Di sebuah rumah terdapat dua orang pria dengan jarak usia yang cukup jauh. Dimana yang satunya masih sangat muda.
Meja yang berada di hadapan mereka terdapat sebotol soju dengan dua gelas kecil yang juga ada di sana.
Tidak lupa dengan sepiring cumi-cumi kering yang menjadi pelengkap saat meminum soju. Yaitu minuman yang dapat membuat mu kehilangan kesadaran, dengan kata lain mabuk.
Tradisi minum-minum adalah hal yang lumrah di beberapa negara, bahkan sudah menjadi sebuah tradisi bagi negara tersebut.
Seperti yang tengah di lakukan oleh kedua pria itu.
"Aahh... ini enak sekali!" seru Woosik sambil meletakkan gelas berisikan soju yang telah ia teguk hingga kandas.
"Kau ini, kadar alcohol mu lebih tinggi di bandingkan aku yang sudah tua ini," ucap Lim sambil terkekeh.
Yah, kedua pria beda usia itu adalah Woosik dan Lim yang saat ini tengah berada di rumah milik Woosik.
Sudah cukup lama keduanya menikmati sebotol soju yang di bawa oleh Lim dari rumah nya. Kenapa? Woosik kan sudah legal, apakah kalian lupa.
Bahkan seperti yang di katakan oleh Lim, Woosik jauh lebih kuat minum di bandingkan dirinya yang jauh lebih tua dari Woosik.
Buktinya saja Woosik sampai sekarang belum mabuk sedikit pun, setelah menghabiskan beberapa gelas soju.
Woosik memegang dadanya. "Tentu saja ahjussi! aku ini peminum yang handal!" ucap Woosik dengan bangga.
Lim hanya geleng-geleng kepala saja. Maklum Woosik memang selalu penuh dengan semangat, yang kadang-kadang membuat Lim merasa heran dari mana Woosik mendapatkan semua semangat itu.
"Hahahaha... baiklah, kau memang jauh lebih hebat di bandingkan dengan ku," ucap Lim.
Jika kalian bertanya kenapa Lim di sini, jawaban nya karena Lim memang selalu kemari, jika sedang luang.
Kenapa rumah Woosik terlihat sepi? Dan di mana kedua orang tua Woosik? Jika itu yang kalian tanyakan, maka jawaban nya kedua orang tua Woosik tidak tinggal bersama nya.
Loh kenapa? Itu karena kedua orang tuanya tinggal bersama nenek nya yang tengah sakit di Busan. Dan jadilah ia seorang diri tinggal di Daegu.
Mulai dari kecil hingga saat ini Woosik menghabiskan seluruh hidupnya di desa ini. Ia juga bersekolah di desa ini.
Meskipun Daegu adalah desa, tapi bukan berarti desa ini tidak di lengkapi oleh sekolah. Bahkan di sini juga terdapat rumah sakit dengan peralatan medis yang lengkap.
Jauhkan pikiran kalian, jika kalian berpikir kalau Daegu adalah desa terpencil, tidak terjamah, dan juga ketinggalan zaman.
Maka kalian salah besar.
Bahkan di desa ini setiap tahun atau bahkan beberapa bulan, orang-orang dari Seoul pasti akan datang kemari untuk berjalan-jalan.
Juga anak kuliahan yang biasanya memilih desa ini sebagai destinasi wisata mereka dari ibu kota yang memusingkan.
"Ahjussi, bagaimana perkembangan perkebunan menurut ahjussi?" tanya Woosik.
Lim meletakkan gelas soju nya. "Tentu saja berkembang dengan sangat pesat," jawab Lim.
"Benarkah?" Lim mengangguk.
"Ya, kau juga pasti menyadari nya bukan, kalau setiap tahun nya hasil panen kita semakin meningkat. Seperti apel tadi yang telah kau panen," ucap Lim.
Yah, setiap tahun nya hasil panen yang di hasilkan oleh Surgary Fram sangat meningkat.
Yang membuat para farmers keheranan dan takjub akan hasil panen yang mereka hasilkan dengan kualitas hasil panen yang sangat bagus.
Dan tentunya semua hal itu terjadi sejak Jun yang memegang dan mengelola perkebunan yang sangat luas itu.
Woosik mengangguk setuju. "Benar ahjussi! ini semua berkat Jun hyung," ucap nya. "Dalam waktu dua tahun Jun hyung berhasil membuat perkebunan milik nya berkembang dengan sangat baik."
