Kedua mata milik Jun menatap sebuah plester obat yang tertempel pada betis seputih susu milik Hana.
Jun berjalan mendekati Hana. "Honey, jawab aku... ada apa dengan kaki mu?" tanya Jun kembali.
Hana terlihat kebingungan. Ia bingung harus menjawab apa. Hah... harus nya tadi ia tidak menggunakan celana pendek.
Hana melihat betis nya sendiri. "A-ah... itu... a-aku tidak sengaja terluka..." cicit Hana.
"Terluka?!" kaget Jun. "Kenapa kau kau bisa terluka? Sini biar ku lihat!" ucap Jun.
Jun mengangkat tubuh ringan milik Hana dan mendudukkan Hana di atas meja makan itu. Tentu saja Hana kaget karena Jun yang mengangkat nya dengan tiba-tiba.
"C-chagi... aku baik-baik saja," gagap Hana.
Jun tidak menghiraukan ucapan Hana. Ia memegang betis Hana, dan melihat separah apa luka pada betis kekasihnya itu.
Dan raut wajah Jun langsung berubah saat melihat luka yang cukup panjang dan dalam itu. "Honey, tidak apa-apa kata mu? Lihat luka pada betis mu ini," ucap Jun.
Bagaimana mungkin Hana mengatakan kalau ia baik-baik saja. Kalau luka pada betis nya pasti sangat perih.
Hana memainkan jari-jari lentik nya. "Chagi... itu hanya luka kecil saja. Jadi kau tidak perlu khawatir..." ucap Hana.
Jujur saja, saat ini Hana cukup takut melihat raut wajah tampan Jun yang sedikit mengeras.
Jun mengukung Hana dengan kedua tangan nya yang ia letakkan di samping kanan dan kiri Hana. "Sekarang jawab, bagaimana kau bisa mendapatkan luka ini?" tanya Jun mengintrogasi Hana.
Hana mati kau. Ia semakin gelisah, tamat lah sudah...
"Honey!" panggil Jun karena Hana yang tidak kunjung menjawab nya.
Astaga tidak bisakah ia menghilang saat ini juga? Ia takut mengatakan yang sebenarnya kepada Jun. Apalagi insiden alat pancing yang patah itu.
"A-aku hanya jalan-jalan saja dengan Sujin, chagi..." gagap Hana.
"Kemana?" tanya Jun dengan tegas.
Ya ampun, saat ini Jun benar-benar seperti seorang detektif tampan yang sedang mengintrogasi seorang penjahat.
"D-danau..." jawab Hana.
Jun mengerutkan alisnya. "Danau? Apa yang kau lakukan di sana honey?"
"Dan juga, kenapa baju milik mu yang kau rendam di ember itu terlihat sangat kotor?" tanya Jun bertubi-tubi.
Hana semakin tersudut. Dan merutuki kebodohan nya karena lupa menyingkirkan baju miliknya yang kotor itu.
Sekarang tidak ada lagi cela untuk berbohong. Ia harus jujur... ia harus percaya dengan perkataan Sujin, yaitu kalau Jun tidak akan marah kepadanya.
Hana menundukkan kepalanya. "A-aku... aku kesana untuk memancing..." gagap Hana.
Jun membulatkan kedua matanya, saat mendengar jawaban Hana. "Memancing?! Dan kau mendapatkan luka ini karena itu?!" marah Jun.
Hana tersentak saat mendengarkan ucapan Jun yang marah. Ternyata Sujin salah...
Hana mengangguk dengan perlahan. "I-iya chagi..." ucap Hana.
Jun melangkah mundur. Wajah Jun saat ini terlihat marah dan menatap Hana yang tertunduk di atas meja itu dengan tajam.
"Berapa kali ku katakan kepada mu, kalau kau tidak boleh untuk pergi memancing Hana!" marah Jun.
Nah, sekarang kalian tahu bukan kenapa Hana tidak pernah memancing. Juga kenapa Hana sangat takut Jun akan marah kepadanya.
Itu karena Jun tidak memperbolehkan Hana untuk pergi memancing. Alasan nya? Sabar... sebentar lagi kalian akan mengetahui alasan nya.
Hana mengangkat kepalanya yang tertunduk. "T-tapi chagi... aku sangat ingin memancing," ucap Hana.
