Tok... tok... tok...
"Tunggu sebentar!" Woosik segera berlari ke arah pintu rumah nya yang telah di ketuk beberapa kali.
KLEK
"Annyeong Woosik-ah..." ucap Sujin yang berdiri di depan pintu itu sambil membawa sepiring makanan.
Woosik tersenyum. "Sujin noona... silahkan masuk noona," ucap Woosik mempersilahkan Sujin untuk masuk ke dalam rumah nya.
Sujin melangkah masuk ke dalam rumah sederhana milik Woosik. Ia melihat sekeliling rumah sederhana itu sambil tersenyum tipis.
"Kau habis membersihkan rumah mu?" tanya Sujin.
Woosik mengangguk. "Iya noona, aku baru saja selesai membersihkan rumah ku."
Yah, Woosik memang baru saja selesai membersihkan rumah sederhana miliknya. Tepatnya saat ia dan Jun telah kembali dari Seoul.
Begitu itu membuka pintu rumah nya, ia langsung di hadapan kan dengan pemandangan rumah nya yang seperti kapal pecah.
Sujin terkekeh. "Tumben sekali kau ingin membersihkan rumah mu," goda Sujin.
Woosik menggaruk belakang kepalanya, sambil terkekeh. "Hehehe..."
Yah, Woosik akui kalau dirinya memang sangat malas membersihkan rumah nya. Apalagi ia tinggal sendirian dan juga bekerja di perkebunan.
Jadi terkadang saat pulang ke rumah ia merasa sangat lelah dan tidak memiliki tenaga lagi.
Bahkan pernah sekali saking lelah nya ia belum sempat membersihkan diri dan langsung tertidur di sofa miliknya.
Namun sepertinya ia baru menyadari kalau rumah nya itu seperti kapal pecah. Makanya ia memaksakan dirinya untuk membersihkan rumah nya.
Woosik melihat sesuatu yang di bawa oleh Sujin. "Noona... apakah itu untuk ku?" tanya nya.
Sujin melihat kedua tangan nya. "Ah... iya, aku membawakan ini untuk mu."
Woosik tersenyum cerah. "Eoh! benarkah? Apa yang noona bawakan untuk ku?"
Sujin meletakkan makanan yang ia bawakan untuk Woosik di atas meja makan yang berada di dapur Woosik.
Sujin membuka penutup makanan yang ia bawa. Terlihat lah salah satu makanan khas Korea yaitu jajangmyeon, yang merupakan mie dengan saus kacang merah.
Dan juga salah satu makanan yang paling di gemari orang-orang Korea.
Kedua mata Woosik langsung berbinar. "Ya ampun Sujin noona! gomawo..." seru Woosik. Benar itu adalah makanan kesukaannya.
Sujin tersenyum. "Aku tahu kau pasti belum makan malam bukan? Jadi aku bawakan ini untuk mu," ucap Sujin.
Woosik pun duduk di meja makan itu bersama dengan Sujin. Woosik dengan tidak sabaran, telah mengambil sumpit dan memakan jajangmyeon yang Sujin berikan untuknya.
Dan memang benar, kalau Woosik belum makan malam. Apalagi setelah membersihkan rumah, membuat dirinya semakin lapar.
Sujin tertawa kecil melihat Woosik yang sangat lahap. "Gosh! pelan-pelan saja..." ucap Sujin.
Woosik mendongak. "Hehehe... ini enak sekali Sujin noona!" puji Woosik.
Sudah Sujin duga, Woosik pasti akan memakan dengan lahap jajangmyeon yang di berikan oleh nya.
Ia juga terkadang merasa kasian kepada Woosik karena tinggal sendirian di desa dan di rumah ini.
Bayangkan saja jika kalian menjadi Woosik, pasti kalian akan sangat merasa kesepian. Karena tidak ada yang menemani tinggal di rumah itu.
"Bagaimana perjalanan mu dengan Tuan Jun?" tanya Sujin.
"Menyenangkan... Tuan Seo menerima apel-apel yang kami antarkan dengan senang hati," jawab Woosik.
"Benarkah? Tuan Seo tidak komplain?" Woosik menggelengkan kepalanya.
"Tidak. Kenapa Tuan Seo harus komplain? Bahkan Tuan Seo mengatakan kalau dia akan memesan kembali kepada Jun hyung," ucap Woosik.
"Aku tidak heran, karena hasil perkebunan dari Tuan Jun memang sangat bagus. Tuan Jun juga sangat baik pada setiap costumer nya," ucap Sujin.
