Chereads / DEVILISH / Chapter 22 - GRAVE

Chapter 22 - GRAVE

Jun dan Hana keduanya menunduk menatap kedua batu nisan berwarna hitam itu. Sorot mata Jun terlihat sendu, sebuah kesedihan yang amat jelas terlihat di kedua mata itu.

Kedua mata yang biasa memancarkan sebuah cahaya, kini terlihat redup. Tidak satu pun kata yang keluar dari mulut Jun.

Hana menoleh menatap Jun. Ia melihat tangan Jun, perlahan Hana menggenggam tangan yang terasa sedikit dingin itu dengan lembut.

Hana sangat tahu, bahkan sangat mengerti bagaimana perasaan Jun saat ini. Karena ia juga merasakan hal yang sama, seperti apa yang Jun rasakan.

Kedua pandangan mata Jun hanya terkunci pada dua batu nisan itu. Yaitu sebuah batu nisan dengan sebuah ukiran nama bertuliskan...

Hyun Ji-won dan Hyun Somi.

Kenapa? Merasa heran mengapa marga yang tertulis pada kedua batu nisan itu sama dengan marga yang di miliki oleh Jun?

Yah, jawaban nya sudah sangat jelas. Karena itu adalah kedua orang tua Jun, kekasih Hana.

Kalina terkejut? Begitu pun dengan Jun yang sudah bertahun-tahun lamanya, tetapi masih tidak percaya akan kepergian orang tuanya.

Jadi sekarang kalian tahu bukan, alasan mengapa warga di desa itu dan juga Woosik mengatakan kalau mereka tidak pernah melihat kedua orang tua Jun.

Semuanya telah terjawab, tepat di depan mata kalian. Itu karena kedua orang tuanya telah meninggalkan nya terlebih dahulu.

Lebih tepatnya telah meninggal dunia.

"C-chagi..." ucap Hana selembut mungkin. Angin bertiup membuat pohon-pohon yang ada di pemakaman itu ikut bergoyang.

"Sudah lama rasanya aku tidak kemari..." ucap Jun yang akhirnya membuka suara.

Memang, memang sudah lama ia tidak mengunjungi makam kedua orang tua nya. Yaitu orang yang paling ia sayangi dan paling berharga dalam hidupnya.

Dan ia punya alasan sendiri akan hal itu.

Jun berjongkok di samping makam ayah nya dan ibu nya. Dengan Hana yang juga melakukan hal yang sama dengan Jun.

Sebuah senyuman tipis muncul pada wajah tampan itu. "Aku membawakan bunga untuk kalian," ucap Jun.

Jun meletakkan bunga mawar itu di makan ayah dan ibu nya. Hana yang setia berada dan menemani Jun merasa sangat terluka melihat kesedihan yang di rasakan oleh Jun.

"Bagaimana kabar kalian? Kalian baik-baik saja kan di sana?" ucap Jun kembali seakan-akan dapat berbicara kepada kedua orang tuanya.

Hana tidak mengeluarkan suara apa pun, ia tidak ingin menganggu Jun saat ini.

Jun lalu menoleh menatap Hana yang sedari tadi menunduk. Ia menggenggam tangan Hana dengan erat. "Lihat, appa... eomma... siapa yang ku bawa."

"Aku membawa kekasih ku kemari, untuk bertemu dengan kalian," ucap Jun.

Hana langsung mengangkat kepalanya mendengar ucapan Jun. Ia menoleh menatap Jun yang juga menatapnya dengan sendu.

Perlahan senyuman tipis terukir pada wajah Hana. "Paman... Bibi... ini aku Kim Hana, kekasih putra kalian," ucap Hana.

Benar, ini adalah yang pertama kalinya Hana memperkenalkan dirinya sebagai kekasih Jun.

"Dia sangat cantik bukan eomma? Aku yakin eomma dan appa pasti akan menyukai Hana," ucap Jun.

Entah kenapa sesuatu dalam hati Hana terasa senang akan ucapan Jun tetapi juga terasa menyedihkan.

Jun tiba-tiba menundukkan kepalanya, perlahan genangan air mata mulai menghiasi kedua matanya.

Air mata yang sedari tadi ia tahan akhirnya runtuh juga. Ternyata ia tidak sekuat yang ia bayangkan.