Benar, rasa penasaran Hana lah yang memutuskan dirinya untuk memancing dan mengabaikan larangan Jun.
Wajah tampan Jun saat ini terlihat sangat tidak bersahabat. Ia sungguh sangat tidak suka kekasihnya pergi untuk memancing.
"Honey, apa kau lupa dengan apa yang terjadi kepada mu waktu itu?! Karena memancing kau hampir saja tenggelam!" marah Jun.
Yah, inilah alasan nya... alasan mengapa Jun melarang Hana untuk pergi memancing.
Karena kala itu Hana pernah ikut bersama nya untuk memancing di danau yang sama, yang Hana datangi bersama Sujin.
Dan saat itu Hana memohon kepada Jun untuk memberikan alat pancing itu kepadanya. Namun umpan buatan yang terpasang pada kail pancing itu terlepas.
Tanpa ragu Hana turun ke danau itu tidak menghiraukan ucapan Jun yang melarang nya untuk turun ke danau.
Lalu terjadi lah dirinya yang hampir tenggelam karena Hana yang tidak merasa kalau dirinya telah berada di tengah-tengah danau.
Untung saja saat itu Jun dengan cepat menyelamatkan kekasihnya yang sudah setengah sadar. Dan Jun tidak akan pernah lupa akan kejadian itu.
Kedua mata Hana terlihat berkaca-kaca. "M-maafkan aku..." ucap Hana. Ah, ia melupakan satu hal lagi.
Hana turun dari meja makan itu, ia berjalan ke dalam kamar mengambil sesuatu dan berdiri di depan Jun.
Kedua tangan nya lalu mengeluarkan sesuatu dari balik punggungnya. "A-aku... aku mematahkan alat pancing mu... hiks... maafkan aku..." tangis Hana.
Kedua mata Jun membulat. Jun melihat alat pancing kesayangan nya yang sudah terbagi menjadi dua di hadapan nya. "Kim Hana! apa yang kau lakukan?!" marah Jun.
Ia mengambil alat pancing nya yang patah itu dari Hana. Ia tidak bisa berkata-kata, ia marah dan juga kesal saat ini.
"Hana, lihatlah! kau sangat ceroboh! bukan hanya terluka saja, kau juga merusak alat pancing ku!" marah Jun.
Hana menangis. Ini kali pertama Jun marah kepadanya. Dan itu juga semua karena kesalahan nya.
"Hiks... c-chagi... hiks... maafkan aku..." tangis Hana. Kedua pipinya di hiasi oleh air mata. Jika saja ia tidak mengabaikan larangan Jun, pasti Jun tidak akan marah kepadanya.
Jun hanya menatap Hana yang menangis di hadapan nya. Ia kemudian menghela nafas, kaki jenjang nya melangkah mendekati Hana.
Tangan nya terulur mengusap air mata yang mengalir dari pipi Hana dengan lembut. Lalu memeluk Hana.
"Aku khawatir... maafkan aku karena memarahi mu honey," ucap Jun dengan lembut. Amarahnya perlahan mulai reda.
Yah, Jun merasa bersalah karena memarahi kekasihnya hingga menangis. Tapi tidak dapat di pungkiri kalau ia memang sangat khawatir.
Jun melepaskan pelukan nya. Ia melihat Hana yang sesenggukan. "Honey, maafkan aku hmm?"
"T-tapi... aku merusak alat pancing mu..." ucap Hana dengan lirih.
Jun mengusap rambut Hana. "Honey, tidak apa-apa. Aku tidak marah lagi kepada mu, jadi kau tidak usah memikirkan nya lagi okay?" ucap Jun dengan lembut.
Ia tidak marah karena Hana yang merusak alat pancing kesayangan miliknya. Alat pancing itu dapat ia beli kembali.
Hana mengangguk dengan perlahan, masih dengan kedua matanya yang berkaca-kaca. Jun jadi tidak tega.
"Jangan menangis lagi honey," ucap Jun "Aku akan berganti baju, tunggu lah aku," Hana mengangguk sebagai jawaban.
Jun mengecup pipi Hana sekilas lalu berjalan pergi menuju kamar nya. Sedang kan Hana, ia mengambil alat pancing yang patah itu.
Hana menatap alat pancing milik kekasihnya yang ia patahkan. "J-Jun... sangat marah kepada ku..." gumam Hana dengan sedih.