Hebat bukan? Bayangkan saja, dalam waktu dua tahun saja, Jun berhasil merubah perkebunan yang tidak terurus dan terbengkalai itu menjadi perkebunan yang sangat sukses.
Itu semua berkat kerja keras dan kepintaran yang Jun miliki, serta ketekunan nya dalam mengelola perkebunan yang di wariskan kepadanya itu.
Woosik menopang dagunya. "Ahjussi, perkebunan itu milik kakek Jun hyung kan?" tanya nya.
"Iya, perkebunan itu memanglah milik kakek Tuan Jun. Dan di wariskan kepadanya saat kakek nya telah tiada," jawab Lim.
Benar, kakek Jun telah meninggal dunia sejak lima tahun yang lalu karena sakit yang di deritanya.
Kakek Jun tinggal di desa ini dan sangat di kenal oleh penduduk di desa ini karena kedermawanan yang ia miliki.
Ia juga di kenal karena kekayaan yang ia miliki. Dan seperti ku katakan sebelumnya, sewaktu kakek Jun masih hidup, Lim lah yang selalu membersihkan halaman rumah kakek Jun.
Sekaligus menjaga rumah kakek Jun yang hanya tinggal seorang diri. Ia setiap hari datang ke rumah itu untuk mengecek keadaan kakek Jun yang saat itu sudah mulai sakit-sakitan.
Dan Woosik tentunya mengenal kakek Jun karena ia yang juga cukup dengan kakek Jun kala itu.
Woosik kembali menuangkan sebotol soju itu pada gelas miliknya. "Tapi ahjussi, apakah ahjussi pernah melihat orang tua Jun hyung?"
Lim menggeleng. "Tidak, aku hanya mendengar seperti apa sosok Tuan Hyun dari kakek Tuan Jun saja," jawab Lim.
Yah, meskipun Lim dan Woosik telah bertahun-tahun lamanya tinggal di desa ini. Bukan berati mereka berdua pernah bertemu dengan kedua orang tua Jun.
Bahkan saat kakek Jun sakit yang menjemput kakek Jun saat itu adalah supir pribadi keluarga Jun. Dan membawa kakek Jun ke Seoul untuk berobat.
"Bukan kah aneh ahjussi?" ucap Woosik.
Lim mengerutkan alisnya. "Aneh? Apa nya yang aneh Woosik-ah?" bingung Lim.
Woosik mengangkat kedua bahunya. "Yah... aneh saja. Maksud ku adalah kedua orang tua Jun hyung pasti orang kaya kan ahjussi?"
"Tentu, jika tidak mana mungkin kakek Jun memiliki rumah sebesar itu dan perkebunan yang sangat luas. Kau juga sudah pernah kan masuk ke dalam rumah Tuan Jun?" Woosik mengangguk.
"Iya ahjussi, di dalam rumah Jun hyung penuh dengan interior dari luar negeri," ucap Woosik.
Di antara rumah penduduk yang lainnya, rumah milik kakek Jun lah yang memang paling besar. Dan memiliki taman sendiri yang juga di lengkapi oleh kolam ikan hias di sana.
Jadi bagi warga di desa ini sangat tidak mungkin kalau Jun bukan berasal dari keluarga yang kaya raya.
"Nah, jadi tidak salah lagi kalau keluarga Tuan Jun keluar berada," ucap Lim. Mereka berdua meneguk gelas soju mereka masing-masing.
Woosik terlihat memikirkan sesuatu, entah apa yang sedang ia pikirkan. "Ahjussi..." panggil Woosik.
"Ada apa?" sahut Lim dengan mulut yang sibuk mengunyah cumi-cumi kering itu.
"Apakah... apakah mungkin kalau kedua orang tua Jun hyung telah tiada?" cicit Woosik pada kalimat terakhirnya.
"Uhuk... uhuk..." Lim seketika tersedak. "Apa?! kau ini ada-ada saja! mana mungkin kedua orang tua Tuan Jun telah tiada!" ucap Lim.
Woosik mengeluarkan cengiran nya sambil menggaruk belakang kepalanya. "Hehehe... aku kan cuman mengira-ngira saja ahjussi," ucap Woosik sambil terkekeh.
Lim menggeleng-gelengkan kepalanya. "Kau ini... ada-ada saja," ucap Lim.