingga membuat rambut milik Hana berterbangan.
Itu karena tempat ini yang cukup berada di atas puncak yang tidak terlalu tinggi. Ada sekitar empat puluh anak tangga yang mereka naiki.
Hingga pasangan kekasih itu telah berada di tempat yang ingin mereka tuju. Terlihat banyak bunga yang bertaburan di sana.
Juga terlihat tempat itu sering di rawat dengan sangat baik, juga jejeran batu berwarna hitam dengan masing-masing nama yang terukir di sana.
Bagaimana kalian sudah bisa menebak nya, dengan gambaran yah telah ku berikan?
Benar, mereka berada di sebuah pemakaman.