Terlihat kedua bahu Jun bergetar. Suara isak kan juga mulai terdengar. "Hiks... a-appa... eomma... hiks... a-aku merindukan kalian... hiks..." tangis Jun.

...

Hana memperhatikan punggung Jun yang menuruni anak tangga itu di depan nya, dengan tatapan yang sulit di jelaskan.

Jun menuruni setiap anak tangga itu dengan kepala yang tertunduk. Hana tidak dapat mengira-ngira apa yang ada di dalam pikiran kekasihnya saat ini.

Jun bahkan berjalan di depan nya, tidak seperti biasanya yang akan berjalan di samping Hana dengan tangan Jun yang menggenggam tangan nya.

Hana masih mengingat dengan jelas bagaimana Jun meneteskan air matanya, dengan satu kalimat yang memilukan itu.

Karena pikiran Hana yang sibuk memikirkan Jun, tanpa sadar Hana menginjak sebuah batu yang cukup besar.

Hingga keseimbangan nya menghilang. "Aaahh!" teriak Hana.

SREK

"Honey!" kaget Jun yang langsung secepat mungkin menarik pinggang Hana yang hampir terjatuh.

Hana yang menutup kedua matanya karena mengira dirinya yang akan jatuh mencium tanah, langsung membuka kedua matanya ketika merasakan dirinya yang tidak jadi mencium tanah.

Jun menatap Hana dengan khawatir. "Honey, kenapa kau melamun? Kau hampir saja terjatuh!" marah Jun.

Hampir saja ia jantungan melihat Hana yang akan jatuh dari anak tangga itu. Untung saja ia mendengar teriak kan Hana.

"M-maaf..." ucap Hana. Toh, memang dirinya lah yang bersalah karena terlalu sibuk dengan pikiran nya sendiri.

Jun melepaskan rangkulan nya pada pinggang Hana. Ia lalu berbalik dan berjalan ke arah mobil.

Ada apa ini?

Ini tidak seperti biasanya, biasanya Jun akan menceramahi nya habis-habisan kalau dirinya ceroboh seperti tadi.

Tapi Jun kali ini hanya kembali melanjutkan langkah yang sempat terhenti. Dan tentunya Hana tahu itu semua karena pikiran dan suasana hati Jun yang sedang berbeda.

Saat tangan Jun akan membuka pintu mobil itu, sebuah tangan memegang tangan kirinya dan menarik nya dengan pelan.

Jun perlahan berbalik, melihat Hana yang memegang tangan nya. Kedua mata itu saling bertemu. "Ada apa honey?" tanya Jun.

Hana menggigit bibir bagian dalam nya. Kedua mata Hana terlihat berkaca-kaca, setetes air mata pun mengalir dari kedua mata indah itu.

Tanpa berkata-kata, Hana langsung memeluk Jun dengan erat bahkan sangat erat. Jun tertegun mendengar suara tangis kekasihnya.

"Hiks... m-maafkan aku... hiks..." tangis Hana.

Jun dapat merasakan bahu Hana yang bergetar. "K-kenapa kau meminta maaf honey..."

"M-maafkan aku... hiks... karena a-aku tidak bisa meredakan rasa rindu mu... hiks..." isak Hana.

Yah, inilah yang membuat dirinya menangis. Ia merasa kecewa dengan dirinya yang tidak bisa menghilangkan rasa kehilangan dan kerinduan Jun atas kepergian kedua orang tua nya.

Ia kecewa karena keterpurukan Jun atas kepergian orang tuanya. Ia merasa menjadi kekasih yang tidak berguna untuk Jun.

Air mata Hana membasahi baju yang di kenakan oleh Jun. "Hiks... t-tapi... aku ada di sini... hiks... selalu ada untuk mu..." isak Hana.

Hati Jun yang semula terasa sedih perlahan mulai menghangat atas perkataan Hana. Perlahan Jun membalas pelukan Hana tak kalah eratnya.

Angin kembali berhembus, alam seakan-akan menjadi saksi bagi kedua insan yang saling menguatkan itu.

Karena keduanya yang sama-sama merasa kehilangan, dan saling membutuhkan satu sama lain.

"So do i... i'll always here with you..." ucap Jun membenamkan wajah nya pada bahu Hana.