Di lain negara tetapi dengan langit yang sama, tepatnya di sebuah mansion bergaya tradisional. Dengan mobil mewah yang berjejer di sana.
Terdapat air mancur di taman mansion bergaya tradisional itu. Lampu-lampu kecil taman itu menyala dengan terang membuat taman yang berada di mansion itu semakin terlihat indah.
Tentunya sangat kentara kalau mansion itu di rawat dengan sangat baik apalagi dengan taman yang tertata dengan rapi itu.
Entah berapa banyak uang yang di habiskan untuk membuat mansion sebesar ini. Yang tentunya bukan dengan biaya yang sedikit.
Tidak lama kemudian terlihat seorang pria dengan jas hitam yang berjalan di mansion itu. Ia berjalan menuju ke sebuah ruangan.
Ia melewati beberapa pintu kamar yang terkunci dengan rapat itu. Hingga ia berhenti di depan sebuah pintu.
Tangan nya terulur mendorong pintu itu ke samping. Ia pun melangkah masuk ke dalam ruangan itu.
"Selamat malam Tuan..." ucap pria itu dengan membungkuk kan badan nya.
Di dalam ruangan itu terlihat seorang pria yang tengah duduk di kursi dengan sebuah meja yang berada di hadapan nya.
Pria itu berumur kan dua puluh tahun, aku tahu... masih sangat mudah bukan?
"Kenapa kau kemari?" tanya pria itu.
Pria itu langsung menegakkan badan nya kembali. "Aku kemari untuk menyampaikan sesuatu Tuan ku," ucap nya.
Tunggu dulu, apakah pria muda itu pemilik mansion ini? Yah, sepertinya begitu. Apakah kalian tidak dengar saat dirinya di panggil dengan sebutan "Tuan".
Pria muda itu tentunya memiliki paras yang tampan dan kedua mata se-gelap malam yang ia miliki. Dengan rambut yang ia cat biru gelap menambah kesan tampan pada dirinya.
"Apa yang ingin kau sampaikan kepada ku?" tanya pria itu dengan tangan kanan nya yang sibuk memainkan sebuah pulpen. Yang sudah menjadi salah satu kebiasaan nya.
"Kami... kami tidak berhasil menemukan Tuan muda, Tuan..." ucap pria yang merupakan anak buah nya itu.
BRAK
Detik itu juga terdengar suara gebrakan meja yang cukup keras dari dalam ruangan itu. Dan itu berasal dari pria dengan rambut biru itu.
"Ini sudah yang ke berapa kalinya kau gagal hah?!" bentak nya dengan marah.
Anak buah nya itu menundukkan kepalanya, ia sudah tahu kalau Tuan nya itu pasti akan sangat marah.
Pasal nya ini bukan yang pertama kalinya mereka gagal. Sudah banyak kali mereka gagal...
"Aku tidak ingin tahu! entah berapa lama waktu yang kau habiskan untuk mencarinya, kau harus menemukan nya!" teriak pria dengan surai biru itu.
Ia sungguh sangat marah dengan apa yang anak buah nya itu sampai kan kepadanya. Ini yang ke sekian kalinya ia merasa sangat kecewa.
Anak buah nya itu membungkuk. "B-baik Tuan Sahi..." ucap nya dengan patuh.
...
SRUK
SRUK
Hana bergerak dengan gelisah di atas ranjang itu. Ia terlihat tidak nyaman, sudah hampir lima menit ia seperti ini.
Karena menyerah Hana membuka kedua matanya. Jam yang tergantung di sini kamar mereka menunjukkan jam dua malam.
Waktu yang sangat larut dan waktu nya untuk semua orang di muka bumi ini untuk beristirahat setelah menghabiskan tenaga mereka seharian entah itu untuk bekerja maupun hal yang lainnya.
Namun sepertinya tidak untuk Hana, ia tidak dapat menutup kedua matanya kembali. Ia juga terlihat gelisah.
Hana menoleh ke arah kirinya dan ia melihat wajah kekasihnya yang tertidur dengan pulas. Ia juga mendengar suara dengkuran halus dari kekasihnya.
Pasti kekasihnya sangat lelah karena seharian ini kekasihnya itu bekerja dengan sangat tekun.
Saat memanen apel-apel itu pun Hana melihat Jun kekasihnya yang sesekali berhenti sejenak sambil mengelap keringat nya yang bercucuran.