Sudah berapa kali bukan Sujin katakan, kalau Jun itu pria yang sangat ramah. Jadi ia sama sekali tidak merasa heran kalau Jun memiliki banyak pelanggan tetap.
Apalagi rata-rata yang menjadi pelanggan nya adalah orang-orang yang memiliki perusahaan besar, termasuk salah satunya Seo.
Woosik mengelap bibirnya dengan sebuah tissue, karena bibirnya yang sedikit belepotan. "Dan noona tahu..." gantung Woosik.
Sujin menggeleng. "Tidak, tahu apa?"
"Aku masuk ke dalam mall yang sangat besar. Yang dulu pernah aku tanyakan kepada noona," ucap Woosik.
Sujin mengerutkan alisnya. "Mall? Ah... mall yang ada di Seoul itu?" Woosik memang pernah bercerita kepadanya tentang sebuah mall yang ia lihat dari televisi.
Woosik mengangguk dengan semangat. "Benar noona! wow mall itu sangat bagus, kapan-kapan noona harus pergi ke sana," seru Woosik.
Yah, mall yang ia masuki bersama Jun memang mall yang sangat ia masuki sejak dulu. Karena sebuah acara televisi yang ia lihat kala itu.
Sujin tertawa kecil, melihat kedua mata Woosik yang berbinar-binar. "Aku pasti akan ke sana, bersama mu dan mungkin juga bersama Nyonya Hana."
Woosik menarik kursi nya mendekat ke kursi Sujin. Dan tentu saja hal itu membuat Sujin mengerutkan alisnya.
Sujin menoleh menatap Woosik. "Apa? Ada apa?" tanya Sujin.
"Noona tahu... apa yang Jun hyung belikan untuk Hana noona?" bisik Woosik.
Sujin bingung dengan ucapan Woosik, dan kenapa juga Woosik berbisik seperti ini? Kan hanya mereka berdua saja di rumah ini.
Sujin menggelengkan kepalanya. "Tidak... memang nya apa yang Tuan Jun beli?"
Sebuah senyuman muncul pada wajah Woosik. Bukan nya menjawab, Woosik malah tersenyum dengan tidak jelas.
Sujin memegang dahi Woosik. "Kau baik-baik saja? Kau tidak sakit kan?" tanya Sujin.
Woosik langsung cemberut dan menjauh kan tangan Sujin dari dahi nya. "Noona! aku baik-baik saja!" kesal Woosik.
Bisa-bisa nya ia di anggap sakit oleh Sujin, hanya karena dirinya yang tersenyum. Apakah ia tidak bisa tersenyum?
"Kalau begitu cepat katakan! kau malah tersenyum seperti orang gila," ucap Sujin. Jangan salah kan ia karena mengira Woosik sedang sakit. Itu salah Woosik sendiri.
"Baiklah... baiklah noona..." ucap Woosik. "Aku mau bilang kalau Jun hyung, membelikan sebuah perhiasan untuk Hana noona!"
Kedua mata Sujin membulat, mendengar ucapan Woosik. "Apa?! kau serius?!"
Woosik mengangguk. "Benar noona!" seru Woosik.
"Perhiasan apa yang Tuan Jun belikan untuk Nyonya Hana?" tanya Sujin penasaran. Tentu saja Sujin sangat penasaran.
Woosik menaik turunkan alisnya. "Sebuah perhiasan yang sangat cantik. Dan tentunya dengan harga yang sangat mahal," jawab Woosik.
"Woah... benarkah itu? Ya ampun! aku sangat iri! pasti Nyonya Hana sangat bahagia memiliki kekasih seperti Tuan Jun!" seru Sujin yang merasa iri.
Woosik mengangguk setuju. "Itu sudah pasti noona!" ucap Woosik.
Tunggu dulu, tidak kah mereka berdua saat ini terlihat seperti ibu-ibu kompleks yang suka menggosip? Karena bagi ku saat ini Woosik dan Sujin terlihat seperti itu.
Tapi seperti itulah mereka berdua, sangat dekat bagaikan seorang kakak perempuan dan adik laki-lakinya.
"Besok kita akan lihat apakah Hana noona telah memakai perhiasan yang Jun hyung berikan untuknya..." ucap Woosik.
Sujin mengangguk sambil tersenyum. "Benar, besok kita berdua harus melihatnya," ucap Sujin.