Tapi Jun sama sekali tidak pernah mengeluh tentang rasa lelah yang ia rasakan kepadanya. Bahkan jika Jun mengalami kecelakaan kecil saat bekerja, ia tidak akan memberitahukan hal itu kepada Hana. Dan memilih untuk mengobati diri nya sendiri.
Hana perlahan mendudukkan dirinya di atas ranjang itu. Ia tidak bisa tidur. Yah, itulah yang sedang terjadi kepada nya saat ini.
Ia menyibak selimut nya, kemudian turun dari ranjang itu dengan perlahan. Ia berjalan keluar dari kamar itu dengan perlahan.
Hana berjalan ke arah ruang tengah, cahaya rembulan menerangi ruang tengah itu karena kaca besar transparan yang berada di sana.
Sudah ku katakan bukan, kalau rumah ini sebagian besar dari kaca transparan sebagai tembok nya.
Ia berdiri di sana melihat keluar, kedua matanya melihat sekitar taman rumah yang cukup gelap itu.
Terdengar juga suara jangkrik dari taman rumah mereka itu. Ia memeluk dirinya sendiri karena udara malam yang cukup dingin.
Sorot mata Hana terlihat sendu. "Ibu... ayah... aku baik-baik saja di sini..."
"Aku bersama dengan orang yang sangat aku cintai," ucap Hana.
Ia merindukan ayah nya... ia juga merindukan ibu nya. Sangat merindukan mereka, kedua sosok yang telah membesarkan nya dengan penuh cinta.
Juga dua orang yang paling berharga dalam hidupnya. Tapi kini ia tidak bisa lagi mendapatkan cinta dari mereka selayaknya dulu.
Semuanya telah tidak sama lagi.
Hana menggeleng kan kepalanya. Tidak... tidak... ia tidak boleh seperti ini. Ia telah hidup dengan bahagia sekarang.
Telah ada pria yang akan selalu bersamanya dan juga di sisinya. Pria yang memberikan cinta yang sangat besar untuknya.
Tanpa Hana sadari terdengar suara langkah kaki yang mengarah kepadanya.
TAP
TAP
TAP
"Honey, apa yang kau lakukan di sini?" ucap Jun dengan suara husky miliknya.
Yah, pemilik suara langkah kaki itu adalah Jun, kekasih Hana.
Hana langsung berbalik. "Eoh, chagi? Kau terbangun?" ucap Hana.
Benar, Jun terbangun karena dirinya yang meraba samping kanan nya dan tidak mendapati kekasihnya yang berbaring di sana.
Meskipun Jun tidur dengan sangat pulas, ia pasti akan meraba sisi ranjang yang lainnya. Dan berbalik untuk memeluk Hana.
Karena hal itu telah menjadi kebiasaannya dan membuat ia dapat tidur dengan sangat nyaman.
Jun mengusap pipi Hana. "Kenapa kau tidak tidur honey? Ini sudah sangat larut," tanya Jun.
"Aku tidak bisa tidur..." jawab Hana dengan jujur.
Jun menghela nafas. "Apakah kau mimpi buruk lagi hmm?" tanya Jun dengan lembut.
Yah, inilah alasan mengapa ia sangat gelisah. Itu karena Hana yang selalu mimpi buruk, yang menyebabkan nya selalu kesulitan untuk tidur.
Dan ia selalu mimpikan hal yang sama. Namun ia mengalami mimpi buruk tidak setiap hari seperti dulu. Kini hanya sesekali saja ia di hampir oleh mimpi buruk itu.
Hana mengangguk. "Iya, aku kembali bermimpi buruk," ucap Hana.
Jun menatap kekasihnya itu dengan sendu. Ia menarik Hana ke dalam pelukannya. "Tidak apa-apa honey. Ada aku di sini."
Jun memberikan jarak di antara keduanya. Tangan nya terangkat mengusap rambut panjang milik Hana. "Ayo kita kembali ke kamar. Kau harus tidur honey..."
"Kau tidak perlu takut, aku selalu berada di samping mu bukan?" ucap Jun menenangkan Hana.
Hana mengangguk. Yah, Jun selalu berada di sampingnya. Jadi tidak ada yang perlu ia takutkan. "Baiklah..." ucap Hana.
Pasangan kekasih itu pun kembali berjalan ke kamar mereka, dengan Jun yang menggenggam tangan Hana dengan hangat.